104. Akil

1 0 0
                                    

Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.

.
.

"Tuan, pasukan sudah bergerak." Seorang Shar lain datang menginformasikan pada mereka semua. Mendengar itu, Tuan Minra mengangguk. Ia berbalik, memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ramia keluar dari markas. Kini pemuda itu disudutkan di sisi jurang sedalam puluhan meter dengan dasar sungai yang sangat deras. Beruang atau serigala, jelas ada banyak hewan buas di sana. Kini tak ada rantai yang mengekangnya lagi, tapi dia disuruh berlutut.

Tuan Minra merendahkan dirinya agar setara dengan Ramia. Ditepuk-tepuknya bahu pemuda itu, bertindak bak teman karib. "Sekarang keputusannya ada di tanganmu, kau mau bekerja sama dengan kami atau tidak? Seperti Tusk yang tak ingin mempertaruhkan nyawa keluarganya, maukah kau bergabung dengan kami juga?

"Dalam mimpimu!" telak Ramia. Ia mencium aroma harum yang khas dari tubuh sosok di hadapannya. "Aku tidak akan pernah bergabung dengan kelompok penjahat seperti kalian! Akan kutemukan cara untuk mengatakan segalanya kalau kau adalah seorang pengkhianat!"

Bibir Tuan Minra menipis, sesaat ia terbakar emosi sebelum kemudian berdiri. Dia menatap Tusk dengan raut bingung yang dibuat-buat, "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghukum seorang penyusup sepertinya? Haruskah kita membunuhnya?"

"Tuan, berikan dia kesempatannya lagi. Saya akan mencoba berbicara padanya. Dia mungkin akan berubah pikiran," pinta Tusk memohon izin.

"Lakukan, tapi tidak ada kesempatan lain." Tuan Minra menaikkan alisnya, setuju.

"Kau pikir aku akan berubah pikiran dan mau bekerja sama?!" Ramia tertawa mengejek.

"Ramia, tolong mengertilah! Jika kau menolaknya, kau akan dihukum! Ayo, bergabunglah bersama kami," Tusk meminta pada Ramia.

"Aku benar-benar masih tidak percaya kau mengkhianati raja. Bukankah kau adalah kepala keamanan istana yang paling disiplin mengikuti aturan? Kupikir kau yang paling setia pada pemerintahan! Tapi ternyata kesetiaanmu hanya sebatas di ujung pedang!"

"Aku tidak punya pilihan! Jika aku tidak bergabung, anak-anak dan istriku akan dalam bahaya. Kau tahu, bahwa ini adalah keputusan yang sulit juga bagiku! Setelah kupikir ulang, aku memang harus melakukannya!" Tusk menampilkan raut frustasi.

Ramia mengalihkan pandangan seakan tak mau lagi mendengar apapun.

"Lagipula tujuan Tuan Minra itu baik. Dia memang melakukannya dengan cara yang salah, tapi dia hanya ingin kedamaian dunia. Dia akan membuat dunia tanpa rasa kehilangan. Dengan mengirimkan gadis bernama Zhura pada Sacia, dia bisa menghentikan kutukan dunia ini. Tak akan ada lagi ritual pengorbanan dan pengiriman gadis suci. Dengan menyingkirkan raja, dia akan memimpin Silvermist ke arah kehidupan yang lebih baik." jelas Tusk dengan nada lirih

Benak Ramia tersumbat beberapa pertanyaan sekaligus. Siapa itu Zhura? Kenapa kutukan akan berakhir jika gadis itu diberikan pada Sacia? Apa hubungan mereka?

"Karena itu, bekerja samalah dengan kami. Ini demi kebaikanmu!" ajak Tusk dengan nada yang terkesan memaksa, pria itu bahkan mencengkram kerah pakaian Ramia hingga pemuda itu sesak napas.

"Kebaikanku?! Maaf, persetan kedamaian dunia, jika itu berarti aku tetap menjaga kesetiaanku pada tuan Azhara, hukuman apapun akan kujalani. Sampai mati pun aku tidak akan pernah bergabung bersama kalian!" terang Ramia menggebu.

Tusk terdiam. Entah bagaimana Ramia menangkap sinyal aneh di matanya yang tersorot cahaya bulan.

Di tempatnya, Tuan Minra mengangguk. Ia lantas mengulangi pertanyaannya pada Tusk. "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghukum seorang penyusup sepertinya? Haruskah kita membunuhnya, Tusk?"

"Silakan, bunuh aku sekarang juga! Aku lebih baik mati daripada menjadi bagian dari orang-orang jahat!" sembur Ramia menggertakkan giginya.

"Baiklah! Kau yang memintanya, ingatlah aku tidak main-main. Sekali kau menjawab tidak, maka katakan selamat tinggal pada dunia!" Tuan Minra memberikan panah beserta busurnya pada Tusk. "Kau adalah salah satu pengguna panah terbaik di istana, sekarang saatnya kau tunjukkan keahlianmu. Bunuh dia!"

"Baiklah." Tusk menerimanya dengan wajah datar, dia seperti sudah bersiap untuk membunuh Ramia. Ia bahkan mengambil posisi berdiri dengan mantap tanpa ada keraguan.

"Ramia, kau tidak ingin mengatakan pesan terakhir?" tanyanya mulai membidik.

Ramia menghela napasnya, pasrahkan diri pada apa yang akan terjadi.

"Sampai jumpa lain kali kalau begitu."

Anak panah itu dilesatkan ke arah dada Ramia. Saat itu mengenainya, erangan kesakitan pun terdengar dari pemuda elf itu. Diambang kesadaran, gravitasi menariknya ke bawah jurang. Ia menghilang di balik kegelapan.

"Kerja bagus," tukas Tuan Minra tersenyum pada Tusk. Setelah itu dia memerintahkan anak buahnya untuk turun memastikan apakah Ramia sudah benar-benar mati. Di sisinya Tusk menurunkan anak panahnya dengan berat, sepertinya ada banyak yang ia pikirkan di dalam kepalanya.

"Ayo, Anak Baru, saatnya bekerja," ujar Tuan Minra berlalu dari sisi jurang, meninggalkannya. Tanpa sepatah kata pun Tusk mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya. Itu adalah seragam Shar yang diam-diam ia curi. Dilemparkannya seragam yang telah ia cabik-cabik serta ia lumuri dengan darah tersebut ke bawah jurang. Setelah selesai, ia pun menyusul Tuan Minra ke dalam markas dan melanjutkan aksinya bermain peran menjadi pengikut baru.


The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang