128. Monster

0 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Seperti yang kita rencanakan sebelumnya dengan para tetua dan jenderal, kita harus tiba di dataran itu besok. Saat ini tempat kita berjarak tujuh kilometer dari dataran terduga tempat tinggal naga biru itu. Dan selagi cuaca buruk, persiapkanlah diri kalian dengan bsik di sini. Kita tidak tahu pasti apa saja yang menunggu kita di sana."

Tidak peduli bagaimana Pangeran Aryana mengatur suara hingga batas tingkatan oktafnya, suara tetesan air hujan yang jauh lebih keras mengalahkannya telak. Bukan hanya Zhura, semua orang yang bersimpuh di ruangan seluas sepuluh kali sepuluh meter pun terpaksa menajamkan pendengaran dan penglihatan. Menerawang satu per satu kalimat pangeran itu, demi terjaganya pemahaman mengenai hal yang pemuda itu katakan.

Zhura mengedarkan pandangan. Pangeran Asyaralia masih belum menunjukkan batang hidungnya, ia membutuhkan istirahat. Meskipun pemuda itu sudah sadar saat keluar dari air, tapi tubuhnya sangat lemah. Ada ramuan scabious yang bersemayam pada dirinya, begitu kata Inara. Tapi sekali lagi, obat penawar Bibi Moss sangat membantu. Dengan istirahat lebih, efek samping obatnya akan bekerja lebih cepat.

Kemudian, ia melihat eksistensi sosok centaurus tua yang duduk di sudut ruangan. Sungguh, juru kemudi dan istrinya adalah sosok yang sangat baik. Mereka sengaja menata meja dan kursi ke sisi dinding, agar mereka bisa leluasa berkumpul. Saat ini istri juru kemudi itu bahkan merelakan waktu tidurnya untuk memeriksa keadaan gadis-gadis yang terluka.

"Minumlah," ujar seseorang menyodorkan sebuah gelas pada Zhura.

"Apa itu?"

Ramia menarik tangannya untuk menerima gelas tersebut. Pemuda elf itu kemudian duduk di sisi Zhura. "Kau curiga aku menaruh racun? Hei, meskipun kau sudah membohongiku dan Tuan Azhara, tapi kau tetap saja teman kami. Aku tidak mungkin melakukannya. Itu adalah penghangat yang dibuat oleh Bibi Moss. Dia ingin aku memberikannya untukmu, karena dia harus melihat keadaan Yiwen."

"Maaf, aku tidak berniat membohongi kalian." Zhura menatap uap yang keluar dari minumannya.

"Aku dan Tuan Azhara tidak menyalahkanmu. Kami juga sudah mencurigai identitasmu sejak awal. Saat pertama kali kau menjadi murid tuanku, dia tidak sepenuhnya menerimamu begitu saja, kau tahu? Kami lebih dulu menyelidiki asal-usulmu." Ramia menarik sudut bibirnya.

Mendengar pernyataan Ramia, tenggorokan Zhura terasa panas bahkan sebelum ia meminum ramuan penghangatnya. Inara yang duduk di dekatbya pun terlihat kehilangan fokus. Gadis elf itu terus berusaha menjaga konsentrasinya pada penjelasan Aryana, tapi percakapannya dan Ramia membuatnya juga sesekali melirik penasaran.

"Ingat saat pertama kali kau mengajukan diri menjadi murid Tuan Azhara, dia tidak langsung menerimamu, 'kan? Saat itu kami berusaha menyelidiki asal-usulmu lebih dulu. Tapi yang kami dapat, justru membuat kami tercengang."

Ramia menarik sudut bibirnya, "Kau bukanlah penduduk asli Firmest, tapi kami masih tidak tahu asal-usul aslimu setelah itu. Jadi aku mengusulkan untuk mengabaikan permintaanmu, tapi pada akhirnya ia memilih menerimamu jadi muridnya."

"Kenapa?" Zhura sadar beberapa pasang mata mulai mengikuti percakapannya dan Ramia. Begitu juga Arlia yang duduk bersandar di dinding. Sebelumnya Zhura berusaha menariknya untuk duduk bersama, tapi gadis itu justru memilih menyendiri.

"Karena kau membuatnya panasaran. Tuan Azhara penasaran, apa gerangan tujuan seorang gadis asing dengan aura yang sangat kuat. Dia ingin melihat seberapa jauh tujuanmu, Lailla." Ramia berdecak, mengusap belakang telinganya, "Maaf, aku sudah terbiasa memanggilmu dengan nama itu."

"Aku jadi merasa malu."

"Jangan dipikirkan. Kau harus fokus! Tujuan kita sekarang adalah darah suci itu. Jadi, bersemangatlah!" Setelah mengatakannya, Ramia beranjak untuk bergabung bersama Luther dan Vilois yang tengah sibuk membahas peta.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang