Ini malam minggu. Langit terlihat cerah tanpa adanya awan gelap yang menghalangi bintang, tampak seperti mendukung aktivitas anak muda yang tengah berbalas rindu. Namun di lain sisi, ada yang tengah kebingungan. Bukan karena tidak bisa menemui kekasih—karena faktanya dia sudah bersuami—ataupun karena keuangan rumah tangga yang sedang kacau, melainkan karena pria tampan kesayangannya terus menekuk wajah tanpa alasan yang jelas. Hal ini sudah berjalan sejak tadi pagi, saat dia bangun tidur. Bayangkan! Sudah lebih dari dua belas jam prianya merajuk!
"Kookie ...." Mia merengek sambil memeluk Jungkook dari belakang, membuat pria yang tengah duduk di sofa sambil bermain game itu mengerang pelan karena terganggu. Ya ... beginilah sejak tadi siang, hanya game-game-game dan game yang jadi pusat perhatian. "Kau belum makan," tegur Mia mengingatkan.
"Aku tidak lapar."
"Bagaimana mungkin? Biasanya kau makan setiap dua jam sekali." Mia coba bergurau, tapi justru menambah 'garing' suasana. Mau tak mau, wanita ini pun melepas pelukan dengan perlahan. "Baiklah. Sekarang katakan, kau marah kenapa?" Dia berpindah duduk jadi ke samping Jungkook.
"Memangnya siapa yang bilang aku sedang marah?" Jungkook bicara dengan mata yang fokus ke layar ponsel.
"Tidak perlu dibilang juga sudah ketahuan kau sedang marah. Jadi, kenapa?" Mia kembali bertanya, kali ini dengan raut yang lebih serius.
"Katanya peka, masa iya tidak tahu."
Mia mengerutkan kening. Meski Jungkook hanya bergumam saat mengatakannya, tapi dia masih bisa mendengar. Maksudnya apa, coba? Suaminya kadang suka ikut berkode-kode seperti BigHit.
"Kalau ada yang mengganjal, lebih baik katakan langsung. Aku bukan orang yang sepeka itu." Mia menjawab, sedikit tersinggung dengan ucapan Jungkook. Eumm ... yah, dia sedang dalam masa pra-PMS. Tingkat emosinya sedikit lebih labil dari biasa.
"Kenapa jadi kau yang marah?" Jungkook bercicit kesal, tak terima dia yang harus dimarahi.
"Aku tidak marah, Jeon Jungkook ...!"—Mia benar-benar gemas—"Aku hanya bilang kau kenapa? Jika ada masalah, lebih baik katakan langsung."
Tidak ada jawaban. Kelinci lucu itu hanya diam dengan wajah makin cemberut. Game tidak lagi dimainkan, hatinya penuh dengan beragam omelan yang tak bisa langsung keluar. Mia menarik napas, tak suka dengan suasana paling menyebalkan di rumah tangganya.
"Baiklah, aku minta maaf jika sudah melakukan kesalahan."
Hening.
"Bicaralah sekarang, apa masalahnya."
Tetap hening.
"Jungkook?"
Tak ada suara.
"Ayolah ... jangan seperti ini. Kau tahu aku tidak suka diabaikan!"
"Aku juga tidak suka diabaikan."
"Diabai—yak! Kapan aku mengabaikanmu?" Mia tampak terima dengan penjelasan suaminya barusan. Toh, dia memang tak merasa pernah mengabaikan Jungkook. Kecuali .... "Jangan bilang kau marah karena tadi malam!?" sentak Mia dengan wajah tak percaya.
Jungkook makin cemberut. "Memangnya, apa istimewanya Minions di banding diriku?"
Sekarang, Mia hanya ingin seseorang menjitak kepalanya. Bagaimana mungkin pria Jeon itu merajuk karena masalah sepele? Tadi malam Jungkook memang sempat menggodanya yang tengah menonton Minions. Awalnya, dia berniat memenuhi permintaan Jungkook setelah film selesai. Tapi ternyata, pria itu sudah tertidur lebih duluan. Jadi ... ya begitulah. Kalian pasti mengerti, 'kan?
"Pendek! Kuning! Jelek! Nakal! Ceroboh! Apa bagusnya, coba!?" Jungkook benar-benar mengomel, terlihat jelas bahwa dia tidak menyukai makhluk kuning lucu yang dipanggil Minions itu. "Sampai-sampai membuatku kehilangan jatah malam!" gerutunya lagi.
Mia menahan napas. Sungguh! Jungkook yang tengah mengomel sambil merajuk sangat lah lucu. Menggemaskan! Tapi, dia harus menahan keinginan memeluknya hingga masalah ini selesai. Tapi ... u-uh, Jungkook sangat menggoda dengan wajah cemberutnya.
"Kookie ...." Mia melunak, "itu hanya film. Lagipula kan kau juga yang salah, kau ti—"
"Jadi, aku yang salah?"
"Eh??" Mia meneguk ludah, wajah Jungkook menyeramkan. "Bu-bukan begitu. Aku hanya ingin bilang, kau duluan tidur. Jadi aku tidak tega membangunkanmu."
"Biasanya juga kau membangunkanku."
"Eng ... itu ...."
"Sudahlah, Minions memang lebih menarik daripada aku!"
"Yak ... kau cemburu dengan Minions?"
"Kau juga cemburu dengan V Hyung."
"Kookie ...."
"Laptopmu kusita. Pakai saja laptopku untuk mengetik."
Mia memucat. "Bagaimana bisa ...?"
"Hukuman untuk ketidakpekaanmu, Sayang." Enteng saja Jungkook menyentil kening istrinya hingga memerah. Namun setelahnya, dia langsung mengecup bagian yang disentil. Modus.
"Jeon Jungkook." Mia cemberut sambil mengusap keningnya yang sakit karena ulah si kelinci. "Jangan membuka file-file di sana."
Awalnya, Jungkook hanya memasang wajah datar. Tapi perlahan, sebuah senyum yang jahil terbentuk jelas di bibir yang kissable. "Kau takut, ya?" godanya. Rasa kesalnya menghilang dengan cepat, menguap terkena angin malam yang tak sengaja masuk melalui jendela.
"Takut apa?" Mata cokelat wanita Jeon itu memandang sinis, tapi senyum jahil di bibir suaminya tak juga luntur.
"Apa saja."
"Yak, Jeon kelinci!"
"Milikmu, milikku. Kau tidak lupa itu 'kan?"
-FIN-
**Jangan lupa tinggalkan jejak :*
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...