How Can?

6.2K 493 7
                                    

Sebenarnya Jungkook lelah, ingin tidur, mengistirahatkan tubuh dan juga matanya yang mengantuk. Tidurnya di pesawat sama sekali tidak memuaskan, ia perlu kasur yang empuk dan selimut yang hangat sebagai pelengkap. Tapi, pesan-pesan yang tengah dibacanya mengalihkan semua itu. Sesekali ia tersenyum, sesekali pula mengerutkan kening karena kata-kata yang ditulis oleh Mia, tunangannya. Gadis itu mengamuk karena dia pergi diam-diam tadi pagi.

'Hubungi aku, atau jangan pernah berharap bisa jadi suamiku!'

Pesan terakhir itu membuat Jungkook kembali tersenyum. Ancaman yang lucu, juga menggemaskan jika sambil membayangkan bagaimana raut yang ditunjukkan oleh Mia saat mengetiknya. Tapi, daripada gadis itu semakin marah padanya, lebih baik dia mengalah dan menuruti perintah tuan puterinya, bukan?

Cukup beberapa menit, benda persegi itu sudah menempel di telinga, menunggu yang dihubungi untuk mengangkat.

"Yeobose—"

"Ah ... akhirnya kau hidup juga!"

Jungkook tersenyum masam saat kalimatnya dipotong oleh si pemilik nada sinis yang mengangkat panggilan. Tapi, lagi-lagi dia harus sabar. Bagaimana pun juga, dia bersalah karena sudah meninggalkan Mia tanpa izin.

"Kau sedang apa?" Satu pertanyaan diajukan oleh si pria Jeon, berharap sang tunangan tak memarahinya.

"Aku sedang apa?"—Mia mengulang pertanyaan—"memikirkan cara terbaik untuk mengirimmu ke neraka," jawabnya kemudian.

Pria kelinci itu menggaruk rambutnya. "Sepertinya kau tak perlu repot memikirkan itu. Karena berpisah denganmu saja sudah seperti neraka bagiku," ucapnya pelan. Tapi, yang terdengar justru tawa sinis di ujung telepon.

"Bullshit! Dasar playboy sialan! Mati sajalah kau, kelinci bangsat!"

Kali ini Jungkook sempurna menutup mulutnya. Gadisnya sangat marah, apa yang harus ia lakukan untuk sekarang?

"Mia ...."

"Aku cemas, tahu! Kau tiba-tiba hilang dari sampingku." Suara isakan terdengar, "bagaimana mungkin kau meninggalkanku seperti itu, huh?" tanya Mia sambil berusaha menahan tangis.

"Kau tidur sangat nyenyak, aku tidak ingin mengganggu." Si pria Jeon memberi alasan, walau ia sendiri tak yakin apakah hal ini bisa memperbaiki keadaan.

"Yak ... seharusnya kau tetap membangunkanku, bodoh! Bukannya membuatku seperti orang gila karena kehilangan kelinci paling kurang ajar di dunia! Atau setidaknya, berikan aku ciuman di kening sebelum kau pergi. Bukannya langsung meninggalkanku seperti tunangan tak berguna."

Tarikan napas terdengar, bercampur dengan suara pendingin ruangan yang berdesing halus. Jauh di dasar hatinya, Jungkook merasa lega. Ucapan terus terang tunangannya ini membuat suasana lebih baik, yah ... setidaknya tak ada yang disembunyikan gadis itu, bukan? Apalagi isakan itu sudah berkurang, jadi dia tak perlu terlalu khawatir lagi.

"Sekali lagi, aku minta—"

"Aku sudah memaafkanmu. Berhentilah meminta maaf," potong Mia dengan cepat, menciptakan seulas senyum hangat di sudut bibir Jungkook.

"Terima kasih karena sudah mengerti, Honey."

"Aku memang selalu mengerti tentangmu, kau saja yang tak mengerti tentangku!"

Diibaratkan luka, sekarang ini Jungkook merasa seperti disayat-sayat secara halus. Ucapan tadi menohok kuat hatinya yang terdalam, menciptakan luka menganga namun tak berdarah. Rasanya menyedihkan karena dianggap sebagai kekasih yang tak peka.

"Mia, a-aku ...."

"Sudahlah, aku mau belajar. Lama-lama bicara denganmu, telingaku jadi panas. Aku juga tidak mau menangis lagi. Jadi, ini kututup, ya? Annyeong."

Jungkook ternganga saat menyadari sambungan telepon diputuskan secara sepihak. Mata bulatnya mengerjap, menatap layar ponsel yang menampilkan foto dirinya dengan seorang gadis bermata sipit.

"Bagaimana mungkin dia sejahat itu dengan tunangannya sendiri, huh?!"

Cklek!

"Jung, aku pin—"

BUK!

"YAK! JEON JUNGKOOK! APA SALAHKU, HAH?! AKU HANYA INGIN MEMINJAM EARPHONE, KENAPA KAU MALAH MELEMPARKU DENGAN BANTAL?!!"

Mata bulat itu membesar, menatap Hoseok yang berdiri di pintu kamar dengan wajah memerah karena lemparan bantal yang menyasar ke arahnya yang tak berdosa apapun.

"Hyung, a-aku tidak seng—"

"Sudahlah, aku tidak jadi meminjamnya."

"Hyung!!"

Terlambat, pintu sudah ditutup oleh Hoseok dengan wajah yang bertekuk kesal. Menyisakan Jungkook yang mengacak kasar rambutnya.

"Bagaimana mungkin kau membuatku sekacau ini, Min Areum?"


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak yo :'v Ada kritik dan saran, jangan dipendam :) Thank you <3 

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang