Hadiah

7.6K 580 20
                                    

"Jeon Areum."

Mia yang baru keluar dari kamar mandi mengerutkan kening, heran dengan Jungkook yang memanggilnya menggunakan nama lengkap. Sambil merapikan beberapa helai rambut yang tak terikat dan meneteskan air, dia mendekat.

"Ada apa?"

"Hanya memanggil,"—Jungkook mengangkat bahu—"sudah lama aku tidak memanggilmu Areum," lanjutnya tanpa dosa.

Decak pelan terdengar. Mia menuju kulkas, hendak mengambil minuman dingin niatnya. Tapi, geraknya berhenti saat pintu kulkas baru terbuka setengah. Lengan Jungkook terasa hangat melingkari perut, disambung dengan kecupan di tengkuk yang membuat tubuh meremang.

"Kau tidak lupa hadiahku, 'kan?"

Pegangan di pintu kulkas perlahan terlepas. Mia meneguk ludah, membiarkan kulkas tertutup dengan sendirinya. Haus tak penting lagi untuk saat ini. Nada suara Jungkook yang lembut lebih mengerikan, memberi kode bahwa dirinya harus diutamakan.

"Jung ...."

"Hmm?"

"Bisa lepaskan pelukanmu?" Mia menggigit bibir, memohon dalam hati agar Jungkook tak menjahilinya.

"Memangnya kenapa? Kau tidak ingin kupeluk?"

"Bukan begitu, aku hanya—"

"Bibirmu merah." Jungkook mengerutkan kening, menatap satu bagian wajah istrinya dengan seksama.

"Ah ... ini tadinya terlalu kering." Sedikit senyum diberikan oleh Mia, bertujuan agar suaminya tak khawatir. Tapi, Jungkook justru mengembuskan napas. Pelukan dilepas. Sebagai gantinya, pria itu mengubah posisi mereka jadi berhadapan.

"Mau apa?" Mia mendadak jadi bodoh, tidak bisa menerka lebih lanjut.

"Membasahi bibirmu, apa lagi?"

"Eh?"

Manik cokelat itu berkedip saat material lembut milik suaminya menyentuh, memberi desir hangat yang tak berubah sejak pertama kali mereka melakukannya. Sebelah tangan yang kokoh memeluk dengan erat, melindungi tubuh mungil yang disayang. Tepat saat tangannya yang lain mengusap pipi, Mia mengatupkan mata. Seluruh perasaan yang ditumpahkan Jungkook diterima, tanpa penolakan meski hanya sedikit.

"Lain kali jangan biarkan bibirmu kering, itu kesukaanku."

Semu merah hadir di pipi Mia. Jungkook tersenyum, mengusap bibir yang baru diciumnya. "Jadi, kau sudah siapkan hadiah istimewa apa untukku?"

Kali ini, Mia tak langsung menjawab. Namun dengan perlahan, dia menggeleng. "Aku tidak menyiapkan apapun," akunya jujur. Memancing kerut heran di kening Jungkook.

"Mia, kau tidak bercanda, 'kan? Kau bilang sendiri akan—"

"Aku serius, Jung. Aku tidak menyiapkan apapun!" Mia memotong, sekaligus menatap suaminya yang mulai menunjukkan raut kecewa. "Aku tidak menyangka views-nya terpenuhi," lanjutnya pelan.

Jungkook berdecak, melepas pelukannya dan berjalan menuju tempat tidur. Wajah tampannya tampak mendung, mungkin tak menyangka akan seperti ini jadinya. Padahal, dia sudah menunggu sejak kemarin, terus berharap-harap cemas tentang hadiah istimewa yang dijanjikan.

"Jung ... aku minta maaf." Mia mendekat, tak tega melihat kelinci lucunya muram seperti sekarang. "A-aku akan segera pikirkan hadiahnya untuk—"

"Lupakan."

"Jung ...."

Mia terduduk di samping Jungkook, memohon dengan sangat saat ucapannya dipotong dengan ketus. Hatinya gundah dalam sekejap, dipenuhi rasa bersalah karena abai dalam memahami harapan sang suami. Jauh di dalam relung batin, dia takut. Dia tak pernah suka diabaikan. Diperlakukan seperti ini, dia rasa sebentar lagi akan menangis.

"Asal kau mau memenuhi semua permintaanku hingga tujuh hari ke depan." Jungkook mengerling, lalu mencolek hidung istrinya dengan sengaja. Senyum kelinci yang nakal ikut menggoda, tak tahu situasi bahwa sang istri hampir menangis karena tingkahnya.

"Kukira kau marah." Mia mengusap sudut matanya yang berair.

Kekeh senang terdengar dari Jungkook. Cepat ditariknya Mia ke dalam pelukan yang hangat. Kecupan demi kecupan terus mendarat di kening dan puncak kepala, tanda kasih sayang yang tak ada habisnya. Mia tak bersuara, hanya balas memeluk dan menyembunyikan wajah di dada bidang sang suami.

"Jadi, kau mau memenuhi permintaanku, 'kan?" ucap Jungkook setelah situasi lebih tenang.

"Menuruti permintaanmu selama tujuh hari?" Wanita Jeon itu mengulang, dijawab langsung dengan anggukan oleh Jungkook. "Asal bukan permintaan yang aneh-aneh," putusnya kemudian.

"Memangnya permintaan yang aneh itu bagaimana?" Jungkook merapikan anak rambut istrinya yang mengganggu.

"Kau minta menikah lagi contohnya."

Lagi-lagi Jungkook tertawa, begitu ringan dan tanpa beban. "Kenapa aku harus menikah lagi? Padahal yang kupunya sekarang sudah lebih dari cukup," tukasnya sambil mencubit gemas hidung sang istri.

"Ya siapa tau." Mia mengusap hidungnya yang memerah.

"Tidak, kok. Aku sudah puas dengan pelayananmu di ranjang."

"Ei ...."

"Aku hanya bicara kenyataan." Jungkook mengangkat bahu dengan wajah polos tak berdosa, dia tak pernah bosan menggoda Mia—meski wanita Jeon itu sudah menunjukkan wajah kesal. "Jadi, bagaimana?" Dia mengulang tawaran tadi.

"Bagaimana apanya?" Mia melepas pelukan Jungkook.

"Menuruti permintaanku."

"Kan sudah kukatakan, iya."

"Benarkah? Kukira tadi kau hanya menyebut agar aku tidak meminta yang aneh-aneh."

"Itu sama artinya dengan iya, bocah! Kau tidak belajar Bahasa dengan baik, ya?"

Jungkook tersenyum masam. Dia hanya berniat menggoda Mia, sungguh! Tapi, siapa sangka dia malah dikatai bocah. Ck! Wanita PMS memang sensitif.

"Ya sudah, permintaan pertama."

Mia mengangkat sebelah alis, curiga menatap Jungkook yang tersenyum-senyum penuh aura kejahilan.

"Pakai lingerie-mu untuk nanti malam dan—etz! Aku tidak menerima penolakan, Baby."

"YAK! JEON JUNGKOOK!"


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak 😉 Jangan juga lupa ngikutin tujuh harinya Mia 😅 Tapi gak di-post tiap hari sih 🤔

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang