129. Bincacak

0 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

Siapa dia?

Zhura menarik rambutnya lebih kuat lagi saat ia tak juga mendapat jawabannya. Dinginnya air yang menghujaninya dari langit bahkan tak lagi terasa. Apa yang sebenarnya ia lewatkan? Monster itu, benarkah ada di dalam tubuhnya?

Sssh...

Zhura terkesiap saat mendengar suara desis. Di antara kegelapan, sesuatu yang besar menggeliat di arah jam delapan. Sedikit demi sedikit sosok itu muncul dari balik semak-semak di pinggir rawa dengan senyuman lebar di bibirnya. Sosok besar yang Zhura kira adalah seorang pria itu ternyata adalah siluman. Yah, jika dilihat dari kepala hingga pinggang dia adalah pria. Tapi kakinya berbentuk ular raksasa yang memanjang hingga lima meter. Mengerikan. Berurusan dengannya pasti merepotkan.

Mengambil langkah cepat, Zhura segera menjauh. Namun, belum juga ia berlari ekor siluman menjeratnya. "Lepas!" Ia memberontak, berusaha melepaskan kedua kakinya dari cengkeramannya.

Pria ular itu tertawa, "Kau terlihat sangat lezat, sayang sekali Sacia memintaku membawamu padanya."

Siapa Sacia? Zhura tidak ingat pernah mengenal Sacia. Ia menarik kakinya lebih kuat lalu menendangi tubuh bersisik itu, tapi siluman tersebut juga tak menyerah. Ia semakin menempelkan tubuhnya. Genangan air di tanah sampai meresap hingga ke punggung Zhura. Pria ular itu menjulurkan lidahnya yang bercabang hingga ujungnya mengenai sisi wajah Zhura.

"Tolong hentikan! Menjauh kau dariku!" Pipi Zhura bahkan basah akibat air liurnya. Tak bisa, ia harus melepaskan diri! Dibukanya lebar-lebar mulutnya untuk kemudian menggigit lidah itu dengan giginya.

"Aaargh!!"

Crocus kesakitan karena lidahnya yang berdarah, Zhura segera berguling ke samping. Ia berlarian kalang kabut, tak tentu arah.

"Hei, gadis manusia! Aku tahu semua tentangmu! Aku tahu apa yang sudah kau lakukan! Sekarang kau itu terkenal!" seruan Crocus terdengar walaupun ia berlari cukup jauh. "Kau membunuh Ratu Scabious dengan kejam. Itu berita yang mengejutkan, kau tahu? Mencabik-cabik hingga tak ada tersisa terdengar sangat berlebihan untuk ukuran gadis kecil sepertimu! Sekarang aku tidak heran kena6 Sacia benar-benar menginginkanmu!

"Cukup!" Kututup telinga Zhura rapat-rapat, berusaha mempercepat larinya.

"Seharusnya kau sisakan sedikit bagiannya, agar kami yakin kalau ia benar-benar sudah mati! Meskipun begitu, terima kasih kau sudah membantu melenyapkan musuh ras kami! Dia jahat dan juga pemilih, sangat pantas mati. Sekali lagi terima kasih, gadis kecil! Oh, haruskah aku memanggilmu monster?! Benar, 'kan?! Dia yang membunuh ratu scabious pastilah seorang monster!!"

Zhura merasa sakit hati. Tak peduli apakah pria ular itu mendengarnya, ia hanya ingin dia berhenti bicara. Kalimatnya sangat menyakitkan dan juga menakutkan. Kini ia berhasil kabur. Namun, sebelumnya ia pikir kesunyian adalah tanda keadaan sudah kembali normal, pada kenyataannya itu justru menyembunyikan sosok-sosok lain dalam kegelapan.

"Mau apa kalian?!" serunya menatap nyalang pada mereka yang kini menghadangnya. Lima, ada lima sosok berbentuk manusia dengan kulit hitam dan mata merah. Rambut mereka panjang, sementara tangan mereka menggenggam belati. Kaki mereka panjang dan mempunyai langkah lebar.

"Ikutlah kami pada Sacia!" jawab salah satu sosok hitam itu.

Kenapa semua orang ingin membawanya pada Sacia?! Siapa dia?!

"Dalam mimpimu!" Ia menolaknya, dan belari menjauh. Entah bagaimana nasibnya malam ini, yang ia inginkan adalah terlepas dari kejaran makhluk-makhluk bincacak. Berbelok ke kanan, kiri, atau menerobos semak-semak, ia mengecoh lari sosok-sosok hitam itu. Cahaya minim membuat ia kesulitan mencari jalan. Jika saja hutan tidak gelap, ia mungkin bisa berlari lebih cepat. Tapi sekali lagi itu tidak masuk akal. Zhura terjatuh saat kakinya tiba-tiba tak bisa digerakkan.

Kesadarannya yang sama terjadi pada sekujur tubuhnya yang tidak lagi merasakan apapun. Air hujan yang membasahi permukaan tanaman membuatnya tidak sadar bahwa selama ini ia berlari mengenai lendir-lendir mematikan. Semak-semak yang dilaluinya ternyata tanaman beracun. Sejak awal, makhluk-makhluk aneh itu memang tidak berniat menyerang. Mereka hanya bertugas menggiringnya melewati semak-semak ini.

"Argh!" Anyir memenuhi penciuman saat darah keluar dari mulutnya. Ia meringis karena sakit di kaki kanannya. Gadis itu mengulurkan tangan mencabut belati yang entah sejak kapan menancap di sana.

"Tolong...." Tak ada suara yang keluar selain udara kering dari bibirnya. Ia terlalu banyak kehabisan darah, pandangannya mulai meremang. Digoreskan jari-jemari ke tanah saat tulang punggungnya tak mampu lagi menopang berat badannya. Zhura mengerjapkan mata, menjaga kesadaran sembari terus membuat suara berisik agar kehadirannya diketahui orang lain. Tapi bodohnya ia yang baru sadar bahwa genangan air hujan ternyata menyamarkan suara cakarannya pada tanah.

Makhluk-makhluk bincacak itu datang mendekat. Zhura tak ingin menyerah dengan berusaha berdiri, tapi usahanya sia-sia. Dia tak mempunyai kekuatan untuk melawan atau pun mencegah saat mereka membawanya jauh ke dalam rimbunan pepohonan.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang