Transmigrasi pt.2

393 77 5
                                    

Sebenarnya dalam kehidupan nyata benar nggak sih bisa tertukar raga?

Sebenarnya dalam kehidupan nyata benar nggak sih bisa tertukar raga?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa minggu setelah sadar dari koma. Dokter sudah memperbolehkanku untuk pulang dan merekomendasikan untuk rawat jalan, mengingat kondisiku semakin membaik dari hari ke hari.

Tidak ada luka yang terlalu berat kecuali benturan kepala yang menyebabkan Rania tak sadarkan diri dan koma selama tiga bulan. Sepertinya aku juga mengalami hal yang sama seperti dirinya hanya saja lukaku jauh lebih parah.

Sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi ruang ICU tempat tubuhku terbaring lemah di sana.

Sejujurnya aku masih bingung menjelaskan bagaimana kondisi tubuhku saat ini, sebab aku tidak tahu apakah ada jiwa lain di dalam ragaku.

Awalnya Jaehyun tidak memberikan ijin untuk mengunjungi wanita yang diyakini adalah aku. Apa perlu kita mengganti sebutan agar lebih mudah dimengerti? Aku yang terbaring koma di atas ranjang rumah sakit adalah ragaku. Dengan jiwa yang ada di tubuh Rania adalah jiwaku. Jadi, sudah paham kan ketika aku mengatakan jiwaku dan ragaku?

Apakah terlalu sulit? Hey, apa yang aku alami jauh lebih sulit.

Aku meringis menatap tubuhku, banyak alat terpasang sebagai penunjang hidup. Bahkan terlihat banyak luka di sekujur tubuhku. Rasanya memerlukan waktu yang cukup  lama membuat luka itu memudar dengan sendirinya.

Sangat miris melihat tubuh sendiri yang tidak berdaya.

Peristiwa naas malam itu sama sekali belum bisa kuingat secara gamblang. Aku hanya mengingat bagaimana Rania menginjak pedal gas dengan terburu-buru karena sesuatu. Melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Setelah itu, aku tidak mengingat apapun lagi. Entah apa yang sedang mengejarnya saat itu.

Jaehyun menyentuh bahuku pelan membuatku mengangguk mengerti bahwa dirinya mengajak pulang, pulang ke istana mereka.

Jika kalian merasa penasaran seberapa sering aku berkunjung ke rumah minimalis itu? Jawabannya adalah tidak terlalu sering. Mungkin hanya dua atau tiga kali aku mengunjungi rumah itu, mengingat kami lebih banyak bertemu di luar. Lagi pula teramat sungkan jika harus bertamu ke rumah pria yang dulunya sempat membuat aku patah hati.

Pria yang menyandang status sebagai calon ayah ini membawaku keluar melewati koridor yang cukup lengang. Sepi sekali seakan tidak ada pasien lain di rumah sakit selain aku dan Rania.

Bersyukurlah, itu berarti semua orang dalam keadaan sehat.

"Jae?"

"Ya?" Jaehyun berhenti mendorong kursi roda, lalu mendekat pada wajahku. "Kenapa? Kamu mau sesuatu? Atau ada yang sakit?" tanyanya khawatir.

Dalam hati aku mulai panik, aku tidak akan sanggup untuk menahan buang air kecil apalagi aku tidak bisa melakukannya seorang diri. Tentu saja aku malu jika harus meminta bantuan pada Jaehyun.

JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang