Coming of Age Day

16.8K 1K 3
                                    

By : Mia


Sesudah baca jangan lupa tinggalkan jejak ya :) Aku masih harus banyak belajar tentang penulisan, jadi kritik sangat diperlukan :) Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


Tadi malam, hastag ‪#‎JKComingOfAgeDay‬ meramaikan twitter. Dan aku hanya bisa kebingungan. Memangnya ada apa dengan hastag tersebut? Apakah sangat penting untuk Jungkook, si playboy internasional ini?

Hingga siang, aku tetap tak mengerti. Pulsaku habis untuk sekedar bertanya pada Eonni yang kukenal tentang maksud hastag tersebut. Jalan-jalan untuk mencari wifi gratis? Itu terlalu rajin untuk orang yang tak suka repot sepertiku. Jadi, ya sudahlah. Kuputuskan untuk menunggu Jungkook dan bertanya langsung padanya nanti.

Tapi hingga menjelang malam, dia tak juga datang--padahal biasanya setelah pulang sekolah dia akan langsung ke rumahku. Aku mendadak cemas, dia tak lupa denganku lagi karena asyik bermain game, bukan? Atau dia sedang asyik dengan gadis lain di luar sana? Dia kan... Ah! Mia! Cukup berpikir yang tidak-tidak, Jungkook setia denganmu--mungkin.

Aku menopang kepala di tangan sofa, ponselku tergeletak begitu saja di meja. Tak ada telepon, SMS, ataupun lainnya dari Jungkook. Hanya perintah cerewet Suga Oppa yang menyuruhku untuk tak lupa meminum obat yang masuk. Kuhela nafas panjang dan mulai menghitung detik.

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Lima.

Ah! Aku bosan menunggu Jungkook!

Aku berdiri, bersiap menuju kamar saat pintu depan terbuka dan memunculkan orang yang kutunggu--si kelinci manis. Gigi kelinci yang jadi ciri khasnya seolah terpamerkan begitu saja saat dia tersenyum, wajah manisnya terlihat lebih menggemaskan malam ini.

Kuhembuskan nafas panjang, "Kelinci nakal, dari mana saja hingga sekarang baru datang?"

"Apa kau menungguku?" Godanya sambil memberikan sebuah kecupan ringan di pipi kiriku.

"Menurutmu bagaimana?" Kuacak pelan rambutnya, dia terkekeh.

"Sepertinya kau sangat merindukanku, hmm?"

"Memangnya tak boleh rindu dengan kekasih sendiri?" Aku menatapnya polos.

"Wajar jika Shin Ya Noona sering mencubit pipimu. Wajah datar saja kau menggemaskan, apalagi jika seperti ini." Tawanya sambil mencubit pelan pipiku.

"Aah... Shin ya Eonni, aku rindu dengannya." Gumamku lalu beranjak duduk ke sofa.

Jungkook mengikutiku duduk di sofa, "Tenanglah, tinggal beberapa hari lagi kau akan bertemu lagi dengannya." Dia mengusap rambutku.

Aku mengangguk-angguk, Shin Ya Eonni memang sedang pulang ke Gwanju--kampung halamannya dan baru akan pulang setelah kami ujian nanti. Huftt... Baru tak bertemu beberapa hari aku sudah rindu dengannya, bagaimana jika kami libur tiga bulan nanti? Jangan sampai aku sakit karena rindu dengannya, bisa-bisa Jungkook mengamuk karena Shin Ya Eonni lebih dirindukan daripada dirinya.

"Ah, mana hadiah untukku?"

Aku mengerutkan kening, "Hadiah apa? Dan untuk apa?" Tanyaku bingung.

Dia balas menatapku bingung, "Kau tidak tahu? Hastag tadi malam untukku."

"Hastag JK of age day?"--aku menggeleng--"memangnya hastag itu untuk apa?"

"Kau benar-benar tidak tahu atau bagaimana?" Tanyanya seolah tak terima.

"Aku benar-benar tak tahu! Bahkan daritadi aku menunggumu untuk menanyakan hal itu."

Dia menggaruk kepalanya yang kuyakin tak gatal, "Aku lupa, kau bukan asli Korea. Dan baru tinggal di sini belum lama."

