Renewal pt. 8

248 52 2
                                    

Hari ini tidak banyak topik yang bisa dia jadikan alasan untuk berbincang dengan pria kesukaannya. Y/N lebih banyak diam. Dalam hati ia meringis, bagaimana bisa kisah cintanya setragis ini? Belum memulai tetapi sudah harus patah hati.

Bagaimana tidak? Pria yang menjabat sebagai crush bagi dirinya itu membawa seorang gadis memasuki cafe. Yang tadinya semangat mendadak lesu ketika dirinya melihat perlakuan Minhyun yang tidak biasa terhadap gadis itu.

Y/N jadi semakin yakin. Gadis yang menerima sambungan teleponnya waktu itu adalah gadis yang sedang berjalan beriringan bersama dengan Minhyun.

"Y/N, jangan bengong. Layanin itu, customer di depan kamu makin ngantri."

Y/N terkesiap, beruntung dirinya mendapat teguran dari rekan kerjanya. Kalau saja Dino tidak melewati tempatnya, mungkin suara keributan dari para pengunjung cafe sudah terdengar di telinga Minhyun.

"Mau pesan apa?" tanyanya dengan wajah yang tak ramah. Seperti itulah Y/N. Gadis remaja yang beranjak dewasa. Yang mudah sekali tersulut emosi, memiliki sifat moody an dan tidak berperasaan. Semua itu ia dapatkan dari rumah.

Perceraian orang tua membuat dirinya terjebak dalam ketakutan-ketakutan yang selalu menghampiri dirinya. Ia jadi mudah merasakan cemas, lebih pendiam, dan tidak banyak memiliki teman. Hanya Joana yang dia miliki selama ini. Y/N merasa dirinya tidak membutuhkan orang lain. Namun, beruntung sekali dia masih memiliki akal sehat, tidak pernah meng-underestimate seluruh pria yang ada di belahan bumi ini. Menurutnya semua laki-laki belum tentu jahat, hanya sang ayah yang ia nobatkan sebagai pria terjahat di dunia. Mungkin, Minhyun akan masuk ke dalam kategori itu.

Y/N sedikit kecewa tentu, mengapa sejak awal Minhyun tidak pernah melarangnya untuk mencintai pria itu? Jika sejak awal Minhyun berkata jujur bahwa dirinya memiliki tambatan hati. Y/N tidak akan sampai sejauh ini, membiarkan hatinya semakin jatuh terlalu dalam pada sosok pria yang begitu dirinya dambakan. Sayangnya semua impian yang dirinya ciptakan hancur lebur seketika. Ditambah pemandangan di depannya begitu menyakitkan mata.

"Kalau mau mesra-mesraan kan bisa di luar ya? Ngapain juga di cafe. Bego banget lo, cafe juga cafe dia, kenapa elo yang repot, Lee Y/N. Kerja woy kerja jangan makan gaji buta. Anggap aja mereka cuma setan." ucapnya menggebu-gebu tentunya dalam hati. Tidak mungkin dia berbicara seperti itu di depan pengunjung cafe, yang ada mereka akan berpikir bahwa Y/N kelewat gila.

"Loh, kamu masih di sini? Bukannya udah jadwal kamu balik ya?"

Y/N mendengus mendapati orang yang sedang dirinya tatap dengan tajam sudah berdiri tepat di depan mesin kasir. "Nggak lihat di luar hujan deras," katanya menusuk.

Minhyun nampak terkejut dengan perubahan sikap Y/N yang tidak pernah gadis itu tunjukkan pada dirinya sebelumnya. "Istirahat aja kalau capek," saran dari Minhyun.

Setelah itu Minhyun pergi meninggalkan Y/N, kembali pada meja yang diduduki seorang gadis yang diyakini sebagai kekasih dari Minhyun sendiri.

"Harusnya dia kasih gue semangat atau merasa bangga gitu kek punya karyawan modelan gue, ini kan masuknya gue lembur ya jadinya. Astaga, gue lupa, gimana kabarnya si Om ya? Kalau hujan gini gue nggak akan bisa ke sana. Terus dia makan pakai apa?"




***




Y/N memasuki kediaman Joana dengan wajah lesu. Hampir saja Joana dibuat takut akan bentuk wajah gadis itu. "Astaghfirullah. Lo kenapa? Muka lo kenapa jadi kayak gini? Macem Wewe gombel heh! Mana lemes banget lagi. Udah tahu hujan deres kenapa nggak beli payung atau neduh dulu," omel Joana. Mendapatkan omelan, Y/N hanya meletakkan jari telunjuknya di atas bibir. Meminta temennya itu untuk diam sejenak. Kepalanya mendadak pening.

