Game

18K 1K 6
                                    

By : Mia


Sesudah baca jangan lupa tinggalkan jejak :) Aku masih harus belajar banyak tentang penulisan, jadi kritik sangat diperlukan :) Happy reading :)


-oOo-


-Mia POV-


Kulirik Jungkook di sampingku yang sibuk bermain game. Aku menghembuskan nafas panjang, ini sudah dua puluh menit sejak aku mengembalikan ponselnya setelah kusita selama dua hari. Dia tak peduli dengan hembusan nafasku yang menunjukkan kekesalan dan tetap terfokus pada game yang dimainkannya.

"Begitu saja terus! Tidak usah anggap aku ada!" Gerutuku sambil menopang dagu dan memalingkan wajah ke arah lain. Jika dia tak merasa juga, ntahlah.

"Jangan cemburu dengan game."

Bahkan nada suaranya terdengar enteng!

Aku mendesis, memandangnya tajam yang bahkan tak memandangku sama sekali. Kutendang kaki meja untuk meluapkan kekesalan. Berdiri dan langsung menuju kamar, masa bodoh dengannya! Mau menjadikan game itu sebagai kekasihnya pun tak masalah, bukan urusanku!

Kuhempaskan diri ke tempat tidur, bantal guling sudah setia menemaniku. Kubenamkan wajahku di sana, dadaku mulai terasa sesak. Hei! Aku memberikannya ponsel karena tak sanggup melihatnya terus-terusan suntuk. Tapi setelah diberikan... Argh! Jeon Jungkook jahat!

Dua menit....

Tiga menit....

Lima menit....

Tak ada tanda Jungkook menghampiri. Dadaku semakin sesak, sepertinya dia sudah melupakanku karena game. Menyebalkan! Aku mengangkat wajah, menarik nafas panjang berusaha agar air mata tak jatuh. Aku tak boleh cengeng hanya karena masalah seperti ini.

"Sudah cemburunya?"

Aku menoleh ke samping, tapi segera kupalingkan wajah ke arah lain ketika melihat Jungkook berdiri dengan senyum polos tanpa dosanya. Kurasakan gerakan di sampingku, bisa dipastikan Jungkook yang di sana. Tak lama, tangannya sudah bergerak untuk membangunkanku dengan paksa.

"Gadisku tak boleh cemburu dengan game." Ucapnya sambil mendudukkan ku ke pahanya. Tangannya memegang erat tanganku yang akan menolaknya. Aku mendecih, berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Dada yang sesak membuat mataku panas, tapi air mata yang akan jatuh masih kutahan.

"Sudah, jangan cemburu dengan game. Mereka bukan benda hidup, untuk apa dicemburui?" Tanyanya lembut sambil mengusap rambutku dari samping, membuat air mata jatuh tanpa bisa kutahan.

Aku tak menjawab dan malah mengatupkan bibir rapat-rapat--menahan tangis. Dia memelukku erat, "Ayolah, bicara. Jangan hanya diam, ini membuatku serba salah." Bujuknya sambil mengusap rambutku berkali-kali, pipiku pun tak luput dari ciuman-ciuman kecilnya.

Aku menggeleng, tangisanku tak bisa ditahan lagi. Dia jahat! Sudah tahu aku tak suka diabaikan, masih saja mengabaikan! Sudah marah seperti ini baru sibuk membujuk! Jungkook menyebalkan!

Dia menarikku ke dalam pelukannya, menepuk pelan punggungku dan membiarku menumpahkan segala kekesalanku di sana. Aku ingin memukulnya, tapi tanganku dipegang erat olehnya. Akhirnya aku hanya bisa menangis dan menangis.

"Masa iya? Dengan Saeron dan Sana kau tak cemburu, tapi dengan game malah cembu-"

"Aku tak cemburu, kelinci bodoh! Aku hanya tak suka diabaikan begitu saja! Memangnya aku ini apa?" Bentakku. Andai tak di pelukannya, mungkin kepalanya sudah kupukul.

Dia menghela nafas, "Aku minta maaf, bukan maksudku mengabaikan. Tapi aku hanya terlalu asyik bermain game, aku janji tak akan seperti itu lagi." Ucapnya sungguh-sungguh, aku tak menjawab.

Dia mengeratkan pelukannya dan mencium rambutku berulang kali, "Aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Aku janji tak akan mengulanginya, aku janji!"

"Berani mati jika kau melakukannya lagi!"

Dia terkekeh, melepaskan pelukan dan pegangannya di tanganku. Tapi sebagai gantinya, menangkup pipiku dan mengusap air mata yang jatuh di sana. Mata bulatnya menatapku lucu, dan tak lama bibirnya sudah mendarat di hidungku dan menggigitnya kecil hingga memerah.

Tangannya mengacak rambutku, "Jadi, tak marah lagi, kan?" Tanyanya sambil mengerlingkan mata.

Aku mendorong kepalanya, "Jangan terlalu percaya diri! Aku masih marah denganmu, kelinci nakal!" Gerutuku.

"Marah karena apa lagi? Bukannya sudah selesai?"

"Sudah kubilang jangan terlalu percaya diri, kelinci jadi-jadian!" Aku menggeram dan memukul kepalanya, dia meringis sambil mengusap kepalanya.

"Kelinci bodoh, kelinci nakal, kelinci jadi-jadian. Berikutnya apa lagi?"

"Mayat kelinci!"

"Kau mau aku mati?"

"Menurutmu?"

"Tidak! Jika aku mati, kau pasti rindu denganku, bukan? Dan bisa-bisa kau juga ikut menyusulku mati."

Aku mendesis, dia tercengir polos. Aku menatapnya tajam, dia mengerling. Aaah... Jeon Jungkook, kau memang... Ah! Sudahlah. Yang jelas kupegang janjimu untuk tidak mengabaikanku lagi, apalagi karena game!

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang