Pacar Lima Langkah pt. 4

401 65 14
                                    

Ternyata memang sang eyang memiliki pikiran yang abcdefghijkl pemirsa. Ndak boleh misuh-misuh ya. Namanya juga orang tua.


"Kenapa kamu jadi marah-marah ke Mama?" tanya pria tinggi itu tegas, pasalnya sejak tadi Y/N sudah keterlaluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa kamu jadi marah-marah ke Mama?" tanya pria tinggi itu tegas, pasalnya sejak tadi Y/N sudah keterlaluan. Andai saja sang adik tahu seberapa besar usaha sang mama untuk meminta restu perihal pernikahannya sendiri.

"Y/N nggak marah. Wajar kalau Y/N kecewa kan Bang? Kita pindah rumah pun atas dasar permintaan Eyang. Rumah yang sudah bertahun-tahun Mama tinggalin selama menikah sama Papa." Y/N menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit diartikan. Rasa kecewa itu semakin terasa tatkala dirinya tidak ikut andil atas hidupnya sendiri. "Kalau memang Eyang nggak merestui pernikahan aku sama Kak Jaehyun. Fine. It's oke. Aku masih bisa menghargai keputusan Eyang meskipun sebenarnya aku sendiri nggak ngerti aku hidup di jaman apa sekarang. Tapi ini, pindah rumah? Tanpa berdiskusi sama pemilik rumah, termasuk aku yang notabennya penyebab masalah ini ada. Gimana aku nggak kecewa?"

Sang mama hanya bisa menatap kedua anaknya yang sedang bersitegang dalam diam. Ia pikir kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi dan hanya cukup terjadi pada dirinya dan sang suami. Nyatanya sang anak pun harus mengikuti jejaknya. Terpaksa meninggalkan orang terkasih hanya karena perihal larangan mitos yang ia sendiri belum yakin akan kebenarannya.

"Tapi bukan gini cara kamu melawan Mama. Kalau kamu mau ajukan protes—"

"Gue lagi nggak melawan. Lo paham nggak sih?!" bentak Y/N frustasi. Sejak kemarin suasana hatinya sedang buruk ditambah sang kakak terlalu menyudutkannya. Apa salah berhubungan dengan pria yang notabennya adalah tetangga sendiri? Apa ada larangan kuat selain apa yang disebutkan oleh sang nenek? Mengapa harus bersikap kolot sedang semua keputusan ada pada pemilik semesta? Mengapa harus percaya dengan hal yang tidak masuk akal sedang mereka masih memiliki keimanan dan percaya bahwa semua yang telah terjadi atas kehendak-Nya?

"Udah, jangan berantem lagi."

Rania mengusap bahu anak sulungnya. Meminta si tampan untuk tidak melanjutkan ucapannya. "Udah ya Bang. Kamu juga harus ngerti gimana perasaan adik kamu."

"Tapi Ma, Abang nggak suka kalau dia berlebihan. Mama lihat kan tadi gimana dia bicara sama Mama?"

"Berlebihan apa? Gue cuma nyampaiin unek-unek gue apa salah? Lo nggak akan ngerti karena nggak ada di posisi gue. Apalagi yang bakal Eyang minta setelah kita pindah dari rumah yang lama? Mau jodohin gue atau jodohin lo, gitu? sama kayak yang Eyang lakuin ke Mama dan Papa."

"Cukup Y/N!" Gadis dengan emosi menggebu-gebu itu pun menoleh kala namanya disebut.

"Ibu?"

"Eyang?" Kedua mata itu membulat. Menatap wanita yang sudah berumur berjalan menghampiri sang adik. Sejak kapan Eyangnya tiba? pikir Chanyeol saat itu.

"Rania, gimana kamu bisa mendidik anak perempuan kamu jadi seperti ini? Ndak kenal sopan dan santun."

Mendapat sindiran keras membuatnya memejamkan mata. "Aku capek. Aku mau ke kamar." Hal yang tepat untuk Y/N lakukan adalah mendinginkan pikiran. Percuma jika dirinya harus melawan sang nenek. Biar bagaimana pun ia masih menghormati wanita yang sudah melahirkan ibunya.

JAEHYUN IMAGINES (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang