Halo, ini merupakan sequel dari cerita lubang yang tak kasat. Hayo, siapa yang udah nunggu gimana pembalasan dari si kembar buat medusa? Ayo sini merapat, kita ketawa bareng-bareng. Mohon maaf ya, untuk kali ini cerita ini berbau unsur mistis. Mention of blood. Kalau memang nggak suka atau justru malah ke trigger, mending di-skip aja ya.
Janu dan Juna, mereka anak-anak yang pintar. Ada saja cara mereka untuk membuat Kanaya ketakutan hingga harus bolak-balik rumah sakit. Jaehyun tampak kebingungan dengan apa yang terjadi. Tak dapat dipungkiri bahwa dirinya ikut merasakan cemas. Takut jika ia akan kehilangan anak yang dirinya dan Kanaya idam-idamkan.
"Mas, kayaknya kita harus pindah rumah deh. Rumah itu berhantu."
"Jangan ngaco kamu," balas Jaehyun. Pria yang baru saja menikahi Kanaya itu mengupas sebuah apel dengan penuh telaten.
"Ayo di makan," ucap Jaehyun sembari mengulurkan sebuah piring plastik ke arah Kanaya.
"Makasih Mas suami."
Jaehyun tersenyum, mengecup dahi wanita yang dirinya cintai. Sebuah suara dari arah luar membuat atensinya teralih. "Bentar, aku lihat ke depan dulu. Mau cari tahu kenapa rame banget."
Kanaya mengangguk membiarkan Jaehyun meninggalkan dirinya. Rasanya begitu bahagia telah menyandang status sebagai istri dari seorang Jung Jaehyun. Apa yang dirinya lakukan selama ini membuahkan hasil. Ia harus berterima kasih kepada kakek meskipun dirinya harus kehilangan mahkota untuk mendapatkan ini semua. Kenyataannya tidak ada yang gratis di dunia ini.
Pintu terbuka dengan pelan membuat Kanaya menoleh. Wanita itu terdiam memandangi seorang perawat membawa bingkisan berwarna cokelat. "Selamat siang Nyoya Kanaya? Bagaimana kondisinya? Apa ada keluhan?"
"Tidak ada suster," balas Kanaya. "Suster, apa yang suster bawa?" tanya Kanaya penasaran. Siapa yang membawakan bingkisan untuk dirinya? Sepertinya itu cake. Ah, akhirnya apa yang dirinya inginkan terpenuhi.
"Salah satu pengunjung nyonya tidak bisa masuk. Jadi dia menitipkan ini untuk nyonya."
Kanaya mengangguk paham. Tak lupa dirinya berterima kasih kepada sang perawat. "Kalau begitu, saya permisi."
"Iya, terima kasih suster. Oh, maaf. Di luar ada keributan apa?"
"Oh, itu. Hanya anak-anak yang sedang mencari keributan karena habis bertengkar."
Baiklah, Kanaya tidak akan ambil pusing. Yang terpenting saat ini adalah menyantap kue yang sepertinya sangat menggugah selera. Dengan perlahan Kanaya bergerak turun dari ranjang.
Satu tangan yang menganggur membuka bingkisan itu. Rasanya sudah tidak sabar untuk memakannya, untuk menunggu Jaehyun kembali ke ruangan saja dirinya sudah tidak bisa. Kanaya menginginkan rasa manis di indera penyecapnya detik ini juga.
Secarik kertas berwarna merah muda membuat atensinya teralih. Senyum itu terbit. Dirinya berpikir siapa yang telah mengirimkan ini untuknya? Akan tetapi, ia tidak mau ambil pusing. Ini yang dinamakan rejeki. Mungkin memang Jaehyun sedang memberikan kejutan. Siapa lagi yang memanggil dirinya dengan sebutan sayang jika bukan Jaehyun?
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...