Entah setan apa yang merasuki dirinya hingga ia menangis di tengah jalan tanpa peduli tubuhnya yang basah diguyuri air hujan yang begitu lebat. "Buruan masuk, nanti lo sakit, gue yang repot."

Gadis itu tidak melawan sama sekali. Ia membiarkan tubuhnya di dorong memasuki kamar mandi.

"Bego, bodoh, ngapain gue nangisin dia," cicitnya pelan. Air shower jatuh membasahi tubuhnya. Y/N meringkuk kembali menangisi kisah cintanya yang kandas begitu saja. "Mas Minhyun jahat banget, bisa-bisanya dia ciuman di depan gue! Dasar cowok, nggak pernah ada yang bisa dipegang omongannya!"

"Y/N. Lo nggak apa-apa?" tanya Joana khawatir dari balik pintu. Ia mengetuk pintu kamar mandi berkali-kali. Namun, balasan dari penghuni kamar mandi tersebut tak kunjung datang.

Joana semakin dibuat khawatir. Tidak pernah temannya melakukan hal gila seperti tadi. Joana jadi takut kalau-kalau sahabatnya memiliki pemikiran di luar batas kewajaran manusia. "Y/N. LO KENAPA?"

"GUE OK!" teriak sang gadis. Setelah mendapatkan jawaban, Joana bernapas lega. Langkahnya terhenti ketika mendengar nada dering ponsel milik Y/N yang masih tersimpan di dalam tas.

Nampak ragu untuk menjawab sambungan telepon tersebut, namun setelah melihat siapa yang menghubungi Y/N, dengan segera Joana menekan ke arah atas tombol berwarna hijau.

"Y/N, KAMU DARI MANA AJA? KENAPA KAMU NGGAK TERIMA PANGGILAN DARI SAYA?!"

"Om, ini saya Joana."

"Loh, kok kamu yang terima. Y/N mana?"

"Lagi di toilet. Saya juga nggak tahu, tiba-tiba keadaannya kayak gitu," ungkap Joana. Dirinya pun merasa aneh dengan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Y/N.

"Gitu gimana maksud kamu?" tanya Jaehyun tidak mengerti. Ia menatap ke arah Taeyong yang sedang bertanya pada dirinya 'kenapa?'

"Ya gitu deh, datang-datang lemes terus keujaanan juga, matanya merah juga."

"Saya ke sana sekarang."

"Tapi kan Om— bukannya Om masih—"

Suara keributan terdengar jelas di telinga Joana. Joana tampak heran, sepanik itukah saudara kekasihnya setelah mendengar kabar mengenai Y/N? "Sayang.... Ini aku," sambung Taeyong bertukar sambungan dengan Jaehyun.

"Mas Taeyong? Kamu masih di sana?"

"Iya, Y/N kenapa?"

"Aku juga nggak tahu, Mas, tiba-tiba udah kayak gitu. Ini juga dia masih di kamar mandi. Aku jadi khawatir, takut dia kenapa-kenapa."

"Kamu coba lihatin dulu ya, yang. Aku sama Jaehyun ke sana sekarang."

"Tapi emang nggak kenapa-kenapa? Bukannya Om Jaehyun masih sulit buat gerak ya? Takutnya nanti—"

"Nggak usah khawatir, dia itu udah sehat. Cuma manja aja buat narik perhatian sahabat kamu itu. Kayak nggak tahu aja gimana kelakuan duda satu itu."

"GUE DENGER YA, BURUAN AYO, SUSULIN Y/N!"

Taeyong menoleh ke arah Jaehyun, mendapati pria itu sudah berganti pakaian. "Yaudah, aku jalan ke sana bby."

"Iya, kamu hati-hati."

"Iya sayang, love you."

"Bisa-bisanya lo mesra-mesraan di saat keadaan genting kayak gini ya, Bang. Ayo buruan, firasat gue nggak enak ini."

Joana kembali berjalan ke arah kamar mandi, tidak mendengar suara gemericik air seperti tadi. Mungkin, temannya sudah merampungkan kegiatan mandinya. Belum sempat memutar gagang pintu, sosok Y/N sudah lebih dulu berdiri di hadapannya.

Ditatapnya wajah pucat Y/N dengan kimono handuk yang masih membalut tubuhnya. Joana mengulurkan tangannya, berniat membantu Y/N berjalan ke arah lemari. Tapi pergerakannya terhenti saat melihat tubuh mungil itu terkulai lemas di atas lantai.

"Y/N?!" teriaknya sembari menepuk pipi tirus gadis itu berkali-kali. "Lo demam? Kenapa bisa sampai pingsan kayak gini. Ngapain aja heh. Bangun nggak lo?!"















JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang