Info : Novel ini sudah tersedia versi komik di webtoon.
.
.Guncangan datang merebakkan seluruh pasukan yang tersisa. Monster malam yang luar biasa besar mulai menunjukkan taringnya. Debu putih berjatuhan sementara suara lengkingan foniks perak Azhara pun ikut bergema. Tampak api biru menyeruak dari paruh mengkilatnya. Tidak gentar, burung raksasa yang hanya berukuran satu per lima dari naga itu terus bergerak memperkukuh persiteruan.
Inara menunjuk ke atas. Seluruh gadis suci berkumpul menjadi satu, mengikuti arah tunjukannya. "Seperti yang kalian lihat, Putera Mahkota terus menyerang bagian atas naga itu. Dia juga merasakannya. Melalui penglihatan termal elf penerawang, bagian itu menyimpan aura yang memancarkan suhu panas."
Seorang gadis suci terdahulu bernama Fama maju, menggambarkan anatomi tubuh naga secara sederhana di salju. "Benar yang dikatakan Inara. Di punggungnya, ada beberapa titik di mana pelepasan energi besar terdeteksi keluar. Aku tidak yakin, tapi kemungkinan tiga sisik itu sumbernya. Kita semua tahu, kekuatan spiritual yang berpusat pada bagian tertentu biasanya menandakan bagian itu menyimpan sesuatu."
Valea berjongkok, membentuk bulatan pada bagian punggung anatomi naga yang digambarkan Fama. "Dibuat sederhana saja. Jadi titik yang harus dihancurkan adalah tiga sisik ini? Kita bisa mengalahkannya jika ketiga sumber kekuatannya ini disingkirkan?"
Wanita berambut cokelat terang itu mengangkat bahu. "Itu belum pasti juga," tanggapnya.
"Baiklah, semuanya dengarkan!" Valea bangkit mengambil alih perhatian. "Kita akan berpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengalihkan perhatian, satu kelompok melakukan eksekusi target, dan kelompok terakhir tetap di sini!"
"Tapi, bagaimana caranya mengambil alih perhatian Sacia?" timpal seorang gadis.
"Daripada yang lain, aku lebih khawatir pada sayapnya. Nyatanya dia baru saja berubah. Gerakannya terbatas karena ia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jika sayapnya siap, akan sulit menanganinya. Lebih buruk lagi, jika ia tebang ke seluruh Firmest," tukas Valea mengusap hidungnya yang memerah.
"Kau benar! Jika itu terjadi, semua orang akan dalam bahaya."
"Seperti kataku, kita dibagi menjadi tiga kelompok. Dua kelompok akan terbang untuk mengalihkan perhatian naga itu dan menghancurkan sisiknya, satu kelompok yang tersisa tetap di dataran. Kita tidak tahu hal tak terduga apa yang akan terjadi nanti."
"Dengan apa kita terbang?" tanya Ilyza.
"Ada banyak salju yang bisa dimanfaatkan. Selain itu, ada banyak elf pengendali dari gadis suci terdahulu. Mereka akan membantu kita." Valea menunjuk ke atas, "Waktunya hanya beberapa menit lagi. Lihat, bulannya sudah terang!"
Sinarnya menyala, terpantul di dataran gelap dan dingin ini. Sedikit demi sedikit memerah, menandakan bahwa waktu sudah hampir habis. Satu dua kalimat Inara instruksikan, sebelum kemudian puluhan elf pengendali mulai membentuk grup besar, membuat banyak papan salju yang dapat terbang untuk gadis-gadis lain.
Valea melongok dengan serius. "Hei, tubuhmu sangat pucat. Bibirmu juga membiru."
Zhura meraih papan saljunya. "Aku baik-baik saja."
"Zhura, kau terlihat tidak baik. Tubuhmu perlu perawatan." Inara turut mendekat setelah sebelumnya sibuk mengatur para gadis.
"Sudahlah, lukaku tidak separah itu." Zhura hendak menaiki papan saljunya seperti yang gadis-gadis lain lakukan, tapi keseimbangannya nol besar. Permukaan yang dingin lagi-lagi menghantam wajahnya. Nyeri di ulu hati datang bersamaan dengan kakinya yang membatu. Zhura tertegun, menyadari tidak ada apapun yang kaki kanannya rasakan. Seperti lumpuh, ia tidak memiliki sensasi apapun di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...