Back To You pt.2

367 69 2
                                    

Pemulihan pasca transplantasi hati memang tergolong cukup lama. Beruntung nggak ada komplikasi apapun yang dialami oleh kak Jaehyun. Mengingat tubuhnya akan sulit menerima benda asing (hati yang telah didonorkan).

Belum banyak hal yang kita bicarin juga karena gue nggak mau mengganggu waktu pemulihan dia. Lagipula Mbak Alleta selalu menemani kak Jaehyun selama tunangannya di rawat di rumah sakit.

Banyak pertanyaan yang berputar dibenak gue. Tingkat kekepoan gue pun semakin menjadi-jadi setelah tahu bahwa penyakit yang dia derita karena efek alcohol dan nikotin yang selalu dia konsumsi selama tinggal di luar negeri.

Sebetulnya gue masih belum bisa percaya sama apa yang diceritain Mas Ten beberapa hari yang lalu. Setelah gue pikir-pikir lagi, ada kemungkinan kak Jaehyun salah pergaulan saat menimba ilmu di sana. Kan kita nggak pernah tahu bagaimana dia menjalani hidup seorang diri di negeri orang.

Sudah sebulan lebih gue nggak pernah melihat wajahnya lagi. Ada rasa bahagia bercampur sedih.  Bahagia karena akhirnya proses pemulihan kak Jaehyun berjalan dengan baik dan sedih karena gue merasa kehilangan.

Hidup gue semakin hampa nggak ketemu dia setelah kita terbiasa bertemu. Setiap pagi di saat gue bersiap untuk pulang dari shift malam, gue selalu menyempatkan diri untuk berpamitan. Atau di setiap malam ketika gue berganti shift dengan perawat yang lain gue selalu mengunjungi dia dulu.

Berasa kosong banget kan?

Walaupun nggak banyak yang kita bicarain, gue merasa kalau dia mengerti dan memahami segala bentuk perhatian yang gue kasih ke dia. Mungkin gue terkesan berlebihan tapi gue nggak punya niat sedikit pun untuk menarik perhatiannya agar menyukai gue. Gue nggak mau dicap sebagai perusak hubungan orang apalagi kita sama-sama berstatus pekerja di rumah sakit yang sama..

Salah satu yang paling menjadi beban pikiran gue adalah, apa kak Jaehyun bakalan tetap kerja di sini sebagai dokter? Apa dia memilih resign dan mencari kesibukan lain. Mengingat kondisi tubuhnya yang sekarang jauh berbeda dengan kondisi tubuhnya sebelum sakit. Ditambah dia harus tetap mengkonsumsi obat-obatan yang dianjurkan dokter Byun juga melakukan pemeriksaan secara rutin. Semoga dia sadar diri karena dia harus membatasi aktivitasnya mulai sekarang.

Gue berjalan memasuki gedung rumah sakit, hari ini gue kebagian jadwal siang. Matahari lagi terik-teriknya ngebuat gue mengeluh kepanasan sejak tadi. "Astaga panas banget, udah kayak di neraka," celetuk gue pelan.

"Emang kamu udah pernah ngerasain ke neraka?"

Gue menoleh mencari si pemilik suara karena gue hapal betul siapa pemilik suara itu. Yap, Kak Jaehyun.

"Kak Jaehyun— eh, dokter Jaehyun?"

Berapa bersyukurnya bisa melihat dia lagi dalam keadaan yang lebih bugar. Syukurlah kalau memang kondisi dia selama ini baik-baik aja. Gue ikut merasa bahagia.

"Seneng banget ya?"

"Hah?" Gue mendadak bingung merespon pertanyaannya barusan. Dia nggak bisa baca pikiran dan denger suara hati gue kan?

"Shift siang kamu?"

"Iya dok," sahut gue semangat.

"Nggak usah panggil dokter. Panggil kayak kamu biasa panggil saya aja."

Duh, makin baper deh gue kalau kayak gini. Apa dia nggak sadar kalau hati gue itu mudah luluh?

"Ah, nggak enak, dokter kan—"

"Saya ke sini sebagai pasien," sela nya cepat. Gue mengulum bibir. Kalau memang itu yang dia minta gue bisa apa? Rada canggung juga sebenarnya kalau gue harus memanggil dia dengan sebutan dokter.

"Ngomong-ngomong saya belum berterimakasih dengan benar sama kamu. Rasanya kurang kalau saya cuma ngucapin terima kasih ke kamu. Kalau kamu ada waktu, kamu keberatan nggak kalau saya traktir?"

Nggak sama sekali. Sama sekali nggak keberatan kak, serius. Sayangnya aku harus pikir-pikir dulu. Aku takut kedekatan kita justru malah disalahartikan sama orang lain? Mereka pasti menyangka kalau aku ada rasa sama kak Jaehyun meskipun sebenernya iya, aku suka sama kakak dari semenjak SMA sampai sekarang asal kakak tahu.

Nggak usah aja apa ya? Terus gimana gue cara nolaknya?

"Saya harap kamu nggak menolak. Saya berniat baik dan mau balas kebaikan kamu selama ini. Y/N, jangan pernah peduliin apa kata orang. Kamu kan nggak minta makan sama mereka."

"Tapi, saya juga nggak enak sama—"

"Alleta? Kamu nggak usah pikirin itu. Dia bukan tipe wanita pencemburu."

Meskipun begitu tetap aja rasanya bakalan beda. Mana ada cewek yang ngebiarin pacarnya makan bareng sama cewek lain? Kalau pun dia bilang nggak cemburu, dilubuk hati kecilnya pasti ada rasa was-was.

"Apa perlu saya ajak Alleta juga? Sejujurnya banyak hal yang mau saya bicarain sama kamu. Tapi, kalau memang kamu merasa nggak nyaman kita makan cuma berdua. Saya bisa minta Alleta untuk hadir nanti."

Apa ini udah saatnya gue jujur ke dia soal perasaan gue selama ini? Terlalu lama memendam rasa ngebuat gue semakin sakit hati. Yang jelas, sebelum gue melakukan itu, gue harus ngeyakinin diri dan nyiapin diri untuk kehilangan dia lagi karena setelah gue memberitahu semuanya, keadaan kita nggak akan lagi sama.

"Saya tahu, kamu juga mau bicara sesuatu kan sama saya? Maka dari itu, tolong. Luangin waktu kamu untuk malam Minggu ini."

Kenapa harus malam Minggu? Berasa lagi pacaran aja. Memangnya dia nggak malam mingguan sama Mbak Alleta?

"Kebetulan Alleta longshift Sabtu ini."

Gue mendadak merinding. Kenapa jawaban dia selalu nyambung dengan apa yang gue pikirin ya?

"Kalau begitu, nanti saya kabari kamu ya di mana tempat kita ketemuan. Saya pamit ya Y/N, nggak enak ngebuat dokter Byun terlalu menunggu lama."

Gue mengangguk mempersilahkan. Sebentar, kayak ada yang kurang. Dia mau menghubungi gue lewat apa sedangkan kita nggak pernah bertukar nomor?

Belum ada semenit gue terdiam. Suara notif dari ponsel gue ngebuat atensi gue teralih. Jemari cantik ini merogoh benda pipih persegi berwarna pink rose  di dalam tas milik gue.





+62

Ini saya Jaehyun
Kamu bisa save nomor saya.





Sumpah ya! Kak Jaehyun berubah jadi cenayang gue rasa. Kok bisa-biasanya dia dapat nomor gue. Terus bisa-bisanya dia langsung chat. Sekali lagi gue penasaran. Ini dia bisa baca pikiran orang atau bagaimana?

"Kamu ngapain di depan gini, nggak mau masuk?"

"Dokter Jeno?"

"Iya, kamu kalau ngelihat saya udah kayak ngeliat setan aja kamu tuh. Masih trauma apa bagaimana?"

"Kayaknya sih lebih mengerikan yang baru saya alami tadi dibanding yang kemarin deh dok. Aneh banget dok, beneran aneh, saya sampe pusing mikirinnya. Kok bisa ya? Tapi kalau kebetulan doang nggak mungkin kan ya? Masalahnya tuh nyambung banget gitu loh, sampe buat saya bingung sendiri."

Dokter Jeno terlihat bingung, mungkin dia menyangka kalau gue mulai gila. "Kamu lagi nggak sakit kan? Ini masih jam 1 siang nggak mungkin ada yang ngisengin kamu."

Masa iya gue kesurupan!















Satu chapter lagi end ya.

JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang