Don't Worry, Dear

8.9K 582 10
                                    

Sore di kota Seoul, di rumah Sunhee. Tepat di kolam renang, Jungkook sedang asyik berenang ke sana kemari. Namun berbeda dengan Mia, gadis itu lebih memilih untuk termenung di pinggir kolam. Hanya kakinya saja yang bergerak pelan di dalam air, sedangkan matanya menatap kosong ke Jungkook yang mulai mengerutkan kening.

Mendekat, Jungkook pun berdiri di depan Mia yang menunduk untuk memandangnya. Tangan kokoh pria ini melingkari pinggang sang gadis, sedangkan wajahnya terdongak dengan senyum yang terlihat manis.

"Kau kenapa?" tanya sang pria Jeon sambil mengusap pipi Mia yang memerah karena matahari yang mengenainya.

Gadis itu menggeleng. "Kapan kau selesai?" Ia balik bertanya, sekaligus melingkarkan tangan ke leher Jungkook.

"Hei ... aku sudah membayar mahal untuk menyewa kolam renang ini. Jadi, setidaknya aku ingin memakainya sepuasku." Jungkook menjawab, membuat Mia tertawa kecil. Ia teringat bagaimana Jungkook membujuk Sunhee dengan lima kotak susu yang memiliki rasa berbeda agar mereka bisa menggunakan kolam renang. Hhh ... sangat lucu.

"Kau tak ingin turun?" lanjut Jungkook sambil menatap hazel cokelat di mata Mia. Hazel yang indah, seindah sang pemilik yang selalu berhasil membuat ia jatuh cinta berulang kali dan tanpa henti.

Tapi, Mia menggeleng. "Aku di sini saja," ucapnya sambil mengusap rambut Jungkook yang terasa halus saat bersentuhan dengan kulit tangan.

Jungkook menarik napas. Setelahnya baru berkata, "Kalau begitu, cium aku dulu."

Mia tertawa pelan. Selalu, hal itu yang diminta Jungkook darinya. Tapi, dia juga tak pernah keberatan. Pria itu selalu memberinya sentuhan dengan lembut dan penuh kasih sayang, membuat ia tak memiliki alasan untuk menolak.

Menit berikutnya, bibir mereka menyatu dan saling menyesap satu sama lain. Sunhee yang sudah berdiri di depan pintu—berniat untuk memberi minuman pada mereka berdua—tersenyum masam dan membatalkan niat. Ia berbalik, langsung menuju ruang tengah.

Kembali pada dua orang di kolam renang. Mereka masih mabuk atas ciuman masing-masing, ciuman yang lembut tapi penuh perasaan. Jungkook, ia menarik tubuh kekasihnya untuk masuk ke dalam air. Sebenarnya Mia ingin memprotes, tapi semua ucapannya tertelan oleh permainan lidah sang kekasih. Ia tak memiliki pilihan selain daripada mengeratkan pelukan di leher Jungkook saat pria itu membawanya ke tengah. Napasnya sesak karena tak terbiasa, sedangkan Jungkook terus membuai melalui ciuman dan sentuhan lain di balik air.

"Kelinci sialan!"

Umpatan pertama Mia saat ciuman mereka terlepaskan. Jungkook terkekeh, lalu mengecup bibir kekasihnya untuk yang kesekian kali. Mia berdecak, bajunya basah. Tapi, hal itu tak jadi masalah bagi Jungkook. Justru pria ini tersenyum dan mengusap rambut lurus yang dimiliki oleh Mia.

"Akhirnya, kekasihku kembali. Tukang maki, tapi sangat panas saat diberi sentuhan." Jungkook berceloteh sambil tersenyum lebar, membuat Mia berdecak sebal.

Jungkook menarik napas, senyum lebarnya terganti jadi senyuman lembut. Usapan tangannya beralih ke pipi Mia. Bola matanya yang hitam mulai bergerak, ia menatapi setiap inci wajah cantik gadisnya yang tak pernah membuat bosan untuk dilihat.

"Jadi, apakah karena Shin Ya Noona? Kau sampai melamun dan menatap kosong seperti tadi," tanya Jungkook sambil menatap lembut ke gadisnya yang terdiam. Namun, perlahan kepala Mia mengangguk. Membuat Jungkook harus menarik napas dan membawa kekasihnya ini ke dalam pelukan.

"Aku merasa jahat karena tak bisa menghiburnya, Jung." Mia bergumam pelan di pelukan Jungkook, terbayang bagaimana saat kakak angkatnya itu menangis karena nilai yang tak sesuai harapan. "Aku menyebut diriku sahabatnya, adiknya. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Tidak ada. Aku bahkan hanya terdiam saat melihatnya menangis." Suara gadis ini terdengar serak saat ia melanjutkan ucapannya.

"I'm like a fool, Jung. Aku jahat!" Mia berbisik. Matanya memanas, siap menumpahkan bulir bening yang dinamakan air mata.

"Kau tak jahat, Mia. Kau juga tak seperti orang bodoh, Sayang. Jadi kumohon, berhentilah mengatakan kalimat itu." Jungkook menjawab, sekaligus memeluk erat gadisnya yang mulai berkaca-kaca.

"Aku takut dia akan benar-benar berhen—"

"Stt ... jangan berpikir terlalu jauh, oke? Itu tak baik untukmu, Mia. Aku tak ingin melihatmu sakit lagi, Sayang. Shin Ya Noona pasti mampu melaluinya. Kau hanya perlu percaya dan memberinya dukungan untuk bangkit, seperti yang biasa kau lakukan padaku." Sengaja, Jungkook memotong ucapan Mia. Ia tahu kecemasan yang dirasakan gadis ini, juga bagaimana ketakutan yang dialami oleh Mia karena pemikirannya yang (mungkin) terlalu berlebihan.

"Jung—"

"Aku janji, nanti malam kita ke rumah Shin Ya Noona untuk menghiburnya. Jika perlu, kita menginap di sana. Tapi, untuk sekarang, aku mohon ... jangan menangis dan cemas terlalu berlebihan. Oke?" Pria Jeon itu tersenyum saat melepas pelukannya di tubuh Mia. Ia menatap lekat wajah kekasihnya. Di mana kemudian dengan perlahan, Mia mulai menganggukkan kepalanya.

Sebuah kecupan terhadiahkan di bibir Mia. Membuat seulas senyum kecil yang terlihat dipaksakan muncul menghiasi wajah gadis bermarga Min ini. Tapi, Jungkook tak peduli. Yang terpenting baginya adalah, Mia tak menangis karena merasa bersalah.

"Don't worry. Everything will be okay, dear. Believe me."


-FIN-


**Sedikit curhat ini mah :3 Abis galau mikirin Kakak kesayangan T_T Khhh~ tapi intinya, jangan lupa tinggalkan jejak kalau udah baca :') Jangan buat kegalauan authornya ini makin nambah T_T 

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang