By : Mia
Jangan lupa tinggalkan jejak :) Happy reading <3
-oOo-
-Jungkook POV-
Kutarik napas panjang saat telah sampai di depan rumah Yoon Gi Hyung. Bajuku basah kuyup karena hujan yang semakin deras. Kutarik napas panjang sebelum mengetuk pintu kayu tersebut, tak sabar menunggu sang pemilik untuk membuka.
"Hyung—"
Pintu terbuka, napasku terengah menatap pria berparas manis di depanku. Tatapan datarnya membuat nyaliku menciut, teringat bagaimana kejamnya dia saat marah.
"Kau baru datang setelah dia menangis selama satu jam sambil menyalahkan diri sendiri. Haruskah kuberi tepuk tangan untukmu?"
Ucapan yang menyindir, sangat.
"Terserah Hyung ingin mengatakan apa, aku tak peduli." Susah payah aku menjawab.
Yoon Gi Hyung diam, tajam menatap ke arahku.
"Di mana dia?" tanyaku kemudian, tak sabar dengan reaksi yang diberikan olehnya.
"Kamar."
Tanpa menunggu lebih lanjut, aku langsung menerobos masuk ke rumahnya. Bergegas menuju satu kamar yang biasa ditempati oleh Mia. Yap! Gadis itu datang, sejak satu jam setengah yang lalu. Berpuluh pesan yang kubaca di rumah Shi Ka Noona tadi adalah darinya—beberapa dari Yoon Gi Hyung yang memberitahu bahwa Mia ada di rumahnya, itulah kenapa aku sangat panik. Dan terbukti, dia menangis. Lagi-lagi karenaku.
Napasku tertahan beberapa detik sebelum membuka pintu, aku takut. Hatiku seolah tak sanggup melihat mata sembabnya yang dikarenakan diriku. Bodoh! Jungkook bodoh!
Cklek!
Pintu kubuka, langsung memandang gadis di tepi tempat tidur yang terdiam menatapku. Benar, hatiku langsung teriris saat melihatnya kembali meneteskan air mata.
"Kookie ...."
Aku menghambur, segera menariknya ke dalam pelukanku. Dia menangis, memelukku erat. Tanpa sadar aku mencium rambutnya, berusaha menenangkan.
"Maaf, aku terlambat. Aku baru mendapat izin dari ayah tadi malam, pesawatku juga mengalami penundaan terbang karena hujan. Kau pasti kecewa," ucapnya getir, penuh rasa bersalah.
"Kau tidak terlambat, Sayang. Aku juga tidak kecewa, justru aku senang kau datang. Jadi, tidak ada yang perlu dimaafkan. Justru harusnya aku yang meminta maaf karena baru datang sekarang." Aku menjawab, mengusap rambutnya.
Dia menggeleng, "Kau tidak salah, aku yang salah."
"Sstt ... berhenti menyalahkan diri sendiri." Kucium pipinya dengan sayang.
"Kau pasti marah denganku," sambungnya dengan suara bergetar.
"Tidak, aku tidak mungkin marah padamu. Sudah, jangan menangis lagi."
"Bagaimana mungkin aku tidak menangis? Aku mengecewakanmu, Jung."
'Justru aku yang telah mengecewakanmu, Sayang.'
Aku melepas pelukan, menatapnya yang tertunduk. "Look at me, Mia." Aku memerintah. Tapi, dia menggeleng.
"Jika kau terus menunduk, bagaimana aku bisa menciummu, huh?" tanyaku kemudian.
"Memangnya aku masih pantas kau cium?" Dia balik bertanya, masih dalam posisi tak berani menatapku.
'Seharusnya aku yang bertanya, pantaskah aku menciummu?'
Tanganku bergetar saat mengangkat wajahnya agar terdongak menatapku. Aku merindukannya, sangat. Rindu senyumnya, matanya, tawanya. Bukan tangisnya yang membuatku sakit seperti ini.
"I miss you."
Pelan tapi pasti, aku mengecup bibirnya. Mengulasnya pelan tanpa peduli air matanya yang kembali turun. Dia tak membalas, hanya diam. Namun, tangannya menggenggam pakaianku dengan erat. Aku tahu kerinduannya, begitu pula dengan perasaannya.
"Don't cry again, Babe. I love you, so much." Aku berbisik, mengecup pipinya.
"Jung ...."
"Hmm?" Kuusap rambutnya.
"Happy birthday, Oppa. Wish you all the best. Maaf, aku belum bisa jadi kekasih yang baik untukmu."
Perasaanku tumpah, begitu pula dengan air mata yang turun seiring tubuhnya yang kembali kupeluk. Tak henti aku mengecup rambutnya. Aku menyayanginya, sungguh!
"You're my everything, Jeon Areum."
"Thank you." Pelan, dia menjawab sambil menenggelamkan wajah ke dadaku.
Tak lama kemudian, ia melepas pelukan. "Kau benar tak marah denganku, 'kan?" tanyanya takut.
Aku tersenyum, mengangguk pasti. Dia tertunduk, "Terima kasih, Jung."
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting, kau sudah di sini sekarang." Kucubit pelan pipinya.
"Jung—"
PLUK!
Mataku mengerjab kaget saat ada yang melempar pakaian. Pandanganku tertuju ke pintu, di sana sudah ada Yoon Gi Hyung yang berdiri sambil menatap datar.
"Ganti pakaianmu, bodoh. Aku tidak mau tempat tidur dan adik kesayanganku jadi basah karenamu," ucapnya ketus.
Aku mencibir. Sejenak menatap Mia dan mengusap rambutnya, "Tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian."
Dia mengangguk, aku beranjak sambil mengambil pakaian yang tadi dilempar oleh Yoon Gi Hyung.
"Jangan pernah membuatnya menangis lagi, Jung."
Langkahku terhenti saat mendengar ucapan Yoon Gi Hyung.
"Hyung boleh membunuhku jika hal ini terjadi lagi," jawabku setelah terdiam beberapa saat.
"Baiklah, kupegang ucapanmu."
Dia pergi, aku melirik ke Mia yang terdiam. Seulas senyum kuberikan padanya, baru aku beranjak menuju kamar mandi.
Cinta, itu hal yang rumit. Dia sama seperti kaca, sangat mudah untuk pecah. Tapi, hari ini, satu September 2016—bertepatan dengan ulang tahunku—satu satu hal yang kumengerti tentang cinta. Cinta tidak hanya ingin bersama seseorang, tapi cinta juga membuatku tak bisa terpisah darinya. Bahkan, aku tak bisa membayangkan bagaimana hidup ini tanpa dia. Aku menyayanginya, sangat.
-FIN-
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...