Aku menatap pria yang seminggu ini telah menjadi suamiku. Pernikahan kami terjadi atas dasar perjodohan. Perjodohan yang ternyata orang tua kami lakukan di saat kami masih berkembang di dalam rahim.
"Jae, mau kopi atau teh?" tawarku.
"Kopi." balasnya singkat.
Mas Jaehyun memang tidak pernah banyak bicara. Dia hanya akan bicara seperlunya secara singkat, padat, dan jelas. Aku tahu jika dirinya juga terpaksa menikahiku.
Untuk apa dia melakukan itu karena pada dasarnya dia bisa menolak perjodohan ini, kenapa dia tidak mengambil kesempatan emas itu? Ditambah penampilanku yang seperti ini, tidak ada bagusnya sama sekali.
Jaehyun merupakan anak kota sedangkan aku merupakan anak desa yang hanya tamat sampai jenjang SMA. Aku tidak melanjutkan ke jenjang perkuliahan karena aku tahu diri, Ayah tidak memiliki cukup uang untuk itu. Lalu? Bekerja? Uang hasil bekerja di desa pun tidak akan cukup untuk membiayai kuliah di Kota.
Awalnya aku ingin merantau ke Jakarta, berniat untuk mencari pekerjaan yang layak, menabung lalu melanjutkan kuliah. Tapi sayangnya, Ayah melarang aku melakukan itu karena ternyata dibalik larangan itu Ayah memiliki keputusan lain, yakni menikahkanku dengan Jung Jaehyun. Anak majikan Ayah sendiri.
"Biasakan panggil saya dengan sebutan Mas. Kamu harus hormat dengan suami kamu sendiri." ujarnya memecah keheningan.
"Maaf, Jae, eh, Mas."
"Harus berapa kali saya bilang. Saya nggak biasa sarapan dengan menu yang terlalu berat. Cukup kamu buatkan sehelai roti atau kopi. Jangan buang-buang makanan."
"Iya, Mas."
Hari ini Mas Jaehyun terlalu banyak bicara. Aku juga tidak mengerti tumben sekali dia bersikap seperti itu. Meskipun terkesan galak dan ketus, ia dapat mengarahkan dan mengajarkanku ke arah yang lebih baik.
"Disini kamu bebas gunakan apa saja yang kamu mau, nggak perlu kamu minta ijin ke saya."
"Tapi Mas, semua barang yang ada disini 'kan punya kamu. Saya juga harus ijin....."
"Kamu siapa saya?"
"Is.. istri."
"Kalau saya bisa menjadi milik kamu, lalu isi di rumah ini?"
"Juga milik saya."
"Itu kamu paham."
Kami kembali terdiam dan keheningan kembali melanda kami. Aku belum tahu banyak perihal Mas Jaehyun karena kami yang tidak pernah bertemu sebelumnya. Menjelang pernikahan pun kami hanya bertemu sebanyak dua kali itu pun hanya sebentar karena dia yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Kamu bisa tanya apapun ke saya. Jangan ragu."
Apa aku harus bertanya tentang itu? Perihal keturunan. Aku tidak ingin melakukannya tanpa adanya ikatan cinta diantara kami. Bukan hanya sekedar bicara mengenai hak ataupun kewajiban.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...