"Zhura."Suara kecil terdengar samar mengalihkan perhatian Zhura dari mayat gadis di dekatnya. Ia lekas melarikan pandangan ke arah jam sepuluh. Di sana, seonggok tubuh gadis elf yang dikenal tergeletak mengenaskan. Tubuh gadis elf itu terbaring dengan pakaian yang robek hingga memperlihatkan bagian tubuhnya. Di sekitarnya, Valea juga tampak memprihatinkan. Gadis berambut merah itu terpejam dengan cairan merah yang keluar dari mulutnya. Mereka berdua sekarat. Hawa kehidupan padam tergantikan oleh aura keprasahan pada datangnya kematian.
Zhura mengamati Valea lagi. Menurutnya gadis itu bukan jenis orang yang akan menyerah sebelum tubuhnya sampai pada batas kemampuan. Melihat kondisinya sekarang, ia pasti sudah berjuang mati-matian melawan dart yang kini berdiri di belakangnya. Makhluk itu masih berdiam di sana. Menunggu kematian Valea dengan sabar, sebelum kemudian memakan daging lawan tangguhnya dengan lahap.
Gadis zamrud itu mengerjap ketika bayangan gelap perlahan menyelimuti tempat ritual dari atas. Ia mendongakkan kepala, lantas tertegun gentar. Banyak burung besar berwarna hitam terbang mengitari padang rumput, bola mata mereka merah dengan paruh besar sewarna bulunya. Tatapam lapar yang mendamba, mereka bersiap-siap memulai pesta dengan tubuh para gadis sebagai hidangannya. Ukurannya tubuhnya yang luar biasa mungkin saja cukup untuk menerbangkan seekor lembu. Menyadari tujuan burung- burung monster itu ada di sana, emosi Zhura membuncah.
Pada saat bersamaan, telinganya mendengar suara lesatan dari arah belakang. Belum juga Zhura berpikir lebih lanjut, suara itu sudah membawa tombak yang menyerempet bahu kanannya. "Akh!" ringis gadis itu saat menekan luka sayatan yang mulai mengalirkan darahnya. Para centaurus itu belum selesai bekerja padahal kesibukan bisa dibilang sudah habis. Entah para gadis-gadis itu mati atau masih sekarat, tapi mereka semua sudah tumbang. Mereka yang malang menjadi santapan para serigala merah buas, sementara yang masih beruntung hanya menanti ajal dengan kesakitan. Kelengahan itu ternyata menyisakan Zhura yang bahkan masih berjuang menopang tubuhnya pada sebatang pohon.
Dilihat dari bagaimana mereka mengangkat tombak-tombaknya ke arah Zhura, ia bak babi yang lolos dari jebakan, satu-satunya yang tersisa untuk diburu. Senangnya target mereka hanya tersisa satu, sialnya mereka akan jadi berebut. Tanpa sadar Zhura mengumpat. Nyawa seorang gadis bukanlah sebatas benda yang bisa dikorbankan untuk kebahagian bersama. Rumput kering tidaklah cocok untuk menginterpretasikan kaum wanita.
Meskipun seorang diri, Zhura akan berusaha melawan hingga mereka semua habis. Bahkan hingga dirinya hancur, Zhura tidak ingin menyerah. Lagipula jangan pandang Zhura naif, karena ia bukan anak yang baik. Diraihnya tombak yang tergeletak di samping kaki, menggenggamnya kuat-kuat. Makhluk-makhluk setengah kuda di sisi lapangan mendengkus keras karena mereka kelelahan, jelas ingin segera menyelesaikan tugasnya dalam ritual. Dialihkan mata zamrudnya ke podium. Semua atensi para petinggi kerajaan itu pun kini tertuju padanya dengan dahi membentuk kerutan sedalam palung, seakan bertanya-tanya siapa gerangan gadis yang menantang itu.
Melihat wajah-wajah jengkel mereka, entah bagaimana membuat semangat bertahan hidup Zhura meningkat. Namun, getaran kuat tiba-tiba merayap di tanah, empat ekor dart kini menghadang tepat di depan. Gadis-gadis lain ternyata cukup tangguh hingga hanya menyisakan empat ekor untuknya. Saat memikirkan betapa sendirinya ia, Zhura mulai tersenyum frustasi seraya mencari celah di antara para serigala merah tersebut.
"Aku selalu bersamamu, Zhura."
Aura familiar menyeruak terbawa bayangan wanita bermata violet yang hadir begitu saja. Seakan sosoknya datang berdiri di sisi kanan, mengapit sebelah tangan Zhura dengan erat. Bermula dari sana tekad bulat menyebar ke sekujur tubuh, membakar habis seluruh keraguan untuk Zhura mulai mengangkat tombak setinggi kepala. Para centaurus yang melihat gelagatnya memulai pertarungan berseru mengeluarkan suara aneh sembari ikut mengangkat tombak mereka.
"Berjuanglah, Zhura."
Suara wanita itu mengaung di kepala saat
Zhura meninggalkan ancang-ancang dan berlari menerjang kumpulan dart di depannya. Di sela larinya, telinga zhura mengacung. Pendengarannya yang menajam terus dimasuki suara-suara lesatan tombak yang kini berdatangan dari berbagai arah. Satu tangannya sibuk bergerak menangkis tombak-tombak panjang seakan ia prajurit berbaju zirah."Matilah kalian!"
Menggunakan kaki kanannya sebagai pijakan, Zhura melompat ke atas tubuh seekor dart paling depan. Tanpa menyeimbangkan tubuh, ia langsung mengangkat tombak dan menancapkan senjata itu menembus dada bawah serigala merah itu. Dart yang tusuk masih bisa bergerak, kali ini ia melompat-lompat sehingga Zhura kehilangan keseimbangan. Gadis itu sontak terlempar ke tanah. Namun setelah itu, tubuh dart yang ia tusuk pun jatuh meregang nyawa dengan mata yang masih terbuka di sisinya.
"Tinggal tiga lagi," ujar Zhura bangkit.
Tiga ekor dart kini menggeram tampak murka melihat kawannya terbunuh. Para centaurus melesatkan tombaknya lagi, dengan tangkas Zhura menangkap dua tombak yang melesat dalam satu lompatan. Ia tidak punya pilihan selain menggunakan tombak mereka menjadi alat perlawanan, karena senjata milik gadis-gadis yang tumbang langsung diambil oleh pihak pengawas.
Berbekal nekat, Zhura memutar dua tombaknya untuk menangkis lesatan lain yang berdatangan dari penjuru arah. Bunyi dentingan lantas menyeruak saat tombak-tombak itu jatuh menimpa satu sama lain di dekat kakinya. Pada saat berikutnya, ia panjat batang pohon besar sebagai pijakan melompat ke atas tubuh dart di belakang. Menyadari ada sesuatu di atas tubuhnya, makhluk buas itu bergerak-gerak agresif, berusaha membuat Zhura terjatuh.
Sebelum makhluk buas itu berhasil menjatuhkan gadis zamrud, dengan cepat Zhura mengangkat dua tombaknya setinggi mungkin. Seperti sebelumnya, ia tusukkan dua benda tajam itu dalam-dalam pada punggung dart yang sedang ia tunggangi. Saat Zhura berusaha membunuh dart kedua itu, lesatan lain kembali terdengar. Zhura hendak menangkis, tapi tarikan kuat tiba-tiba datang menarik tubuhnya dari punggung dart kedua yang sekarat akibat tusukan. Seekor dart lain kini menancapkan giginya yang tajam pada kaki kiri Zhura dengan sangat kuat. Makhluk buas itu menyeretnya beringas pada tanah yang berlumuran darah. Alhasil pakaian yang membalut tubuhnya pun robek, memperlihatkan paha Zhura yang tersayat parah oleh taring tajamnya.
"Lepas!" teriak Zhura menggapai sebuah tombak yang tergeletak, lantas menusukkannya berulangkali pada mata dart yang menyeretnya. Saat serigala merah itu tampak melepaskan gigitannya, dengan sigap Zhura gulingkan tubuh menghindari resiko terinjak oleh kaki besarnya. Zhura sempatkan menatap paha kirinya yang menampilkan luka terbuka. Otot dan daging terkoyak menjadi hal yang tidak mengerikan lagi karena setidaknya itu masih ada di sana.
Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Sebelum tangan dan kaki hancur, Zhura benar-benar harus menyelesaikan ini. Ia mengambil ancang-ancang penuh keyakinan, lalu kembali berlari pincang menerjang dart di depan. Memusatkan kekuatan pada pijakan, Zhura mencabut tombak dari mata dart itu lantas ia tancapkan tombaknya sedalam mungkin pada punggung dart. Hingga saat dorongannya terasa ringan, ia sadari bahwa tusukkannya sudah menembus hingga ke bawah perut serigala merah tersebut.
Zhura meringis karena kayu tombak yang kasar membuat kulit telapak tangannya mengelupas. Masih dalam posisi di atas seekor dart, ia memutar tubuh menyambut dart terakhirnya. Segera ia menjatuhkan tendangan telak wajah serigala merah dengan kekuatan kaki yang tersisa, tampak makhluk itu oleng. Atensi Zhura lantas saja berpusat pada dart yang ia tendang wajahnya. Kondisinya sudah memburuk. Satu taringnya patah, sementara tubuhnya penuh luka sayatan. Gadis itu yakin dia sudah melawan para gadis sebelumnya dengan sangat giat.
Beberapa saat Zamrud hijaunya terperangkap dalam tatapan penuh intimidasi dari monster merah itu. Ada hasrat membunuh yang berkilat di maniknya yang keruh. Mengabaikannya, Zhura segera mengedarkan pandangan guna mencari tombak terdekat. Tapi, nihil. Para centaurus di sisi lapangan sudah berhenti melesatkan tombak-tombak. Entah mereka sudah lelah dan memilih menyerah atau mereka justru berhenti karena tahu aku menggunakan tombaknya sebagai senjata. Tapi, bagi Zhura yang kedua lebih masuk akal.
Sekarang apa yang harus ia gunakan sebagai senjata?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...