Semuanya berubah setelah Papa pergi meninggalkan gue. Ya, bisa dibilang gue hidup sebatang kara karena baik Mama dan Papa, mereka hanya memiliki seorang anak yaitu gue. Papa menikah lagi setelah Mama meninggal dunia dan sekarang gue harus kehilangan Papa juga setahun setelah kepergian Mama.
Tahu gimana rasanya ketika lo dijadikan babu di rumah orang tua lo sendiri?
Setelah Papa menikah dengan Mama tiri gue yang memiliki satu anak, hidup gue semakin hancur. Mereka memang bersikap baik tapi hanya ketika ada Papa di rumah.
Well, gue menyebut Mama tiri gue dengan sebutan 'wanita gila' sedangkan anaknya, gue menyebutnya dengan sebutan 'gadis nggak tahu diri'
Bagaimana gue tidak menyebut mereka seperti itu? Secara terang-terangan mereka menyiksa gue, melakukan tindakan yang cukup membuat gue menahan emosi. Apakah gue nggak pernah membalas perlakuan mereka? Bukannya nggak melakukan apapun tapi ketika gue ingin membalas dendam mereka akan lebih kejam jadi gue putuskan untuk menerima semua perlakuan mereka.
Ya, bisa dibilang gue cukup bodoh mengambil pilihan itu padahal gue bisa minta tolong dengan pengacara keluarga tapi sayangnya orang itu justru tergiur dengan harta dan justru menikahi Mama tiri gue.
Hidup itu memang nggak adil. Kenapa mereka bisa bahagia tanpa harus berusaha? Fasilitas yang mereka gunakan itu milik gue. Perusahaan, mobil, rumah, apartemen, vila dan masih banyak yang lainnya yang mereka rebut dari gue. Lalu apa yang gue miliki sekarang?
Hanya sebuah ruangan sempit yang gue sulap menjadi sebuah kamar dan gue nyaman dengan itu. Tempat itu yang menjadi tempat keluh kesah gue selain rumah pohon.
Gue nggak mengerti apakah gue termasuk orang yang beruntung karena mereka masih mau menyekolahkan gue dan memberi gue makan juga uang jajan. Tapi gue sendiri memilih untuk bekerja paruh waktu, setidaknya gue masih punya tabungan kalau suatu saat gue diusir dari rumah gue sendiri.
Papa meninggalkan surat wasiat yang entah kenapa gue justru curiga dengan itu. Isi surat wasiat tersebut mengatakan bahwa seluruh aset dikelola oleh Mama tiri gue, terdapat nama mereka berdua di lembar itu tapi nggak ada nama gue tertera disana.
Gue memang menjadi gadis pembangkang setelah Papa memilih untuk menikah lagi tapi gue nggak menyangka kenapa Beliau nggak memasukan nama gue ke dalam surat wasiatnya itu. Apa sebegitu bencinya Papa atas kelakuan gue selama ini?
Merokok, mabuk-mabukan, balap liar, gue pernah merasakan itu semua sebagai pelampiasan kekesalan gue tapi semenjak bekerja paruh waktu gue sedikit mengurangi itu karena sebetulnya hal itu yang membuat gue sedikit melupakan masalah.
Jung Jaehyun, dia yang selalu menjadi tempat keluh kesah dan menjadi tempat bersandar gue selama ini. Kami menjalin kasih semenjak gue menjadi Maba. Dia merupakan Kakak tingkat gue.
Bagaimana kami bisa bertemu?
Unsur ketidaksengajaan, awalnya dia ingin memarahi gue karena gue membangunkan tidur siangnya. Gue menangis histeris di Rooftop saat itu dimana gue nggak tahu ada orang lain yang sedang tertidur pulas disana yang tak lain adalah Jaehyun. Nyatanya semenjak kejadian itu kami justru berteman dan menjadi lebih dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...