Azhara membuka mata saat sensasi hangat mengusap sisi wajahnya yang mendingin. Dengan letih, ia bangkit dari pembaringan. Terduduk ia menatap arah di mana seseorang baru saja pergi keluar. Bahkan meskipun matanya tak bisa lagi melihat atau pun telinganya yang tidak setajam dulu, pemuda itu tetap bisa menyadari bahwa Zhura datang. Saat mendengar suara langkah kaki itu, debaran jantung Azhara meningkat. Namun, rasa sakit datang mengingatkannya kalau mereka tidak lagi bisa berjalan beriringan.
Pemuda itu bangkit dan berjalan menuju dinding tak kasat mata yang mengelilinginya. Diusapnya sekat itu seakan meraba kehangatan yang tersisa. Air matanya mengalir ketika ia melihat bayangan masa lalu. Jika saja ia tidak lengah, ia tidak akan menjadi selemah ini dan membuat roh jahat di tubuhnya bangkit. Jika saja ia tidak menyimpan perasaan ini, sekarang orang-orang mungkin masih hidup tenang.
Tapi, semua sudah terjadi, ia tak bisa menarik apapun kembali. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah memastikan bahwa tidak ada lagi hal yang akan mengancam keselamatan orang-orang. Meskipun ia juga harus berada di dalam sudut kegelapan, Azhara akan melakukannya asalkan itu berarti orang yang ia cintai selalu aman.
***
Ramia melihat ke sekeliling seraya merapikan penutup wajahnya. Setelah memastikan kalau wajahnya tersembunyi dengan baik, ia pun masuk ke dalam bangunan besar bernuansa hitam di depannya. Berkat seragam Shar yang ia dapatkan dari pasar gelap, ia dapat leluasa menjelajahi ruangan demi ruangan, dalam bangunan yang orang-orang jahat sebut sebagai markas Shar itu.
Ini dimulai saat malam penyerbuan istana malam itu. Tepat sebelum orang-orang bertudung itu datang, Tusk sempat mengirimkan surat bahwa ia mengantongi identitas pemimpin organisasi gelap itu. Dia akan mengumumkan identitas pemimpinnya di surat yang akan ia kirim setelahnya. Namun, tidak ada surat susulan, dia kehilangan kontak dengan Tusk. Karena itu, Ramia memutuskan untuk menyusul dan menyelidiki sendiri organisasi penjahat itu.
Sekarang, ia sedang menyusup ke markas Shar. Sesekali Ramia menundukkan kepala ketika orang-orang berpakaian serupa dengannya lewat. Meskipun sebenarnya semua orang tampak sama karena wajah mereka juga tertutupi oleh kain. Untuk meminimalisir kecurigaan, Ramia melangkah dengan punggung tegak, selayaknya yang orang-orang di dalam gedung lakukan.
Ia mengamati keadaan di sekitar lorong gelap yang ia lewati, untuk kemudian berbelok ke arah ruangan yang ia cari-cari. Tujuannya masuk ke markas ini adalah untuk mendapatkan identitas pemimpin organisasi dan juga menemukan Tusk. Namun, karena ia hanya sendiri, Ramia tak punya pilihan selain melakukan semuanya satu per satu
"Hei, kau!"
Tubuh pemuda elf itu menegang, ia menoleh dan mendapati dua anggota Shar tengah menatapnya penuh selidik.
"Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu," ujar salah satu dari mereka yang berbadan besar.
Ramia berdehem, berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Siapa yang mengira anggota Shar ternyata terlatih mengenali wajah meskipun hanya dengan melihat matanya saja.
"Namaku Silas, aku adalah anggota baru," ujar Ramia.
"Kudengar ada anggota baru dari sektor C yang bergabung beberapa minggu lalu." Kali ini orang yang bertubuh ramping menyahuti ucapan Ramia. "Kau orangnya?" tanyanya.
Tak perlu menunggu apapun untuk Ramia memanfaatkan kesempatan, "Ah, iya! Benar, aku orangnya! Aku baru bergabung dua minggu lalu."
Orang yang bertubuh besar terlihat masih mencurigai Ramia, "Kalau begitu apa kode kita?"
"Hah?" Ramia kebingungan.
Orang bertubuh besar itu menyilangkan tangannya di depan dada, "Anggota organisasi mempunyai kode khusus sebagai bukti keanggotaan, jika kau benar-benar anggota kami, seharusnya kau mengetahui kodenya, 'kan?"
"Melinoë pasiphae. Itu kodenya, 'kan?" jawab Ramia tersenyum culas di balik penutup wajahnya. Beruntung sebelum sampai di tempat ini, ia sempat tersesat di pasar gelap, di mana semua yang ada di sana adalah Informasi. Banyak sekali hal yang bisa Ramia dapatkan mengenai Organisasi Shar, karena bertukar informasi serahasia apapun bisa dilakukan dengan catatan kau punya uang.
"Sudahlah, dia tahu kodenya. Jadi, hentikan kecurigaanmu. Pertemuan akan dimulai, lebih baik kita segera ke sana," ujar orang yang bertubuh ramping.
"Hm." Orang bertubuh besar di sampingnya hanya bergumam sebelum kemudian berbalik.
"Jangan dipikirkan, dia memang orang yang kaku, ayo cepat kita menyusul," ujar orang Shar bertubuh ramping itu mengajaknya turut serta ke tempat pertemuan.
Ramia melirik ruangan Arsip di samping yang sejak tadi ia cari-cari keberadaannya. Namun, ia masih harus menunggu untuk memastikannya. "Baik," ujarnya mengikuti langkah anggota Shar itu.
"Namaku Ran." Orang Shar di sampingnya, kembali membuka suara di tengah perjalanan menuju ke tempat pertemuan, "Kau tahu, aku sebenarnya sangat malas. Baru semalam aku pulang dari misi dan sekarang harus berangkat lagi."
Ramia mengangguk memberikan respon pada pernyataan Ran. Pemuda elf itu tahu dari informasi yang ia dapat di pasar gelap, bahwa setiap selesai menjalankan suatu tugas, anggota Shar akan mendapat jatah libur dua hari. Mendengar pernyataan orang Shar di sampingnya, itu berarti ada suatu kondisi tertentu di markas yang membuat dia harus merelakan jatah liburnya.
Mungkin pertemuan yang sejak tadi dibahas adalah penyebabnya. Berdehem, Ramia berusaha mengatur agar suaranya terdengar tidak mencurigakan, "Pertemuan ini akan membahas hal yang biasanya, 'kan?" tanya pemuda itu ingat kiat-kiat menyamar yang baik dan benar adalah dengan bersikap sok tahu.
Ran menoleh pada Ramia, "Apa maksudmu? Bukankah kita sudah diberitahu, pertemuan ini bertujuan memperkenalkan pimpinan baru."
Ramia menepuk keningnya, berpura-pura tersadar akan sesuatu, "Benar juga, aku lupa itu. Akhir-akhir ini aku mempunyai banyak sekali pikiran."
"Kasihan sekali, anggota baru sepertimu pasti merasa tertekan. Bukan hanya kalian, tapi kami para senior dulu juga merasakannya. Ditambah lagi setelah ini ada misi besar-besaran yang akan dijalankan semua anggota dari semua sektor, termasuk anggota baru."
Dari balik penutup wajahnya, Ramia mengerutkan kening, "Misi besar-besaran?"
"Ah, kau baru bergabung, jadi belum pernah mendengarnya, ya?" kata Ran tertawa, "pimpinan baru nanti berencana menjadikan kita pasukan untuk bertarung di medan perang."
"Medan perang?" Ramia punya firasat buruk tentang ini.
"Yah, sebenarnya itu hanya berjaga-jaga, jika misi yang sedang dikerjakan sektor A gagal," timpal Ran lagi.
"Maksudmu perang itu hanya rencana cadangan, jika misi sektor A itu gagal?" gumam Ramia menyimpulkan misi sektor A yang dimaksud Ran mungkin adalah masalah peracunan teratai bulan.
"Kau benar, tapi Silas, aku sedikit ragu untuk pergi ke medan perangnya." Langkah mereka berhenti di depan pintu besi, di mana satu orang penjaga berdiri di sisinya.
Ramia menyahut, "Kenapa?"
Ran membuka pintu di depannya. "Karena pertempurannya akan dilakukan di Dataran Hidee, tempat di mana naga biru itu tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Journey Of Zhura
FantasyFANTASI ROMANSA Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis...