Sementara itu, Inara terlihat baru saja tersadar. Ia terkesiap mendapati sekujur tubuhnya di ikat. Ada asap yang memenuhi penjuru ruangan tempatnya dikurung. Kekuatan radar miliknya tidak berfungsi, ia tidak bisa merasakan sekitar jika ada sesuatu yang menggangu di udara. Jelas orang yang menangkapnya tahu betul kelemahannya.Gadis elf itu terbatuk-batuk karena asap. Penutup wajahnya sudah dibuka, kini identitasnya benar-benar terpampang. Untuk meringankan, ia menelan ludah membasahi tenggorokannya yang kering. Asalkan kekuatan dirinya stabil, dia bisa menyembuhkan luka secepat apapun di tubuhnya. Jadi, bagaimana pun orang melukainya, ia akan tetap hidup.
"Siapa kalian?" Inara menatap orang-orang berpakaian tertutup yang kini berdiri di hadapannya.
"Ternyata dia masih bertahan hidup, aku yakin sudah menjerat lehernya dengan kuat tadi," ujarnya salah satu dari mereka.
"Tidak kusangka para pria besar seperti kalian hanya berani pada seorang tabib yang tak berdaya."
"Jangan basa-basi, kami tahu siapa kau sebenarnya. Lagipula sejak kau memutuskan ikut serta dalam masalah ini, kau harus siap terbunuh," jawab sosok bertudung itu.
Inara tak gentar, "Katakan, siapa yang memerintah kalian meracuni teratai bulan?"
"Memangnya ada tikus yang menjawab mau jika ditawari racun? Oh, iya! Karena kau adalah buronan, maka yang harusnya kau lakukan adalah kabur. Tapi kau justru pergi menyelinap ke tempat raja dan menyelidiki kasus ini. Dengan kata lain, kau belum mengetahui siapa tersangkanya. Apa aku benar?" tanya sosok itu penuh penekanan.
"Aku memang belum mengetahuinya, tapi bukan berarti aku tidak mempunyai rencana. Di tanganku ada sebuah nama, dan tindakan kalian malah membuatku semakin mencurigainya. Bersiaplah, akan kubongkar niat busuk kalian pada dunia!" jawab Inara teguh.
Sosok-sosok itu tertawa. "Katakan itu kalau kau berhasil selamat. Kami ceroboh sebelumnya dengan berpikir bahwa jeratan leher akan membunuhmu. Maka dari itu, sekarang kami telah menanamkan segel peledak di punggungmu. Kekuatanmu akan terhambat dan dalam waktu dekat, kau akan mati."
Inara terperangah, ia pikir rasa sakit di punggungnya adalah karena cedera. Tak ia sangka ada mantra di dalamnya.
"Pilihanmu hanya patuh. Pergilah yang jauh dan tidak mencampuri urusan kami, jika kau bersedia maka kami akan lepas segelnya. Tapi, satu syaratnya yaitu ingatanmu akan dihapus."
Tunggu, meletakkan segel peledak pasti membutuhkan kekuatan yang besar. Jika perkiraan Inara benar, maka orang-orang itu pun tidak dalam keadaan baik. Akan sangat mudah baginya untuk kabur, tapi bagaimana ia bisa lepas dari segel ini?
Orang bertudung itu menunjukkan helaian rambut kemerahan milik Valea yang sebelumnya ia ambil. "Apa kau ingin berakhir sama seperti temanmu? Dia gadis yang cerdik, jadi kami terpaksa membungkam mulutnya. Sekarang dia sudah ada di dalam perut Dart."
"Beraninya kalian!" seru Inara melepaskan tali di tubuhnya dengan sekali hentak. Ia menyerang wajah orang di depannya. Gadis itu menendang, menyelekat, meninju, atau bahkan membanting orang-orang itu. Ringisan keluar dari bibirnya saat pedang salah satu dari mereka mengenai kakinya.
Inara memejamkan mata, perlahan mengucap mantra dengan kekuatannya. Kini cahaya putih bersinar benderang dari telapak tangannya, itu begitu menyilaukan hingga mata para penjahat di hadapannya tak bisa terbuka. Saat itu juga, ia menggunakan satu pedang yang tergeletak di lantai untuk menusuk jantung sosok-sosok bertudung itu.
Setelah memastikan mereka semua mati, Inara melompat untuk menyelinap lewat celah jendela. Pakaian tabib yang membungkus tubuhnya compang-camping. Tapi ia tidak punya waktu menghiraukan penampilannya. Yang harus ia lakukan adalah kabur sejauh mungkin dari tempat itu. Beberapa rekan orang-orang jahat itu yang mengetahui Inara kabur segera mengejarnya.
Matahari hampir tenggelam, cahaya senja yang redup membuat Inara kesulitan melihat jalanan. Meskipun begitu ia tidak melambatkan laju larinya karena gerombolan penjahat itu masih mengejar di belakang. Tubuh yang lelah dan segel peledak itu semakin menggerogotinya, perlahan membuat dirinya sekarat. Langkah kakinya pun kaku di ujung kesadaran, napas berat menjadi suatu penderitaan yang harus ia hadapi di kala paru-parunya melemah.
Inara bersimpuh, mengusap sisa darah yang membasahi seluruh wajahnya. Sebuah cahaya kemerahan obor terlihat dari kejauhan, dia yang berusaha mengais sisa kekuatannya untuk menjauh. Inara yakin itu adalah pasukan Shar yang berhasil mengejarnya. Namun, ia sudah tidak sanggup. Teriakan kesakitan lolos dari bibir si gadis yang terjatuh ke jurang. Ia menggelinding ke bawah dan berakhir di dasar yang gelap gulita.
Sebelah tangan Inara terulur ke atas seolah ingin meraih permukaan. Sinar bulan yang baru datang menetes di sisi wajahnya yang belum membeku dingin. Suara seseorang terdengar memanggilnya, dari kejauhan cahaya merah itu kembali. Saat Inara pasrah dengan kehidupannya, seekor serigala merah datang menghampirinya. Aneh, hewan itu tidak memakannya melainkan melolong seakan memanggil-manggil seseorang.
Dan benar saja.
"Inara!"
Aryana datang tergopoh-gopoh menuruni jurang. Ia segera meraih Inara yang di ambang maut.
"Apa yang terjadi?!" Ditatapnya lumuran darah di wajahnya Kini tanpa cadar, Aryana bisa melihat dengan jelas. Meskipun tanpa pencahayaan yang cukup, mata Aryana cukup baik untuk menyadari bahwa sosok yang direngkuhnya adalah gadis suci yang menjadi buronan.
Inara sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di tubuhnya. Kekuatannya terkuras untuk menahan segel peledaknya tetap diam, tapi sekarang kekuatannya habis. Ia tak punya pilihan selain membagi informasi rahasia itu pada Aryana. Meskipun ia tidak mengenalnya dengan baik, tapi pemuda itu adalah satu-satunya harapan.
"Yang Mulia, tolong sampaikan ini pada raja. Seseorang di istana dalam mengkhianatinya dan melakukan pemberontakan."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...