Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Belum menjadi seorang ibu tetapi sudah merasakan menjadi seorang ibu. Bukankah nikmat yang luar biasa?
Kodrat manusia yang bernama wanita adalah harus siap berperan ganda. Di saat wanita sudah menikah, bukan hanya berperan sebagai istri atau ibu bagi anaknya sekaligus sebagai manajer keuangan, dokter di rumah, menjaga kebersihan maupun kerapian rumah, mainan anak yang berserakan, hingga bumbu-bumbu dapur dan baju-baju yang bertumpukan pun tak bisa lepas dari tangan seorang wanita. Tetapi gadis bernama Yourname tidak harus ambil pusing untuk hal yang lain. Fokus utamanya hanyalah Jenandra.
Meskipun tidak dilahirkan dari rahimnya sendiri. Rasanya ikut sakit ketika melihat si kecil demam. Suara derit pintu terbuka membuat Y/N menoleh. Jaehyun berjalan pelan mendekati ranjang si kecil. "Masih demam?"
"Nggak terlalu. Hari ini dia cuma banyak tidur. Sempat rewel sesekali."
"Perlu ke dokter yang lain lagi? Barangkali dia nggak cocok sama obatnya."
"Abang cuma kecapean kok Mas, masuk angin juga karena kelamaan main air."
"Persis mamanya. Nara kalau sudah ketemu air dia bakalan betah meski berendam sampai seharian."
Kenapa harus ada mbak Nara diantara kita ya Mas? Apa aku terlalu jahat kalau cemburu sama mbak Nara. Bukan karena rasa cinta itu ada buat kamu. Tapi karena aku merasa posisiku ini hanya sebatas ibu sambung di rumah ini. Tidak lebih.
"Kalau kamu capek, kamu bisa istirahat, biar saya yang jaga Abang."
"Nggak apa, saya tidur di sini. Dari beberapa hari yang lalu juga saya nemenin Abang tidur di kamar ini."
"Kalau kamu belum ngantuk, boleh kita bicara di luar? Saya tunggu kamu di ruang tengah."
Buat apa lagi?
"Tentang aturan di rumah ini?"
"Bukan, saya mau bahas tentang kamu."
"Kenapa dengan saya?"
Ketika memaksakan keadaan maka akan muncul kata mengharuskan, dan ketika harus maka akan ada tuntutan, dan ketika tuntutan itu tidak terwujud, kita akan sangat kecewa, dengan kekecewaan yang kita alami. Oleh sebab itu Y/N membiarkan hidupnya mengalir seperti air.
Menjadi duda selama beberapa tahun membuat Jaehyun mandiri. Terkadang dia lupa jika sudah memiliki istri baru. Dia yang selalu membuat kopi di pagi hari, dia yang selalu menyiapkan pakaian bahkan dia tidak meminta Y/N untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Semua kebutuhan hidupnya masih bisa dirinya handle seorang diri kecuali perihal masak-memasak. Tak cukup waktu baginya untuk melakukan itu.
Wajahnya menengadah, menatap Y/N yang masih berdiri seakan enggan untuk duduk di sampingnya. "Duduk," pinta pria kepala tiga itu.
"Mas mau saya buatkan—" ucapannya terhenti melihat secangkir kopi sudah ada di atas meja. Menikah dengan Jaehyun memang tidak terlalu merepotkan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukannya hanyalah memasak lalu menjaga Jenandra. Masalah bersih-bersih rumah, Jaehyun sudah menyewa seseorang untuk melakukan itu termasuk mencuci pakaian dan juga menyetrika, semua sudah dibantu oleh laundry langganan. Hidup selayaknya princess berbanding terbalik sewaktu dirinya masih bekerja dan menyewa salah satu kost di tengah kota.
Tidak pernah terbesit dalam pikirannya menikah dengan seorang duda anak satu. Sempat dirinya berpikir ingin memiliki suami yang kaya. Harapannya kini terkabul.
Tapi bukan sama duda anak satu juga kali.
Kalau dipikir-pikir ada untungnya juga menikah dengan duda anak satu, iya kan? Persoalan pertama yang biasa diperebutkan oleh para netijen setelah menikah adalah anak. Di saat kita menikah dengan duda yang memiliki anak, tidak perlu bingung lagi ketika kita menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh yang terlontar dari mulut naga para netijen.
Kalau mereka tanya soal anak ke gue. Bilang aja mau fokus ngebesarin Jenandra. Pasti mereka langsung pada diem.
"Y/N?"
Terlalu banyak melamun membuat dirinya menjadi linglung. Y/N terdiam sesaat kemudian mendudukkan dirinya tepat di sebelah Jaehyun.
"Kenapa Mas?"
"Dua hari yang lalu. Siapa?" tanya Jaehyun to the point.
"Yang mana?" Jelas terlihat bahwa gadis itu sedang kebingungan. Pertanyaan Jaehyun tidak terlalu spesifik. Dua hari yang lalu dirinya banyak bertemu dengan orang-orang.
"Laki-laki yang nyapa kamu waktu itu," timpal Jaehyun menjelaskan. "Orang yang special buat kamu ya? Saya bisa ngerasainnya. Tatapan kamu beda."
Kamu nggak lagi cemburu kan?
"Apa perlu saya jelasin tentang dia ke Mas?"
"Kalau kamu nggak mau, saya nggak akan maksa. Kamu tahu sendiri bagaimana ikatan yang terjalin antara kita kan? Saya harap kamu ngerti maksud saya."
"Saya paham dengan status saya kok Mas. Mana mungkin saya berani bertemu dengan pria lain di saat status saya adalah seorang istri."
"Bukan itu yang saya maksud."
"Terus?" Tidak bisakah Jaehyun menjelaskan secara rinci? Apa dia sengaja ingin membuat kesalahpahaman yang tidak berarti?
"Saya nggak bisa menjamin kalau saya bisa kasih segalanya buat kamu. Jadi, kalau memang kamu mau cari itu dari pria lain saya ijinkan. Saya juga nggak mau mengekang kamu untuk selalu ada di rumah. Kamu bebas pergi ke manapun kamu mau asal kamu tahu batasan dan tetap Najendra yang menjadi prioritas."
"Saya baru tahu."
"Kenapa?"
"Saya baru tahu ada seorang suami yang merelakan istrinya mencari cinta dan kasih sayang dari orang lain," jelas Y/N tanpa keraguan. Bagaimana bisa Jaehyun melakukan ini padanya? Bukankah seharusnya dia melarang Y/N untuk bergaul dengan pria lain?
"Justru karena saya nggak mau menyakiti kamu lebih jauh. Kamu tahu siapa wanita yang saya cintai. Saya sadar siapa istri saya sekarang. Tapi, maaf saya nggak bisa mencintai kamu."
Sakit? Tentu, sebuah penolakan keras yang Y/N terima dari seseorang yang berstatus sebagai suami sahnya.
"Saya nggak pernah minta buat Mas mencintai saya. Saya tahu diri Mas. Tapi, pernyataan Mas yang tadi cukup ngebuat saya berpikir kalau saya itu wanita yang nggak tahu diri. Bagaimana bisa saya ngelakuin itu? Meskipun saya masih mencintai dia, apa pantas saya berhubungan lagi dengannya di saat saya memiliki seorang suami? Di saat saya menjadi ibu sambung Jenandra? Mas nggak perlu merasa bersalah karena tidak mencintai saya. Itu hak Mas. Dan saya tetap berada di tempat saya, itu hak saya. Lagipula, dia nggak akan mau menerima cinta saya lagi ketika dia tahu kalau saya sudah bersuami."
"Kamu—"
"Nggak ada yang perlu dipeributkan lagi. Saya ijin ke kamar Abang. Nggak baik ninggalin dia lama-lama dalam keadaan sakit."
Jung Jaehyun bodoh. Kenapa rasanya sakit? Apa dia terlalu menyinggung perasaan gue? Nggak ada cinta sama sekali buat dia. Tapi kenapa gue harus sakit hati sama ucapan dia tadi?
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...