Siapa yang tidak sakit hati jika harus menerima kenyataan bahwa aku bukan hanya dijual oleh ayahku sendiri. Tetapi, Jung Jaehyun, pria yang telah menjadi suamiku sejak sebulan yang lalu justru menjual tubuhku kepada kenalannya.
Aku tidak pernah tahu seberapa banyak uang yang dia dapatkan dari teman-temannya itu.
Bukan hanya hatiku yang sakit. Seluruh tubuhku juga merasakan hal yang sama. Bagaimana bisa seorang suami melihat istrinya yang sedang digagahi oleh pria lain dengan santai. Apakah ia memiliki kelainan?
Sungguh, aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Salah apa aku hingga dirinya tega memperlakukanku seperti seorang pelacur.
Pria itu gila dan jahat. Dia tidak memiliki rasa kasihan sama sekali. Di saat aku sedang sakit pun, tak segan-segan dirinya memintaku untuk bersiap melayani beberapa koleganya.
Aku benci ketika dia mengatakan kepadaku bahwa seharusnya aku bersyukur karena bertemu dengannya. "Seharusnya kamu bersyukur. Saya masih mempersiapkan segala kebutuhanmu, bahkan saya tidak menuntut kamu atas hutang piutang sepeninggalan ayahmu itu. Lagipula, saya tidak menerima sembarang orang untuk memasukimu. Mereka berani bayar mahal hanya untuk menidurimu."
Rasanya aku ingin menyusul kedua orang tuaku. Aku lelah dengan semua ini. Hidupku sudah hancur jadi untuk apalagi aku bertahan di saat kehadiranku pun tidak diterima siapa pun. Mereka hanya membutuhkan tubuhku tidak ada yang lain. Aku merasa jijik pada diriku sendiri.
Setiap malam aku berdoa. Meminta kepada Tuhan agar suamiku berubah, setidaknya ia memiliki belas kasihan untukku sedikit. Hanya sedikit, aku tidak pernah meminta lebih. Terkadang aku berharap ada seseorang yang mampu membawaku pergi dari rumah ini. Rumah ini seperti neraka bagiku.
Adakalanya aku ingin melawan, tapi sayangnya aku tidak pernah mampu untuk melakukan itu. Ancamannya tidak pernah main-main.
Pernah suatu hari aku dikurung di dalam kamarnya selama dua hari. Tidak diperbolehkan untuk makan dan minum. Dia menganggap bahwa itu adalah sebuah hukuman hanya karena aku tidak bisa memuaskan temannya.
Mengapa dia tidak membunuhku saja? Mengapa harus susah-susah membuatku mati secara perlahan. Dia hanya perlu menodong pisau/pistol ke arahku atau mencekik leherku hingga aku mati.
Kalau pun dia tidak ingin mengotori tangannya, dia bisa meminta seseorang untuk membunuhku, iya kan? Tidak akan sulit baginya melakukan itu.
Hanya satu hal yang membuatku penasaran. Apa yang membuatnya melakukan ini kepadaku? Apa alasannya? Aku tidak pernah tahu bahkan teman dekatnya pun tidak tahu.
Suara derap kaki membuat lamunanku buyar. Jaehyun berjalan melewatiku tanpa berniat menatap ke arahku. "Saya tidak memintamu untuk mempersiapkan segala kebutuhan saya. Jangan lakukan itu lagi," tekannya diakhir kalimat.
Memangnya mengapa? Bukankah sudah menjadi tugasku untuk memenuhi segala kebutuhannya?
Apa dia tidak suka dengan setelan jas yang aku pilihkan untuknya?
"Kena—"
"Tidak perlu bertanya alasan. Kalau saya bilang tidak perlu ya tidak perlu. Kamu hanya perlu melakukan apa yang saya perintahkan. Persiapkan dirimu malam ini."
Jika dia sudah mengeluarkan kalimat andalannya sudah dapat dipastikan dalam waktu dekat akan ada seseorang yang datang.
"Kenapa? Saya tahu kamu tidak tuli. Gunakan gaun tidur satin yang saya belikan kemarin. Saya ingin melihat kamu mengenakannya malam ini."
"Aku tidak mau. Aku lelah, bisakah aku istirahat untuk hari ini? Malam ini saja, tolong."
"Mulai berani membantah rupanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...