Rasanya aku akan semakin gila. Dia, pria bernama Jaehyun benar-benar mengganggu aktivitasku akhir-akhir ini. Dia yang selalu kedapatan ada di sekitarku membuat diri ini semakin muak. Atau memang dirinya adalah seorang penguntit?
Mendadak kesal karena ulahnya, aku berjalan cepat menghampiri dirinya yang sedang duduk di sudut ruangan cafe milik mas Minhyun. Peduli setan dengan orang-orang yang sedang menatap ke arah kami dengan tatapan kebingungan. Mereka perlu tahu bahwa pria ini adalah seorang penguntit.
"Anda nggak punya kerjaan lain?"
Pria ini mendongak, menampilkan senyum terbaik yang dirinya miliki. Bukannya terpesona karena itu, aku justru semakin membenci tingkahnya. Tidak ada hal lain kah yang bisa dia lakukan selain mengganggu kedamaian hidupku?
"Bagaimana dengan hari-harimu?" Pertanyaan yang sukses membuat kedua mataku menghunus tajam ke arah om Jaehyun. Senyum itu tak pernah luntur menghiasi wajahnya. Bahkan dia melontarkan pertanyaan yang tidak pernah aku duga. Sudah jelas bagaimana hari-hariku setelah bertemu dengannya kan, lalu mengapa harus bertanya?
"Suram," sahutku membuatnya menyeringai, aku tak menyukai tatapannya itu. "Semakin suram setelah saya bertemu dengan Om. Jadi, tolong jangan ganggu saya di jam kerja," lanjutku kemudian. Aku sedang berkompromi dengannya. Semoga dia mengerti bahwa aku tidak ingin ada keributan di cafe tempatku bekerja.
"Oke," balasnya singkat padat dan jelas. "Kalau di jam lain boleh berarti?"
"OM!" Bibirku mengatup rapat setelah menyadari bahwa atensi penghuni cafe sedang menatap ke arahku. Aku pun terkejut sendiri, tanpa sadar berteriak hingga pemilik cafe datang menghampiriku.
"Ada apa Y/N?" tanya mas Minhyun setelah berdiri di hadapanku.
"Mas, itu.... Anu, sorry-"
"Jaehyun," ucap om Jaehyun sembari berdiri lalu mengulurkan tangannya ke arah mas Minhyun. Untuk apa meminta berkenalan?
"Saya Minhyun, pemilik cafe ini." Pria yang aku kagumi ini membalas uluran tangan om Jaehyun. Aku merotasikan mata malas saat om Jaehyun tersenyum penuh kemenangan padaku. "Ada yang bisa-"
"Saya tahu," sela om Jaehyun cepat. "Tolong bimbing calon istri saya." Tak ada kalimat penyerta lain, om Jaehyun menepuk kepalaku pelan lalu berjalan ke arah luar cafe menyisakanku dan mas Minhyun yang sedang kebingungan karena ulahnya.
"Pacar kamu?" tanya mas Minhyun. Aku menggeleng kuat menjawab pertanyaannya barusan. Sudah gila kali ya jika aku memiliki kekasih yang berumur seperti om Jaehyun?
"Terus siapa? Kenapa dia menganggap kamu sebagai calon istrinya?"
"Udah Mas, nggak usah dipikirin. Cuma orang gila yang ngajak bocil nikah. Kecuali...." ucapku sengaja menjeda kalimatku membuat dirinya semakin penasaran
"Kecuali apa?"
"Kalau Mas Minhyun yang ngajak aku nikah, pengecualian."
"Astaga Y/N. Kuliah dulu yang bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...