77. Kait

48 16 7
                                    

"Kau sungguh pembohong yang handal."

Zhura menutup bibir Azhara dengan tangannya. Setelah memastikan Nenek Manira dan Kakek Maral benar-benar keluar dari yurt itu, dia pun segera menarik dirinya dari hadapan Azhara.

"Jangan bicara keras-keras, bagaimana kalau mereka mendengarnya?" sembur gadis itu. Zhura sudah menceritakan sebuah kisah melankolis di mana selain tidak punya tempat tinggal, dia juga mempunyai kakak yang penyakitan. Kalau Nenek Manira dan Kakek Maral mendengar ucapan Azhara, bisa-bisa mereka akan meragukan Zhura.

"Hei," panggil Azhara yang hampir tenggelam dalam lautan emosi, "kau sungguh tak ingin kembali?"

Karena Azhara menanyakannya, sekarang Zhura jadi memikirkannya. "Jika kau khawatir aku akan kabur, maka tidak. Jangan khawatir, karena aku tetaplah gadis suci. Kau sudah tahu, 'kan? Aku pergi untuk mendapatkan penawar racun. Tidak sepertimu, perjalananku sejauh ini mempunyai tujuan yang jelas. Jadi, jangan coba-coba mempengaruhiku. Dengan atau tanpa petanya, aku akan tetap menemukan Sanguina dan mendapatkan penawarnya."

"Jadi, kau benar-benar mengabaikanku?" Decihan keluar dari bibir pemuda perak atas kekecewaan yang ia rasakan.

"Aku harus mendapatkan penawarnya karena itu adalah tugas yang diberikan Ibu Suri. Bukan demi siapa pun, aku tidak bisa mengabaikannya karena ini tanggung jawabku. Beliau memberikan perintah, dan aku menerima bayaran. Bukankah terdengar adil?" Zhura mengembuskan napas panjang. Ia menerawang ke langit-langit tenda yang penuh motif unik.

"Selain itu, ada banyak orang yang memburuku akhir-akhir ini. Jadi, bersembunyi di sini adalah pilihan yang tepat. Aku tidak memintamu datang dan menemaniku. Jika tubuhmu sudah pulih, kau bisa pergi. Biar aku yang memikirkan alasannya pada Nenek Manira dan Kakek Maral." Setelah mengatakannya, Zhura pergi melenggang keluar dari ruangan yurt.

Seolah cahaya matahari menyilaukan penglihatannya yang gelap, di tempatnya Azhara memejamkan mata. Faktanya, sama seperti Zhura, ia juga mempunyai tujuan yang jelas pergi sejauh ini. Pemuda itu melarikan diri dari belenggu ayahnya adalah untuk menyelamatkan Zhura. Hanya untuk memastikan bahwa gadis itu tetap baik-baik saja. Karena Zhura memutuskan tinggal di sini, tentu saja Azhara turut terseret dan tidak punya kekuatan selain mengikutinya.

Pada akhirnya, bukan arus deras yang membawanya larut, tapi dirinya sendiri yang memilih terjun untuk mengarunginya.

***

Sudah beberapa hari sejak Ramia menyusup ke markas Shar. Beberapa macam tetek bengek ia temukan, dia kini terbiasa melihat kejanggalan yang mengarah pada penyerangan dan semacamnya. Siang dan malam sebisa mungkin pemuda itu berusaha mencari informasi terkait teratai bulan, tapi semua informasi seperti terbatas. Sepertinya markas sedang berusaha menjaga sebuah informasi yang belum pasti.

"Sepertinya misi kemarin gagal lagi. Siapa yang mengira bahwa Putera Mahkota akan datang sendiri dan menyelamatkan gadis itu? Jika saja monster itu tidak datang, dia pasti sudah bisa kita bawa."

Ramia terpaksa melaksanakan kegiatan berpura-pura menjadi anggota yang baik agar ia punya akses masuk ke berbagai ruangan. Hari itu, Ramia mendengar pembicaraan dua orang anggota Shar. Segera pemuda itu menguping. Dengan kemampuan menyembunyikan hawa keberadaannya, dia pun bisa menguping dengan aman.

"Sepertinya dugaan tuan besar benar. Hubungan Putera Mahkota dan gadis itu pasti bukan hubungan sembarangan. Kita Benar-benar harus bekerja keras untuk menyelesaikan misi ini. Yah, sebenarnya aku tidak peduli pada apapun tentang mereka berdua, aku cuma mulai lelah dengan pekerjaan ini yang seperti tidak ada habisnya. Memangnya mau sampai kapan kita berkubang pada tugas yang sama?"

Ramia merenungkan kembali pernyataan di belakangnya. Apakah yang dimaksud orang-orang itu adalah Tuan Azhara dan juga Lailla? Apa yang terjadi pada mereka berdua? Kenapa orang-orang Shar berusaha menangkap mereka?

"Jangan khawatir. Sin akan mengatur segalanya. Kita cuma tinggal menunggu perintah."

Itu dia. Ramia pernah mendengar nama Sin, nama yang mengingatkan dirinya akan Ranzak. Apakah benar Sin adalah Ranzak? Sejujurnya, Ramia belum mengetahui pasti kebenarannya. Namun, berdasarkan perkataan anggota Shar barusan, sepertinya Sin mempunyai posisi yang sangat kompeten di dalam ruang lingkup organisasi ini. Ranzak adalah prajurit baru yang bekerja di istana dalam, sementara sosok Sin asing itu adalah anggota Shar.

Ramia mulai membuka satu pintu logikanya. Jika memang informasi yang Tusk berikan benar mengenai pemberontak di dalam istana, rasanya tidak mustahil jika Ranzak yang menjembatani jurang konspirasi ini. Hanya saja, siapa orang istana yang kira-kira berada di balik semua ini? Yah, Tusk adalah orang yang sangat tepat untuk dimintai jawaban. Tapi, dia menghilang sejak insiden penyerangan teratai bulan beberapa hari terakhir.

Mungkinkah Tusk ditangkap oleh Shar?

Semuanya akan menjadi jelas jika ia bertemu dengannya. Sekarang Ramia pun diburu waktu. Ia benar-benar harus menyingkap konspirasi ini sebelum anggota Shar berhasil mencelakai Tuan Azhara dan Lailla. Sebelum dia, Tusk juga sempat menyusup ke markas ini. Jadi, ia sudah tertangkap. Ramia berusaha tenang untuk memikirkan di mana kira-kira pria itu berada. Itu dia! Jika Tusk belum dibunuh, maka hanya ada satu tempat di mana ia mungkin ditawan oleh Shar.

***

   

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang