Pepero Day

7K 538 24
                                    

Malam semakin larut.

Mia berdecak, untuk yang ke sekian kalinya. Terakhir, dia melempar benda yang sejak tadi dipegang; headseat yang sambungannya hampir putus. Sedangkan di samping, tergeletak dua headseat yang masing-masing berwarna pink-putih dan ungu. Raut mukanya kusut, sebal, membuat Jungkook yang baru keluar dari kamar tidur meneguk ludah. Mood istrinya sedang di zona 'buruk'.

"Mia ...." Jungkook memanggil, hati-hati.

Wanita dengan baju tidur itu menoleh, memandang suaminya yang beranjak mendekat dengan sekotak pepero. Eum ... ini sebelas November, pepero day bagi masyarakat Korea dan perayaannya bersama kekasih atau orang yang disayang. Jungkook ingin melakukan juga, tapi tadi, sebelum dia menyadari situasi yang membuat was-was seperti ini.

"Kau baik-baik saja?" Pria Jeon itu menaruh pepero ke meja dan duduk di samping Mia. Mata bulatnya sempat melirik pada tiga headseat yang tergeletak sembarangan. "Headseat-nya kenapa?" Lembut dia bertanya sambil mengusap rambut lurus si wanita tersayang.

"Rusak." Mia merajuk, "dua lainnya tidak senyaman yang biasa kupakai," rengeknya bagai anak TK yang mengadu pada guru karena dijahili teman saat bermain. Tapi lihatlah, dia begitu lucu di mata Jungkook. Menggemaskan. Jadi jangan heran karena tiba-tiba Jungkook terkekeh dan mencubit pipi wanita yang sudah resmi dipersuntingnya ini.

"Bilang saja ingin kubelikan yang baru," ucap Pria Jeon itu sambil menarik istrinya ke dalam pelukan. "Aku siap mengeluarkan banyak uang untukmu," kerlingnya sambil menarik hidung Mia gemas.

"Aku tidak butuh yang mahal, yang kubutuhkan headseat yang sama seperti yang biasa kupakai." Mia mendorong tubuh Jungkook, menaikkan kakinya dan duduk bersila di atas sofa. "Percuma mahal jika tidak enak dipakai," gerutunya dengan tangan menopang dagu. Sungguh menggemaskan bagi Jungkook.

"Kalau begitu, aku akan belikan yang kau mau." Jungkook tak jera menarik Mia untuk dipeluk. Dia tak sanggup menahan diri untuk menyentuh Mia lebih jauh jika sudah bertingkah seperti ini, terlalu sayang untuk dibiarkan.

Berbanding dengan Jungkook yang sumringah, Mia justru tetap merajuk, memasang wajah kesal nan menyebalkan terbaiknya. Untung saja, pria yang memeluk sabar dalam menghadapi, bahkan dengan senang hati menciumi rambutnya yang baru disampo. Dan di saat itu, mata cokelatnya tanpa sengaja memandang sekotak pepero yang tak tersentuh di atas meja.

"Pepero?" Mia mengulurkan tangan, mengambil pepero dan memandanginya bergantian dengan Jungkook yang mengusap tengkuk karena canggung. "Kau mau apa dengan pepero stick?" Dia menyelidik sembari menatap suaminya yang berada di taraf akut kemesuman. Jadi, wajar saja dia bertanya dengan nada curiga.

"Ya ... mau dimakan. Mau diapakan lagi?"—Jungkook terkekeh kaku—"tidak mungkin hanya untuk kucium-cium, 'kan?" Dia mengode, berharap istrinya peka dengan apa yang dimaksud.

Namun, begitu jauh dari bayangan saat Mia mengangguk-angguk dan mengembalikan kotak pepero tadi ke meja. Oh, God ... padahal Jungkook sudah berharap bisa melakukan pepero kiss di pepero day seperti sekarang.

"Kalau mau cium, ya cium saja. Kenapa harus memakai pepero stick segala? Biasanya juga, kau main langsung-langsung saja, 'kan?"

Jungkook mengerjap begitu polos saat mendengar celotehan Mia. Ini serius? Mia berkata seperti itu?

"Mi—"

"Pepero kiss atau french kiss?"

"Hah?"

"Dengan pepero atau dengan lidah?"

Benar-benar ... Jungkook tercengang sekarang. Ya Tuhan ... dia hampir melayang karena kegembiraan yang tak terbendung. Akhirnya Mia paham dan menawarinya sesuatu yang menyenangkan. Pepero kiss atau French kiss? Itu dua hal yang sama-sama menggoda.

