Hanya orang melankolis yang mengatakan kalau perasaan mendebarkan hanya datang di saat seseorang sedang jatuh cinta. Tidak, debaran juga bisa terjadi ketika ketakutan. Kebanyakan penyebabnya karena tubuh sedang melakukan pengantisipasian terhadap luka fisik maupun batin terhadap berbagai sebab. Begitulah yang kira-kira gadis itu rasakan. Yang menyebalkan, perasaan itu bahkan sudah menetap jauh sebelum Zhura memasuki ruangan pertemuan, tempat di mana ia kini berdiri menundukkan kepala. Orang-orang pasti mengira ia pemalu, tapi sebenarnya ia hanya sibuk membatin doa-doa agar usaha penyamarannya dilancarkan."Jangan perlihatkan rasa gugupmu, Zhura. Mereka nanti akan curiga."
Zhura terkesiap, ia menoleh ke samping kanannya lalu mengangguk dua kali. Inara tampak berdiri dengan tenangnya menatap lurus ke depan. Zhura pun turut menggulirkan matanya ke arah pandangan elf itu. Di bagian depan ada tempat yang disediakan khusus untuk anggota kerajaan. Sebuah kursi singgasana emas berada di tengah-tengah dengan empat kursi sejenis yang lebih kecil diatur di sekitarnya. Zhura mengira tiga kursi di sisi kanan ditujukan untuk tiga putera raja, alias para pangeran. Namun, entah untuk siapa satu kursi di sisi kiri.
Gadis itu menggulirkan mata ke sekitar ruangan pertemuan. Terlihat ada banyak kursi dengan kaki rendah ditata mengelilingi sisi aula. Jika dihitung, jumlahnya mungkin seratus kursi. Tempat pertemuan itu seperti sebuah aula besar yang berada di tengah-tengah taman, mereka menyebut tempat ini sebagai balairung. Mata hijaunya yang aktif berkeliaran terhenti pada sebuah kolam air yang berada di sisi selatan halaman, begitu indah. Jika Zhura sedang tidak ketakutan, ia pasti akan sangat menikmati pemandangannya.
Suara gaduh membuat atensinya kembali teralih ke depan. Pemberitahuan jika acara akan dimulai diumumkan. Beberapa gadis suci mulai sibuk merapikan seragam biru mereka, sementara sisanya sibuk menyisir rambutnya yang ditata rumit. Zhura juga mengulurkan tangan ke kepala, meraba sebuah tusuk rambut yang terselip di sana. Rasanya ia benar-benar merasa menjadi pemain drama kolosal kerajaan.
"Zhura, menunduklah," bisik Inara.
Zhura merasakan sebuah sikutan pada tangan bersamaan dengan derap langkah kaki mendekat. Namun, ia terlalu penasaran hingga menatap ke arah sumber suara. Dirinya segera terkejut saat mendapati para petinggi berjalan ke arahnya. Segera ia kuatkan kedua tangan di depan perut, lalu menjatuhkan pandangan. Inara bilang ini adalah bentuk penghormatan untuk seseorang yang memiliki status lebih tinggi daripada dirinya, tapi bagi Zhura ini terlalu berlebihan.
Helaan napas gadis zamrud itu tertahan ketika jarak mereka sangat dekat. Beberapa orang dengan jubah besar terus berjalan ke depan, sementara orang-orang dengan jubah biru tua kini memenuhi seratus kursi rendah di ruangan. Zhura berjuang keras menahan kepalanya tidak naik saat para anggota kerajaan itu sibuk menempati tempatnya masing-masing.
Saat tekanan mulai berkurang, Zhura pun memberanikan diri mengintip dari punggung gadis yang berbaris di depannya. Seorang pria tua berjubah merah padam keemasan, duduk di kursi kebesaran. Ia tahu, dia Raja Amarhaz. Sementara di samping kirinya, duduk pria tua lain berjubah hitam. Kening Zhura lantas mengernyit ketika ia merasa asing dengan sosok itu. Dilihat dari cara mereka berbincang, sosok berjubah hitam tersebut pasti orang dekat Raja Amarhaz.
Mengabaikan pria asing itu, Zhura memilih mengamati para pangeran muda kini duduk dengan raut wajah yang berbeda. Yang satu duduk dengan wajah penuh wibawa, sementara yang lain terus menebar pesona pada para gadis. Masing-masing dari pangeran itu mempunyai satu pengawal yang berdiri di belakang kursi mereka. Inara bilang para pengawal itu pun juga bertugas sebagai tangan kanan tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...