5. Petang

257 155 38
                                    


"Zhura, sadarlah. Hari sudah malam."

Sebuah suara familiar terdengar memaksanya keluar dari alam bawah sadar. Zhura tidak mengingat siapa pun yang berani mengganggunya saat tidur selain ibu, jadi ia asumsikan bahwa suara itu miliknya. Di antara pejaman mata, ia merasakan tepukan ringan di bahu seolah pelakunya tengah membuatmu terjaga. Sejujurnya gadis itu sudah bangun, ia hanya terlalu enggan untuk membuka mata. Entah sudah berapa lama dirinya tidak istirahat, tapi tubuhnya benar-benar terasa kelelahan.

Diulurkan lengan ke sekitar pembaringan, kernyitan lantas menyusul di kening saat ia tidak menemukan bantal kesayangan. Larut dalam rasa kantuk yang luar biasa itu, tiba-tiba saja suara familiar lain datang.

"Hei, cepat bangun, Bocah!" teriaknya dengan nada marah.

Ini aneh, ibu tidak pernah memanggilnya bocah. Lagipula, entah sejak kapan suaranya yang seharusnya lemah lembut berubah menjadi kasar. Keheranan sontak saja melingkupi isi kepala, tapi sekali lagi Zhura tidak mempunyai cukup tenaga untuk memikirkannya. Dikibaskan tangan beberapa kali di udara seraya berkata, "Keluarlah, aku masih mengantuk. Ibu tahu, aku baru bermimpi masuk ke dunia dengan makhluk-makhluk konyol. Di sana aku bahkan bertemu dengan paman-paman mesum berkaki kambing yang tidak memakai celana dalam. Memimpikan itu semua membuat tubuhku sangat lelah, rasanya seperti aku baru saja mengikuti kompetisi ninja."

"Dia orang gila, ya?" Suara familiar itu terdengar samar seakan pemiliknya tengah berbisik.

"Pokoknya aku masih ingin tidur, jadi tolong jangan ganggu aku. Ngomong-ngomong, di mana bantalku?" Zhura mengulurkan tangan, menunggu uluran bantal bercorak bunga matahari kesayangan dari ibu. Namun, bukannya menerima benda empuk itu, wajahmua justru kejatuhan sebuah benda lain dengan begitu keras. Kenyamanan dan rasa kantuk seketika buyar hancur berantakan, harapan untuk terlelap dalam tidur lagi pun hilang. Zhura yang linglung tersentak bangkit dari pembaringan, dilanjut terperangah menatap dua sosok gadis di dekatnya.

"Itu dia bantalmu!"

Ia posisikan diri untuk duduk seraya menyingkirkan benda yang menutupi wajah. Sesuatu yang dia pikir adalah pakaian menjadi benda yang baru saja dilemparkan seseorang. Zhura memperhatikan tempat tidurnya yang ternyata sebuah tikar cokelat yang digelar di atas rerumputan. Mengerjapkan mata, ia mendongak untuk membuka pandangan lebih jauh. Terlihat Inara duduk di samping kiri tempatnya berbaring, dia bersimpuh seraya memegang segelas air. Zhura menyadari seorang gadis lain berdiri di samping Inara, dia adalah gadis berambut kemerahan yang nakal itu. Jelas Zhura ingat dia, gadis bar-bar yang menyebutmu bocah di dalam kereta.

"Apa yang terjadi dan di mana ini?" tanya Zhura menatap tenda putih besar tempat mereka bernaung sekarang.

"Kau tidak sadarkan diri di kereta dan sekarang kita sedang berada di padang, Zhura," jawab Inara menyerahkan segelas airnya pada Zhura.

Segera ia tenggak air yang gadis itu berikan hingga tandas, sebelum kemudian mulai mencermati keadaan sekitar. Karena pencahayaan di tenda tidak begitu baik, ia sempat kesulitan melihat dengan jelas bagaimana wajah Inara. Meskipun begitu, lentera-lentera yang terpasang di sudut-sudut tenda memberikan sedikit cahaya baginya untuk menyadari bahwa telinga Inara berbeda dengan telinganya. Telinga Inara berbentuk panjang lancip di bagian ujung seakan-akan jarimu akan terluka jika menyentuhnya, dilihat dari tempat temaram pun jelas-jelas itu tidak seperti telinga milik manusia.

Rasa takjub seketika hinggap saat melihatnya lebih cermat. Jika digambarkan, angka sembilan koma sembilan tidaklah cukup menggambarkan bagaimana kecantikan gadis elf tersebut. Semua yang tampak pada wajahnya mempunyai proporsi yang sempurna. Dia seperti dewi-dewi kuno atau puteri-puteri cantik jelita dalam dongeng. Entah karena raut wajah Zhura yang terlalu mencolok atau Inara menyadari isi pikirannya tentang dia, gadis itu tiba-tiba tergelak. Tidak juga, jika diingat ia memang selalu tertawa, mungkin ia memang orang yang ceria.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang