Ketika rasa kekecewaan yang begitu besar berubah menjadi rasa penuh kebencian. Apapun yang akan dilakukan terlihat salah.
Hari ini, gue melihat dia yang begitu kejam memukul Mama meskipun gue tahu apa yang dilakukan orang gila itu nggak sengaja. Gue merasa bersalah mengapa Mama justru meng-cover apa yang seharusnya gue dapatkan? Seharusnya gue yang terbaring di ranjang rumah sakit malam ini. Rasanya sakit melihat Mama diperlakukan nggak semestinya oleh orang yang dulu kami sayangi.Perceraian orang tua membuat gue merasa terpuruk awalnya. Tetapi, semakin gue melihat perlakuannya kepada Mama semakin gue bersyukur atas perceraian itu. Jujur, gue mengaku salah. Gue yakin seratus kali persen kalau Mama bakalan kecewa dengan apa yang gue dan Janu lakuin. Sejak dulu, Mama nggak pernah mengajarkan kami untuk saling membenci, buat membunuh binatang aja Mama nggak akan tega. Apalagi membunuh bayi yang nggak berdosa seperti apa yang dituduhkan orang gila itu.
Gue juga menyadari, semakin ke sini sifat gue semakin temprament. Gue nggak bisa menahan rasa amarah yang kembali bergejolak di dalam diri gue. Mungkin, ini karena pengaruh pria gila itu.
Gue nggak peduli bagaimana orang itu hidup setelah ini. Gue hanya peduli dengan orang-orang yang gue sayangi sekarang, membantu Mama yang sedang berjuang melawan rasa sakitnya dikhianati, rasa sakitnya dikecewakan selama bertahun-tahun. Rasanya gue ingin menggantikan posisi Mama saat ini. Bagaimana pun caranya gue harus bisa menjadi anak yang membanggakan untuk Mama. Cuma Mama yang menjadi prioritas utama gue sekarang.
"Jun?" Gue menoleh ke arah pintu. Janu baru saja tiba dengan membawa tas berisi baju-baju yang gue minta tadi.
"Gimana? Kok bisa?"
"Jangan ngobrol di sini deh. Di luar aja. Kasihan Mama perlu istirahat."
Janu mengangguk. Menyimpan tas tersebut di atas sofa. Lalu berjalan ke arah luar kamar rawat inap Mama. Gue mengikuti langkahnya. Pria yang lahir selang lima menit setelah gue ini meminta gue untuk duduk di sampingnya. "Jelasin, kenapa Mama bisa sampai pingsan," tekannya meminta jawaban. Gue tahu jika dirinya sedang merasa kecewa dengan gue. Bagaimana gue bisa bertindak bodoh membiarkan orang gila itu berbuat seenaknya terhadap Mama.
"Dia ke kantor Opa."
"Terus?"
"Mama nge-cover gue, seharusnya gue yang kena pukulan."
"Anj— berani dia main kasar?"
"Sorry, gue nggak bisa nahan emosi saat itu. Gue tahu banget apa yang bakal dia lakuin. Tapi, gue nggak bisa gerak cepet pas Mama ngehalangin dia."
"Kata dokter apa?"
"Dokter bilang Mama kecapean. Lo tahu kan gimana usaha Mama akhir-akhir ini buat perusahaan Opa?"
Janu mengangguk. "Jun, beneran medusa keguguran?"
"Kenapa? Lo merasa bersalah?"
Mendengar pertanyaannya membuat gue terkekeh. Kenapa dia bisa berpikiran seperti itu? Sedangkan dia tahu bagaimana gue. "Aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...