48. Tersemai

84 26 9
                                    


Zhura tahu bahwa keselamatan dan kedamaian rakyat adalah nomor satu, tapi melakukan hal yang sewajarnya dilakukan bukan kejahatan. Meskipun pemuda itu menyembunyikan perasaannya, Zhura melihat ada hasrat terpendam di balik matanya. Fakta bahwa terdapat aturan tertulis yang mengendalikan seluruh kehidupan Azhara, semakin memperkuat alasannya untuk tetap hidup dalam keterbatasan.

"Menghabiskan sisa hidupmu untuk mencegah sesuatu yang belum tentu terjadi pasti melelahkan." Ini masih pagi, tapi topik berat membuat penat mengganggu diri Zhura.

"Mau bagaimana lagi, sejak awal aku tidak memiliki pilihan." Mata lautan Azhara menerawang ke arah danau.

Gadis bermata hijau lantas kembali bersuara, "Kau sudah hidup ribuan tahun, apa kau pernah berpikir untuk tidak patuh pada aturan itu?"

Bergemingnya Azhara adalah tanda jika perasaan buruk sedang ia rasakan.

"Kalau kau tidak mengatakannya dengan mulutmu sendiri, aku tidak akan percaya. Guru, apa kau bahagia dengan hidupmu sekarang?"

Pemuda perak itu menghela napas berat seakan jawabannya terlalu sulit. Zhura berdecak lalu menutup telinga gurunya dengan kedua tangan. Azhara bereaksi dengan menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri.

"Lancang."

Zhura berusaha mempertahankan tangannya di sisi wajah Azhara. "Aku menutup telinga ini agar kau berhenti mendengar segalanya dengan telinga Azhara! Tolong, lihat aku!

Pemuda itu menjadi lebih tenang, membiarkan pendengarannya ditutup.

Mata Zhura bergerak menusuk iris lautan pemuda di hadapannya. "Guru, ini adalah hari yang istimewa, jangan biarkan ada pengecualian apapun. Untuk kali ini saja, tolong jadilah siapapun yang kau inginkan. Hari ini lupakan hal yang orang-orang katakan tentangmu!"

Suara gadis itu terdengar samar, tapi gerakan bibirnya tampak jelas untuk Azhara pahami.

"Azhara, kau adalah pemuda biasa! Ancaman yang selalu orang-orang katakan adalah omong kosong. Kau adalah orang pemberani yang siap berkorban untuk kedamaian, kau adalah orang yang akan berada di barisan paling depan untuk melindungi rakyatmu. Kali ini saja keluar dari dalam sangkar, aku percaya kau bisa menjadi siapapun karena kau kuat."

Azhara tak bisa untuk tetap diam tanpa terpana. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?"

Zhura melebarkan matanya seakan ingin menunjukkan seluruh keyakinannya. "Apa yang aku yakini adalah apa yang aku rasakan. Hari ini kau bukan Azhara yang kemarin, kau adalah Azhara yang baru. Kau tahu, kenapa aku yakin kalau kau bisa menjadi siapapun yang kau inginkan?"

"Kenapa?"

Kehangatan datang dari tangan gadis itu di sisi wajahnya, sebuah hal yang kembali Azhara rasakan sejak ibunya meninggal. Angin bertiup kencang menerbangkan helai rambutnya. Mata pemuda itu terpejam merasakan ketenangan sebelum ia melihat musim semi beraroma ceri ketika suara itu kembali keluar.

"Karena semua orang di dunia terlahir bebas."

***

"Anggur! Anggur! Anggur!"

Rou-rou terbang menikmati sinar mentari pagi yang berubah semakin terik. Azhara berdiri di tengah halaman belakang, menatap benda asing yang dipegang Zhura. Bentuknya seperti burung yang dibuat dari potongan bambu dan dibungkus kertas berwarna putih.

The Cursed Journey Of Zhura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang