"Kau tidak ingin masuk?"Zhura menatap rumah panggung yang terbuat dari kayu-kayuan di hadapannya. Tempat tujuan dari alamat yang dituliskan oleh pengurus dapur istana, dengan kata lain inilah rumah di pemasok rempah-rempah. Zhura menganggukkan kepala pada Inara, lalu menunjuk ke arah bangku yang terbuat dari batang pohon besar di sisi sungai. Melihat diameternya yang selebar mobil, Zhura mulai bertanya-tanya seberapa besar pohon yang ditebang.
"Pemasok itu akan bingung kalau yang datang tiga orang, hanya Kalian yang disuruh, 'kan? Aku akan duduk di luar saja, kalian berdua cepatlah masuk," ujarnya.
Sesaat IInara tampak berpikir, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi jangan kemana-mana! Aku dan Valea akan mengambil rempah-rempahnya dengan cepat. Jika ada sesuatu yang mengganggumu langsung panggil kami, mengerti?"
Demi lampu gantung besar Azhara yang Zhura hancurkan, Inara benar-benar terlihat seperti ibunya. "Ya, aku tidak akan kemana-mana, dan tolong jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Sungguh memalukan." Tempat ini terpelosok di pinggiran sungai yang tersembunyi di hutan. Tolong garis bawahi kata pelosok, itu berarti eksistensi orang yang melewatinya sangatlah jarang. Asal mereka tahu saja, jika ada hal yang benar-benar membuat Zhura ketakutan, adalah tindakan apa yang mungkin akan Azhara lakukan padanya setelah insiden kemarin.
"Baiklah, aku masuk sekarang." Inara menepuk bahu Zhura, lalu masuk ke rumah pemasok itu.
"Hati-hati, aku dengar hutan ini sangat seram. Jika kau melihat seorang wanita tanpa kepala, diam saja dan jangan pedulikan. Kau pasti akan disuruh mencari kepalanya yang hilang," bisik Valea menampilkan raut ketakutan. Puas mengerjai Zhura, dia berbalik menyusul Inara setelah sebelumnya meletakkan beberapa ceri di bangku tempat Zhura duduk. "Lemparkan itu ketika kau bertemu dengan makhluk aneh. Semoga kau bertemu dengan hantunya!" serunya menghilang di balik pintu rumah pemasok rempah-rempah itu.
"Kau yang makhluk aneh!" teriak Zhura melempar satu buah ceri ke arah Valea. Ia alihkan mata memerhatikan rumah minimalis di pinggir sungai itu. Kedua temannya bilang mereka diminta mengambil rempah-rempah yang kurang dalam pengiriman minggu lalu. Sebenarnya jika ada kekurangan, pemasok biasanya mengantar barangnya sendiri ke istana. Namun, saat ini dia sedang menjalani pemulihan pada kakinya yang terkilir akibat jatuh dari tebing. Entah bagaimana pengurus dapur istana justru menyuruh Inara dan Valea untuk mengambilnya.
Ini aneh, orang-orang di sini pasti memiliki daya tahan tubuh yang baik. Jika orang di dunianya jatuh dari tebing, maka sudah pasti dia geger otak atau pun mati di tempat. Tapi gilanya pemasok rempah-rempah itu hanya terkilir. Gadis itu mendekati bangku yang terbuat dari batang pohon. Sesaat ia bersihkan permukaannya dari debu, kemudian duduk di atasnya. Zhura mengeluarkan benda kecil dari balik saku. Alis gadis itu naik menyadari batu kuning di tangannya ternyata sangat bening hingga air sungai yang mengalir di bawah pun terlihat jelas dari baliknya.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Dengan satu batu yang ada di tangannya, sekarang ia sudah tahu keberadaan dua dari lima batu warna tersebut. Sejujurnya ia tidak menyangka bisa mengetahuinya dalam waktu secepat ini, kini tiga batu tersisa untuk ditemukan.
"Kau harus melindungi Teratai Bulan." Kalimat Tabib Ma terngiang. Bahkan meskipun batu kuning ini sudah menjadi miliknya, Zhura tidak pernah berkata setuju. Nyatanya ia bahkan tidak tahu apa itu teratai bulan dan bagaimana bisa Tabib Ma menyuruhnya untuk melindungi hal itu. Gilanya lagi ia merasa ada hal berat lain yang masih menunggu di depan. Diibaratkan dengan bangunan, semua yang sudah ia lalui ini hanyalah pintu masuk yang akan mengantarnya menuju ruang utama.
"Akh!"
Zhura melonjak bangkit ketika ia mendengar suara teriakan. Ia memasukkan batu kuning dan buah-buah cerinya ke dalam saku. Satu per satu masalah seperti datang dalam waktu bersamaan, dirinya sampai bingung harus memikirkan yang mana lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasiaFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...