Hari itu dimulai dengan dirinya yang bangun kesiangan. Kaki-kakinya bergelut dengan rasa kram karena ia bawa lari tanpa pemanasan. Tak adanya cukup waktu bagi tubuhnya beristirahat membuat segalanya kacau. Lalu, entah bagaimana hawa kesialan miliknya pun semakin memuncak ketika ia melihat pemuda elf berseragam hitam berdiri di hadapannya dengan wajah cerah. Firasatnya tidak salah, apa yang ia pikirkan ternyata benar. Ramia dengan wajahnya yang berseri, tiba-tiba mengulurkan sebuah sapu, menunjuk ke sekeliling halaman."Tolong, sapu halamannya," ujar pemuda elf itu dengan entengnya.
Zhura menatap halaman paviliun Azhara yang sangat luas itu dengan bingung, sebelum kemudian berkacak pinggang. "Kau pikir aku pesuruh?!" semburnya.
Ramia meletakkan sapu itu di tangan Zhura, lalu berbalik hendak pergi. "Eh, siapa yang kemarin bilang akan melakukan semuanya untuk menjadi murid putera mahkota? Kebetulan pelayan kebun kami sedang cuti melahirkan, jadi kau bisa menggantikan tugasnya. Jika kau menyelesaikan ini, penilaian tuanku padamu mungkin akan membaik. Jadi, bersikaplah dengan baik."
Zhura berdecak lalu tersenyum pahit, putera mahkota itu pasti mengira ia gadis bodoh hingga menindasnya seperti ini. "Apa Yang Mulia Azhara yang menyuruhku?"
"Benar, itu benar!" Anggukan datang dari kepala Ramia.
Jadi, ini semacam penyalahgunaan kekuasaan. Sudah baik Zhura menuruti permintaannya dengan datang tepat waktu, ia bahkan melewatkan sarapannya agar Azhara tidak kecewa. Namun, batang hidungnya pun tidak ia datangkan. Gadis itu mengabaikan eksistensi Ramia yang berdiri menjulang di hadapannya, kemudian melangkah lurus ke arah pintu masuk paviliun. "Dia pasti tidak mengerti apa yang sebenarnya harus dilakukan guru terhadap muridnya dan malah menyuruh-nyuruhku. Jadi, biarkan aku bertemu dengannya, akan aku jelaskan satu per satu sampai dia paham."
"Hei, sudah kubilang hari ini dia sibuk, jadi ia tidak bisa menemuimu. Untuk mengisi waktu luangmu itu, kau bisa gunakan untuk membersihkan halaman ini. Jangan keras kepala atau kau mau Tuan Azhara membatalkan kontrak pelatihannya denganmu?!" tukas Ramia mengeluarkan gulungan dari tangannya. Seolah menggoda Zhura, ia menaik-turunkan alisnya dengan sorot ejekan.
"Bukankah gulungan yang sudah diterima tidak boleh dikembalikan, ini tidak bisa diputus sebelah pihak!" Zhura menimpali.
"Gulungannya memang tidak bisa dikembalikan, tapi bimbingannya bisa jika ia tidak bersedia!" balas Ramia.
Dasar brengsek, Zhura mati-matian mengutuknya dalam hati. Bahkan saat bibirnya menampilkan senyuman, wajah gadis itu merah padam. Sepertinya ada suatu emosi yang ingin ia ledakan. Jika terdapat hari di mana keberuntungan datang padanya, maka Zhura pasti akan sangat mensyukurinya. Namun, harapannya untuk hidup bahagia mungkin masih terlalu jauh untuk diwujudkan. Faktanya, kedamaian yang ia inginkan tidak pernah terasa jika dihadapkan pada Azhara. Jiwanya ingin memberontak, tapi sialnya tubuhnya yang sadar diri hanya mempunyai satu pilihan dan itu adalah patuh.
"Di mana aku harus menyapu?"
***
"Aargh ... aku sangat lelah. Tolong ambilkan minuman!"
Bunyi gedebuk keras terdengar ketika Zhura merebahkan kepalanya di meja. Dengan wajah merah padam ia mengulurkan tangan pada orang yang duduk di depannya. Inara yang berada tepat di depannya lekas menyerahkan gelas berisi air putih pada tangan Zhura, Valea yang melihatnya hanya mencebikkan bibir tak peduli. Setelah menerimanya, Zhura menenggak air itu dalam kecepatan cahaya. Wajah lesunya yang kusut menunjukkan bahwa ia baru saja melalui hal yang paling melelahkan sejak pertama kali datang ke dunia ini.
"Ada apa, Zhura? Kau terlihat tidak baik, apa hari ini latihanmu tidak berjalan lancar?" tanya Inara mencoba menenangkan Zhura.
Mendengar pertanyaan Inara membuat perasaannya bertambah semakin gelap. "Dia menyebalkan. Pemuda brengsek berkedok putera mahkota! Aku sungguh ingin mencekiknya!" ujarnya meremas gelasnya hingga menimbulkan bunyi retakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...