"Mia ... tidak bisa pilih keduanya, ya?" Jungkook bermanja, mulai bertingkah seperti anak kelinci yang lucu dan menggemaskan. Dan jangan lupakan senyum polos di wajahnya.

"Bisa. Tapi panggil aku 'Jeon Areum'."

"Jeon Areum."

"Lagi."

"Jeon Areum, sayangku, cintaku, honey, ibu dari anak-anakku, I love you." Jungkook membentuk tanda cinta dari jarinya, ditambah dengan gerakan mencium yang sukses membuat Mia tertawa geli meski tak terlalu nyaring. Oke, jangan bayangkan bagaimana gilanya Jungkook sekarang.

"Menggelikan," gumam Mia sambil berdecak pelan.

"Lalu, kau mau aku melakukan apa?"

"Apa lagi?" Mia mengambil pepero di meja, membuka, lalu mengambil satu stik dan menggigitnya. "Come on."

Pria Jeon itu meneguk ludah. Perlahan, mulai mengigit stik pepero di ujung yang lain. Matanya bergerak, menatap bola mata cokelat yang juga memandang ke arahnya. Mereka saling bersitatap, namun kemudian saling tersenyum. Dalam jarak sedekat ini, sulit rasanya menahan perasaan meski sudah berusaha bertingkah biasa. Mia bisa merasakan pipinya memanas, apalagi saat Jungkook mulai mengigit sedikit demi sedikit stik pepero untuk menghapuskan jarak mereka. Dan saat jarak mereka hampir tak terhalang jarak karena stik yang hampir habis, Jungkook justru berhenti menggigit dan fokus memandang wanitanya yang terdiam di tempat. Hanya saja, hal tersebut tak berlangsung lama, karena Jungkook segera meredupkan mata dan menyentuh bibir Mia untuk mengambil stik yang tersisa.

"Sekarang, waktunya French kiss." Jungkook bergumam pelan, sengaja menyatukan dahi agar lebih leluasa membuat Mia salah tingkah—sedangkan tangannya menyentuh pipi yang merona.

Mia tak bicara, hanya membiarkan suaminya mendapatkan apa yang diinginkan. Decapan yang khas segera mengisi ruang keluarga, hasil dari perbuatan dua orang di sofa yang seolah tak peduli dengan hal apa pun di sekitar. Lidah saling bertemu, lumatan dan kecupan jadi pewarna keadaan, dan erangan lembut adalah musiknya. Mia melingkarkan tangan ke leher Jungkook saat posisi duduknya diubah dengan paksa. Sekarang, dia sempurna berada di pangkuan pria yang jadi pengendali keadaan.

"Ops ...."

Mia dan Jungkook bergegas melepas tautan mereka saat sebuah suara mengacaukan suasana. Di depan pintu kamar tamu, Jung Hyun berdiri dengan senyum kaku penuh rasa bersalah karena mengganggu aktivitas sang adik bersama istrinya. Yap! Pria yang merupakan kakak dari Jungkoook itu memang sedang memiliki keperluan di Seoul, jadi dia memutuskan untuk menginap di sini. Tapi siapa sangka, dia justru dihadapkan dengan pemandangan luar biasa saat baru membuka pintu untuk menuju dapur.

"Engg ... sepertinya aku tidak perlu ke dapur. Maaf sudah mengganggu kalian." Buru-buru Jung Hyun menutup pintu kamar. Bisa dirasa wajahnya memanas karena teringat adegan live tadi. Dan ... oh! apa yang harus dilakukannya besok jika bertemu Mia dan Jungkook saat sarapan? Ya Tuhan ... dia jadi serba salah sekarang.

Sedangkan di luar, Mia langsung menyembunyikan wajah ke dada Jungkook. Dia malu, benar-benar malu. Jungkook? Dia cuma bisa tersenyum masam dan menepuk-nepuk punggung Mia seolah itu bukan masalah besar; padahal dalam hati dia juga malu tidak kepalang.

"Jung ...."

"Stt .... Aku tidak mau membahas ini dulu. Lebih baik kita ke kamar sekarang, ya?" Jungkook berbisik, memotong ucapan Mia yang pasti berisi rengekan. Dan setelah wanitanya mengangguk mengiyakan, pria Jeon itu langsung mengangkat Mia untuk menuju kamar mereka.

Soal besok? Entahlah. Sepertinya akan ada situasi canggung yang memalukan.


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak :*

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang