"Morning."
Jungkook mengerjap saat merasa sebuah kecupan yang mendarat di kelopak mata. Pria kelinci ini menggeliat, mencoba merenggangkan tubuh yang terasa lebih nyaman dari sebelumnya. Sesosok gadis berdiri, tepat di sampingnya yang masih bermanja dengan kasur.
"Kau mau cuci muka atau minum susu dulu?" tawar Mia sambil melirik secangkir susu putih di nakas samping tempat tidur.
"Aku ingin ciuman selamat pagi." Jungkook menjawab, tanpa perlu bangkit dari posisinya.
Namun, sebuah gelengan dengan cepat diberikan oleh Mia. "Cuci mukamu dulu," suruhnya sambil menunjuk kamar mandi.
"Kalau aku ti—"
"Cuci muka, atau tidak ada ciuman." Mia berkata dengan tegas, walau senyum terus terpatri di wajahnya yang memutih karena air yang tadi disentuhnya cukup dingin.
"Jung ...."
Ibarat anak kelinci, Jungkook turun dari tempat tidur dengan wajah menggemaskan. Dia kesal, tapi mau tak mau harus menuruti perintah gadis yang jadi tunangannya. Dengan langkah terseok khas bangun tidur, pria Jeon ini bergerak menuju kamar mandi yang menjadi salah satu saksi bahwa dirinya pernah menyentuh Mia cukup jauh sebelum mereka menikah.
Lima menit berlanjut dengan tenang, Jungkook pun keluar dari kamar mandi. Namun, matanya menyipit saat menyadari sosok yang dicarinya tidak ada. Di mana Mia? Apakah di luar?
"Mencariku?"
Pandangan itu teralih ke pintu kamar. Di sana, telah berdiri seorang gadis dengan pakaian asalnya yang membuat ... err, kembali menggoda sisi lain Jungkook yang baru tertidur. Kemeja longgar, celana pendek ... oke! Salahkan Mia yang terlalu nakal.
"Kenapa berganti baju?" Jungkook beranjak, langsung mengangkat tunangannya ke tempat tidur tanpa aba-aba sedikitpun. "Hei, ayo jawab." Dicubitnya pelan hidung Mia, gemas dengan tingkah gadisnya yang hanya tertawa saat ditanya.
"Ingin menggoda Jungkook." Enteng saja gadis Min ini menjawab, seolah tak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Dia terlalu seksi pagi ini," lanjutnya sambil mengusap leher tunangannya hingga pria itu mendesis.
"Lihat, 'kan? Mendesis saja dia seksi." Sambil tersenyum Mia berkata. Mata cokelatnya ikut bergerak, menatap polos pada Jungkook yang menatap tajam.
"Kau memang minta di—"
"Kiss me!"
Jungkook mengembuskan napas, tak habis pikir kenapa gadis seperti Mia diciptakan untuknya. Apakah Tuhan benar-benar berniat ingin menguji seberapa kuat dirinya bertahan terhadap kelakuan yang ditunjukkan oleh gadis Min ini?
"Mia."
"Hmm?"
"Jangan lupa untuk mendesah, ya."
"Hah?"
Belum sempat bertanya lebih lanjut, pria itu sudah lebih dulu mendaratkan kecupannya di leher yang terekspos bebas. Begitu pula tangannya, segera bergerak menelusuri bagian yang ingin disentuh. Gerakan gelisah dari Mia tak dipedulikan, justru hal itu membuatnya lebih menyukai kegiatan kali ini.
"Jung," panggil gadis bermarga Min ini.
"Hmm?"
"Mengucap selamat tidak perlu memikirkan banyak hal, 'kan?"
Jungkook berhenti, beralih untuk memandang wajah sang gadis. "Kenapa memangnya?" Ia bertanya, sekaligus mengusap pelan pipi halus yang jauh dari kata 'perawatan mahal'.
"Tidak ada,"—Mia bangkit—"hanya terpikirkan saja," lanjutnya sambil bersandar dan tersenyum simpul.
Sedetik-dua detik, Jungkook bergumam. "Aku tidak percaya," cetusnya.
Tawa kecil terdengar. "Baiklah, aku jujur. Ada sesuatu yang tidak kusukai, tapi mereka berhasil mendapat penghargaan untuk pertama kalinya. Dan ... aku mengucap selamat untuk mereka. Tidak apa, 'kan?" Mia berteka-teki.
Kali ini Jungkook terangguk-angguk. Entah paham atau tidak, entahlah. "Itu bagus! Artinya, kau bisa menghargai mereka dan menyampingkan hal negatif di hatimu," katanya kemudian.
"Benar, 'kan? Ah ... aku hanya bingung. Aku takut dikatakan tidak tulus oleh beberapa orang yang tidak menyukaiku. Aku juga takut jika mereka malah menganggap ucapan selamatku sebagai ejekan. Padahal, aku benar-benar ingin menghargai kerja keras mereka hingga ke tahap ini." Mia tersenyum, lalu memeluk lutut.
Tarikan napas panjang terdengar, bersambung dengan embusannya. Jungkook segera menarik gadisnya ke dalam pelukan. Sebuah kecupan juga diberikan, tepat di pertengahan kening. Memunculkan sebuah senyum manis untuk pagi yang mulai beranjak siang.
"Kau terlalu berpikir berlebihan, Sayang. Kau mau mengucapkan selamat, ucapkan saja. Jangan pedulikan apa kata mereka. Kau yang paling mengetahui tentang dirimu, tentang perasaanmu, tentang kejujuranmu. Jadi, untuk apa merasa takut?" Pria Jeon ini berkata, sembari menepuk pelan punggung gadisnya yang terasa hangat.
Untuk yang kesekian kalinya, Mia tersenyum. Gadis ini balas memeluk, membiarkan tubuhnya makin tenggelam dalam dekap hangat yang tunangannya berikan. "Terima kasih. Kau memang yang terbaik dalam memahamiku," ucapnya tulus.
Hanya gumaman yang jadi jawaban sebelum akhirnya pelukan mereka terlepaskan. Tapi sebagai gantinya, Jungkook menangkup wajah yang entah kenapa terus bertambah kecantikannya setiap hari. "Rasanya, aku sudah lama tidak menyentuh wajahmu seperti ini," ungkapnya jujur.
"Benarkah?"
"Iya."
Sebuah kecupan mendarat di hidung Mia, membuat gadis ini sedikit terkaget-kaget.
"Aku suka wajah ini. Jaga dengan baik, ya?" pesan pria Jeon itu kemudian sambil tersenyum penuh kehangatan.
Terlepas dari permintaan Jungkook, Mia balas menyentuh pipi tunangannya yang terlihat menggemaskan. "Kau juga, jaga wajahmu dengan baik. Jangan lukai hingga berbekas seperti ini lagi," ucapnya sambil menyentuh bekas luka di pipi si kelinci.
"Of course, Baby. Ini investasi masa depanku untuk anak-anak kita nanti."
Mia tertawa. Bukan karena ucapan Jungkook, melainkan karena ekspresi yang ditunjukkan kelincinya itu. Terlalu sok, percaya diri, dan ... menggemaskan! Campuran, begitulah.
"Emm ... Kookie! Boleh kutanya satu hal?" celetuk Mia setelah mereka terdiam beberapa saat.
"Bukannya kau sudah bertanya?" tanya Jungkook dengan sorot mata jahil.
"Ei ... dengarkan aku dulu!" rajuk gadis bersurai lurus ini dengan wajah minta dicubit.
Sebuah tawa jadi pendahulu oleh Jungkook. "Iya, iya. Kau mau tanya apa?"
"Hal apa yang paling membahagiakan untukmu?" Mia baru buka suara setelah cukup puas memandang wajah tampan yang Tuhan ciptakan untuknya.
Kening Jungkook berkerut. "Untuk apa bertanya?"
"Just want to know." Mia mengangkat bahu, kemudian tersenyum simpul.
"Sure?"
"Come on! Tell me."
"When I'm with you, like now. You?"
"Emm ...." Mia tersenyum jahil, memancing rasa penasaran di hati tunangannya tersayang.
Suara decakan terdengar. "Come on," desak Jungkook tak sabar.
Lebih dulu Mia menarik napas panjang. "Same. When I'm with you, I'm happy." Gadis cantik ini memberi jawaban dengan senyum yang begitu manis, membawa rasa bahagia tersendiri di hati Jungkook.
"So?"
"Let's make happy moment for today and forever."
-FIN-
**Morning!! Jangan lupa tinggalkan jejak yo :D Thank you <3 <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...