Malam Minggu ini gue jalan bareng sama kak Jaehyun. Gue sama sekali nggak mengantisipasi hal kayak gini bakalan terjadi. Rasanya kayak sedih aja gitu, gue jalan bareng sama dia, ketawa-ketiwi, bercanda, ngobrol, seperti orang yang lagi berpacaran pada umumnya.
Like how? Bagaimana kita bisa kayak gini sedangkan tunangannya justru lagi kerja?
Seringkali gue bilang, kalau gue nggak pernah pacaran. Ada rasa sedikit canggung, apalagi ini untuk pertama kalinya gue jalan bareng cowok dalam artian bener-bener jalan cuma berdua di malam Minggu bersama kak Jaehyun pula.
Apa nggak semakin dibuat jantungan gue.
Retina gue menangkap pria tinggi yang lagi berjalan sembari melambaikan tangannya ke arah gue. Jangan lupa dengan senyuman manisnya yang ngebuat semua penghuni restoran beralih menatap dia.
Gila! Dia ganteng banget, meletoy lah gue.
Yep, tempat ini dia yang rekomendasiin. Terbilang cukup mahal sih menu yang ada di tempat ini. Dilihat dari dekorasi nya aja udah sebagus itu. Jujur, gue nggak terlalu nyaman.
"Hai," sapa kak Jaehyun.
"Hai, kak."
"Sorry ya, kamu udah nunggu lama ya?"
"Belum kok kak. Kakak diantar siapa?" Bukannya bermaksud ingin tahu. Gue hanya ingin memastikan kalau dia nggak menyetir seorang diri datang ke tempat ini.
"Di drop sama Jeno," balasnya santai sedangkan gue bernapas lega. Mengingat dokter Byun memang nggak memperbolehkan dia untuk menyetir kendaraan atau bahkan mengendarai motor.
Gue mempersilahkan kak Jaehyun untuk duduk, sampai akhirnya salah satu pelayan menghampiri kami dan memberikan buku menu. .
Sesuai dugaan. Semua makanan di tempat ini harganya terlalu mahal, gue jadi merasa nggak enak karena dia yang mengeluarkan uang nanti.
Kak Jaehyun yang mengerti perubahan sikap gue pun mulai bertanya. "Kenapa? Nggak suka ya sama menunya? Atau kamu nggak suka sama tempatnya?"
Bukannya nggak suka kak, agak aneh aja rasanya. Lagian menurut gue sayang aja mengeluarkan uang berlebih cuma buat makan ginian doang.
"Kalau emang kamu nggak nyaman atau mau ganti ke tempat lain, bilang aja ya?"
"Boleh?" tanya gue takut-takut. Takut menyinggung hatinya, untuk memesan tempat ini cukup sulit gue rasa.
"Ya nggak apa."
"Maaf ya kak," Gue semakin merasa nggak enak, seakan gue nggak tahu diri.
Kak Jaehyun terkekeh pelan, dirinya menarik gue untuk berdiri sembari bertanya apa gue punya rekomendasi tempat lain?
Sebelum datang ke tempat ini, gue melihat beberapa tempat makan yang cukup ramai dan nggak menguras kantong.
"Di sebrang ada rumah makan seblak dan pecel ayam Kalau kakak nggak keberatan kita bisa makan di sana," saran dari gue. Kak Jaehyun nampak berpikir ngebuat gue cemas.
Eh, tapi boleh nggak ya? Dia jajan sembarangan?
"Yaudah ayo, sekali-kali nggak apa-apa," ajaknya.
Gue mengangguk lalu berjalan lebih dulu keluar dari restoran sedangkan dia mengekori gue di belakang. Hal yang paling menyebalkan adalah ketika jalanan ramai dan gue tipe cewek bodoh yang nggak bisa menyebrang jalan.
Ini gimana gue nyebrangnya, mana ramai banget lagi?
Sebuah tangan menarik tubuh gue untuk mendekat. Kak Jaehyun menautkan jemarinya di jari-jari gue. Tanpa menoleh dia mengangkat salah satu tangannya, meminta beberapa pengendara untuk berhenti selama kami menyebrang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
Fiksi PenggemarWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...