Hangat mentari mulai menyelinap masuk di sela-sela gorden yang tertutup. Gemirisik angin menggoyang dedaunan. Burung mulai bercuit, saling memamerkan suara merdu mereka masing-masing. Jalanan kota Seoul mulai padat seiring waktu yang berjalan. Kesibukan dimulai.
Di salah satu rumah—tepatnya di sebuah kamar—Mia hendak bergerak demi membalik tubuhnya yang miring. Tapi, gerakannya tertahan karena ada sesuatu yang menghalangi. Membuat dirinya mau tak mau harus membuka mata untuk mengetahui apa yang terjadi.
"Morning, Barbie."
Mia mendesah berat. "I'm not Barbie, Mr. Jeon." Ia melepas tangan pria yang mengusap punggungnya sejak tadi. Hendak bangkit, tapi lagi-lagi tertahan karena sebuah kecupan di kening.
"Ini pagi pertamaku denganmu, Mia." Si pria Jeon berkata, sembari merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan.
"Itu salahmu karena terus meninggalkanku, Sir." Seolah tak peduli dengan Jungkook, Mia menjauhkan tangan yang menyentuhnya. Ia bangkit, kemudian langsung melempar selimut hingga menutupi seluruh tubuh pria yang telah sah jadi suaminya.
"Jangan pernah berpikir untuk ikut masuk ke dalam, Tuan Mesum."
Mia memberitahu dari dalam kamar mandi, sedangkan Jungkook hanya tertawa di balik selimut yang menutupi. Pagi-pagi, dia sudah dapat sarapan panggilan 'Tuan Mesum'. Yah ... istrinya memang tahu hal yang membuatnya merasa lucu.
•
•
•
Jungkook sudah hampir bosan menunggu istri cantiknya untuk keluar dari kamar mandi. Aneh, tidak biasanya wanita itu terlalu lama seperti ini. Ada apa?
"Maaf karena menunggu lama, Sir."
Untunglah, yang ditunggu peka dan segera keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang ... err, segar. Jangan berpikiran negative, oke?
"Ngomong-ngomong, kapan kau masuk ke rumah ini, huh?" Mia bertanya, sekaligus mengambil sisir di meja rias. "Sisirkan rambutku," perintahnya kemudian, sambil duduk membelakangi Jungkook tentunya.
"Jam tiga, saat kau masih tertidur dengan laptop yang menampilkan orang berciuman." Sambil menuruti perintah istrinya, pria Jeon itu menjawab.
"Ow, sorry. Aku memang mematikan filmnya tepat di scene itu."
"Why?"
"Nothing. Just like the scene."
"Miss my kiss?"
"No."
"Sure?"
"Of course!"
Jungkook tersenyum. "You're pervert wife."
"How about you?"
Tidak ada jawaban, kecuali senyum yang masih tersampir di wajah tampan Jeon Jungkook. Ia mengulurkan tangan, menyerahkan sisir yang telah memenuhi tugas untuk merapikan rambut lurus sang istri tersayang.
"Mia," panggilnya kemudian, namun hanya dijawab dengan gumaman oleh wanita berkaos putih. "Kenapa kau lebih suka film-film Inggris daripada drama Korea?" Ia bertanya.
"Karena adegan ciuman di film Inggris lebih panas dan menantang."
"Hei ...."
"Why? Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah?"
"Tidak, hanya saja kau terlalu jujur. Sekarang, orang-orang pasti mengira kau benar-benar nakal."
"Bukannya jujur lebih baik? Lagipula, aku tidak mau jadi munafik yang berpura-pura tidak suka melihat scene ciuman." Wanita bersurai lurus itu berdiri untuk menaruh sisir ke tempat semula, lalu mengambil secangkir susu di kulkas.
Hanya embusan napas yang diberikan Jungkook sebagai respon. Ia ikut berdiri, kemudian menghampiri sang istri yang bersandar di pintu kulkas. "Give it to me," pintanya sambil melirik cangkir susu di tangan Mia.
Namun, bukannya memberikan, wanita ini justru tersenyum sinis. "Setelah meninggalkanku sendirian di sini, membuatku menyusulmu ke Las Vegas, tapi akhirnya ditinggal lagi karena acara Billboard. Sekarang kau dengan enaknya meminta susu yang tengah kuminum? Apakah memang seperti ini caranya, Tuan Jeon?"
"Mia ... aku tidak ingin bertengkar. Berikan aku—"
"Berjanjilah, hari ini kau hanya milikku. Tidak ada pekerjaan, tidak ada latihan, tidak ada kesibukan agency atau grub, dan ... tidak ada kata maaf karena meninggalkanku sendirian."
Jungkook menelan ludah, paham atas tawaran yang diajukan oleh sang istri.
Menyadari tak ada jawaban yang dinanti dalam beberapa menit, Mia pun tersenyum cukup miris. "Sudah kuduga, keegoisanku ini sulit dipenuhi,"—ia berkata—"kau tak perlu berjanji, Jung." Senyumnya kemudian dengan manis.
"Mia, aku—"
"Give me your kiss, please."
Sebenarnya, Jungkook merasa sakit mendengar permintaan istrinya kali ini. Lagipula, bukan salah wanita itu jika bertindak egois. Tapi, lagi-lagi keegoisan itu dikesampingkan demi dirinya. Demi suami yang bahkan tak bisa memenuhi nafkah batin istrinya di awal-awal pernikahan mereka.
"Mia—"
"Jangan membuatku menangis, tolong."
Tarikan napas jadi jawaban. Jungkook mengambil cangkir susu di tangan Mia, lalu menaruhnya ke meja. Dan setelahnya, bisa ditebak sendiri, bukan? Satu ciuman panas untuk mengawali hari bukan hal yang cukup buruk sepertinya. Walau sebenarnya hal ini lebih dulu terawali dengan kejadian yang kurang menyenangkan.
-FIN-
**Don't worry :D Selamat berpuasa untuk hari ini <3 Jangan lupa juga tinggalkan jejak ^_^ Thank you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...