Aku mengangguk-angguk membenarkan, "Jadi, jelaskan padaku apa arti hastag JK of age day." Pintaku sambil memutar duduk dan memandangnya.

Dia balas memandangku, tersenyum simpul lalu mencubit hidungku.

"Di Korea, warganya diizinkan untuk menikah, mengikuti pemilu, mengemudi, minum alkohol dan merokok saat usia mereka sembilan belas tahun. Dan senin ketiga di bulan Mei adalah 'Coming-Of-Age-Day'. Pada hari ini, mereka yang beranjak dewasa akan menerima 3 hadiah. Yaitu: Bunga, parfum dan ciuman." Dia menjelaskan panjang lebar, aku diam.

"Jadi, apa kau sudah mengerti?" Tanyanya sambil mengacak pelan rambutku.

"Aku mengerti." Jawabku singkat sambil merapikan rambut.

"Kalau begitu, mana hadiahku?"

Kembali aku mengerutkan kening, "Tahu apa artinya saja baru sekarang, bagaimana mungkin aku bisa memberimu hadiah?"

Dia tercengir tak jelas, "Berikan satu hadiah saja."

Aku menaikkan sebelah alis. Dia mendekatkan wajahnya, "Give me kiss, babe." Bisiknya sambil mengedipkan sebelah mata.

Wajahku merona, segera kudorong wajahnya agak menjauh. "Bukannya setiap kali pertemuan kau mendapatkannya?" Tanyaku sambil memalingkan wajah ke arah lain, berusaha menyembunyikan rona merah di pipi.

Sebuah kecupan kecil tanpa izin diberikannya di pipiku, "Untuk kali ini berbeda, sebagai tanda aku legal menciummu."

Tanganku dengan spontan memukul bahunya, "Jadi selama ini ciumanmu itu ilegal?" Cercaku.

Dia mengangguk polos, "Jadi sekarang, aku tinggal menunggumu untuk legal. Aaah... Itu masih sangat lama." Gumamnya menerawang.

Aku tak menjawab, justru memberikan satu kecupan di bibirnya. Matanya mengerjab polos, "Lagi, ini tak terasa." Pintanya dengan wajah tanpa dosa.

"Tak ada lagi-lagi!" Gerutuku sambil memutar duduk dan membelakanginya, wajahku benar-benar memerah sekarang.

"Ayolah, satu kali lagi. Dan kali ini harus seperti yang biasa kuberikan." Rengeknya sambil memelukku dari belakang.

"Kubilang tak ada! Sudahlah, lepaskan pelukanmu!" Protesku sambil berusaha melepaskan pelukannya, tapi justru hal itu membuatnya memelukku semakin erat.

"Tapi, besok berikan aku bunga dan parfum." Pintanya sambil mengecup pipiku dari belakang, aku mendecih.

"Jika ada kiriman bunga bakung untukmu besok, itu dariku." Jawabku.

"Bunga bakung? Kau mendoakanku mati, huh?" Omelnya sambil melepaskan pelukannya.

Aku berbalik menghadapnya dan langsung mencubit pipinya. Dia menggemaskan jika sedang cemberut seperti ini.

"Kelinci nakal tapi manis, jadi kau mau bunga apa dariku?" Tanyaku sambil mengacak rambutnya, sengaja membuat semakin berantakan.

"Tulip, aku mau bunga tulip. Itu bunga kesukaanmu, bukan?"

Aah... Bahkan dia ingat apa bunga kesukaanku.

"Baiklah, satu bunga tulip untukmu besok. Tapi jika uangku masih ada." Cengirku tanpa rasa bersalah sama sekali. Lagipula benar, keuangan jika sedang libur seperti ini pasti kritis.

Dia mengangguk-angguk, "Kutunggu tulip darimu."

Aku tak menjawab, hanya tersenyum dan mengacak rambutnya. Dan yang selanjutnya bisa dibayangkan, celotehan panjang lebar darinya dan berakhir dengan dirinya yang tertidur dengan wajah polos. Hmm... Sembilan belas tahun? Ternyata dia tua juga.

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang