Fanfiction

54K 2K 37
                                    

By : Mia


-oOo-


-Mia POV-



"Kookie-ah!!!!"

Aku berteriak saat melihat namja berseragam yang baru keluar dari sekolahnya dari seberang jalan tempatku berdiri sekarang. Dia yang kupanggil mendongak dan mencari keberadaanku, hingga aku melambaikan tangan dan akhirnya menemukanku, dia segera menghampiriku.

"Jangan panggil aku Kookie di keramaian seperti ini!" Tegurnya sambil mempoutkan bibirnya. Aku tertawa kecil dan mencubit gemas pipinya.

"Kau lucu, kelinciku! Ayo pulang." Aku segera menggandeng lengannya dan berjalan meninggalkan sekolahannya.

Dia melepaskan gandengan tanganku, tapi sebagai gantinya dia merangkul bahuku dengan erat. "Jadi, ada urusan apa hingga kekasihku ini datang menjemputku ke sekolah?" Ia bertanya sambil memandangku dari samping.

Aku menunjukkan cengiranku, tahu saja dia kalau aku punya tujuan tertentu.

"Tentu saja aku tahu. Memangnya kau pikir aku ini sudah berapa lama jadi pacarmu? Yang kulihat setiap hari itu kau. Wajar saja aku hapal dengan segala tingkah lakumu." Celotehnya tanpa perlu aku berkata.

Lagi-lagi tanganku mencubit pipinya, "Kau bocah yang cerewet!" Sahutku gemas.

Dia mencibir, "Jadi, ada apa?" Tanyanya.

Aku bergumam panjang, lalu berbicara. "Aku ingin menulis fanfiction baru." Ungkapku.

Dia menautkan alisnya, "Hanya karena kau ingin menulis fanfiction kau sampai datang menjemputku ke sekolah?"—ia bertanya heran—"Oh, ayolah, Mia... Kau ini harus istirahat untuk sementara waktu. Kau itu baru sembuh dari sakit, dan aku tidak mau kau kembali sakit karena terus-terusan memikirkan alur untuk fanfictionmu yang bergenre berat seperti sekarang!" Tegasnya.

Aku mengusap tengkukku, Jungkook jika tegas membuat nyaliku ciut. "Tapi-"

"Tidak ada penolakan! Istirahat total, dan jangan pikirkan fanfiction untuk sementara. Setidaknya untuk seminggu ini!" Potongnya.

"Seminggu? Ya'! Mana mungkin aku bisa hiatus selama itu! Bagaimana dengan readersku? Aku tidak mau mengecewakan mereka lagi." Rajukku sambil menundukkan kepala, "Lagipula, fanfiction yang ingin kubicarakan denganmu tidak akan segera kutulis. Itu baru akan kukerjakan jika fanfictionku yang sekarang sudah selesai." Sambungku lagi dengan pelan. Batu kerikil yang berserakan di jalan kutendang pelan.

Jungkook menghembuskan nafas panjang, dia mengeratkan rangkulannya di bahuku, "Maaf, kupikir kau ingin mengerjakannya sekarang." Ia melunak. Aku mengangkat kepala dan memandangnya riang.

"Jadi, bolehkan jika aku menulis fanfiction lagi?" Tanyaku.

"Fanfiction yang mana?" Jungkook balik bertanya.

"Engg... Fanfiction yang sedang ada di pikiranku. Tenang! Untuk beberapa hari ini aku akan menurut padamu dan juga Eomma. Aku akan mengurangi waktuku untuk menulis fanfiction dan hanya fokus beristirahat." Aku cepat-cepat menyambung ucapanku saat kulihat Jungkook kembali akan mengomel.

"Jadi yang ingin kau diskusikan sekarang adalah fanfiction yang baru?"

Aku mengangguk pasti. Jungkook berpikir sejenak, lalu berkata, "Baiklah, jadi apa ide yang kau dapatkan kali ini? Ah! Jangan bilang kau kembali menjadikanku cast di sana." Tebaknya dengan mata curiga.

Aku tertawa kikuk, "Kau memang ingin kujadikan salah satu cast di fanfiction baruku." Jawabku dengan wajah tanpa dosa, berharap Jungkook tidak akan mengomel panjang lebar dan berakhir dengan permintaan aneh-anehnya.

Dia mendecakkan lidahnya, "Sudah kuduga. Genre apa lagi yang akan kau pakai kali ini?"

"Action, crime. Dan mungkin, kau akan jadi salah satu mafia di sana."

"YA'!"

Aku terkaget-kaget saat Jungkook menyaringkan suaranya. Beberapa orang yang berjalan memandang ke arah kami berdua.

"Kenapa berteriak?" Aku mendesis sambil memandangnya tajam.

"Ya'! Bocah! Kenapa aku selalu kau jadikan cast yang memiliki peran berat! Kemarin ditaksir penyihir, lalu jadi psikopat! Yang sekarang berurusan dengan hantu! Dan untuk ke depannya lagi, kau menjadikanku mafia! Ey! Kenapa aku selalu dapat peran yang tidak menyenangkan? Kau mendo'akanku mati, huh? Di dunia nyata saja memanggilku kelinci manis, tapi di dunia fanfiction selalu membuatku tersiksa!"

Aku mengerjabkan mataku beberapa kali. Jungkook marah? Hanya karena peran di fanfictionku? Yang benar saja? Dia tidak bercandakan? Memangnya apa yang bisa membuat marah dari peran di fanfiction? Memangnya dia mau mendapatkan peran yang bagaimana? Romance? Masa iya selalu romance, terlalu basi, sesekali yang menantang, itu lebih menyenangkan. Uuh... Berbagai pertanyaan jadi muncul di kepalaku.

"Kenapa diam?" Tanyanya sambil menyentak pelan bahuku yang dirangkulnya, membuatku terhenyak dan menggeleng.

"Hanya kaget, kau mengomel sampai seperti itu. Sepertinya kau sangat tidak suka kujadikan pemeran di fanfictionku." Jawabku seperti orang linglung.

"Aku bukannya tidak suka, aku ha-"

"Kalau kau tidak mau, aku tidak memaksa. Mungkin sebaiknya aku membatalkan saja penulisan fanfictionnya. Lagipula itu genre yang berat." Aku tersenyum tipis sambil mengangkat bahu, seolah tidak masalah dengan itu semua.

Jungkook mengusap tengkuknya, "Bu-bukan seperti maksudku. Aku tidak melarangmu untuk menulis, aku hanya refleks saat mendengar kau akan menjadikanku mafia. Memangnya tampang seperti ini cocok jadi mafia?" Dia bertanya polos.

Aku tertawa geli, "Jadi psikopat saja kau cocok, banyak yang tidak menyangka bahwa kau adalah psikopat karena wajahmu. Kenapa tidak mencoba juga saat menjadi mafia? Walaupun mungkin kau adalah mafia termanis." Aku menepuk pipinya dua kali, "Woaah!!! Pasti keren sekali membayangkanmu memakai pistol, menembaki orang, menipu orang lain dengan wajah polosmu, dan... Haha! Kelinci manisku jadi berbahaya." Aku tertawa membayangkan tiap adegan yang kusebutkan.

Jungkook mendorong pelan pelipisku, "Apa bayaranku karena jadi pemeran di fanfictionmu?" Tanyanya tidak peduli dengan ocehan panjang tentang fanfiction yang akan kutulis.

Aku mencibir, "Yang ada, seharusnya kau yang memberiku bayaran karena menjadikanmu pemeran di fanfictionku." Bantahku.

Dia tersenyum nakal, "Yasudah, aku akan memberikan bayarannya setiap malam, di tempat tidur." Bisiknya.

"Silahkan saja jika ingin mati muda." Jawabku enteng. Dia mendecih, lalu mengecup pipiku sekilas.

"Kapan menulis fanfictionnya?" Ia bertanya sambil mengeratkan rangkulannya di bahuku.

"Mungkin saat aku liburan semester nanti. Selain waktunya panjang, aku juga berkesempatan untuk mencari bahan untuk fanfiction itu."

"Bahan?"

Aku memandangnya dan mengangguk, "Yup! Menuliskan tidak hanya perlu keahlian dan bakat, tapi juga pengetahuan tentang apa yang ditulisnya." Aku mengedipkan sebelah mataku.

Jungkook tertawa kecil, mengusap rambutku pelan, "Bocahku memang selalu bersemangat dalam hal seperti ini. Tapi ingat, jangan lupakan kesehatanmu lagi." Pesannya. Aku mengangguk-angguk pasti, "Dan satu lagi, jangan lupakan kebutuhan tetap pacarmu ini." Sambungnya sambil menjulurkan lidah. Sukses membuatku mendaratkan sebuah pukulan kecil di bahunya.

Dia tertawa, aku ikut tertawa. Aaah... Jadi tidak sabar menunggu liburan datang. Tapi tetap saja, aku masih punya tanggung jawab untuk menyelesaikan fanfictionku yang sekarang. Oke, semangat, Mia! Kau harus bekerja keras untuk ini!

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang