Because of Jealousy

6.9K 570 33
                                    

Di ruang tamu rumahnya, Jungkook sibuk membaca komentar di video yang barusan di-upload olehnya. Cukup bagus, meski ada beberapa komentar mengganggu.

"Kookie ...."

"Hmm?" Jungkook mengalihkan pandangan dari layar ponsel; memandang istri yang berada di ambang pintu kamar. "Ada apa?" tanyanya pada Mia yang tampak cantik dalam balutan gaun tidur tanpa lengan berwarna merah muda.

"Boleh duduk di pahamu, tidak?"

"Eh? Duduk di sini?" Pria kelinci bermata bulat itu mengerjap polos, tak menyangka dengan permintaan mendadak sang istri. "Boleh, kok." Dia menjawab setelah berpikir beberapa detik.

Mia tersenyum senang saat beranjak untuk duduk. Jungkook memperbaiki posisi, menerima dengan senang hati saat sang istri menjadikan pahanya sebagai kursi. Dia balas tersenyum manis, mencubit gemas hidung Mia, lalu merangkul pinggangnya erat.

"Kenapa tiba-tiba, hmm?" Dia bertanya, tak bosan memandang raut manis sang wanita pujaan.

"Aku bosan di kamar. Semua timeline sosial mediaku isinya sama, tentang JiKook yang berbulan madu ke Jepang."

"Aku berbulan madu di Miami ngomong-ngomong. Dengan Jeon Areum, bukan Park Jimin."

"Mm, lalu?"

"Aku berhasil membuat anak." Jungkook tersenyum sangat manis—di sela tangannya mengusap perut sang istri. "Di sini tempat penyimpanan hasil kerja kerasku di ranjang." Dia tersenyum lebar tanpa dosa, tak peduli ucapannya menjurus ke mana-mana.

"Untung aku cinta dengan si mesum ini." Mia berdecak sambil menyentil kening suaminya—tapi kemudian diusap-usap sayang.

"He-em. Cintamu menyelamatkanku."

Mia berdecih. Jungkook masih menyampirkan senyum. Tangan wanita Jeon itu bergerak, menyentuh surai kehitaman suaminya dengan lembut. Manik cokelatnya bergerak lambat menelusuri setiap senti wajah indah bak pahatan sempurna dari pemahat ternama. Jungkook menahan napas, membiarkan bibir dengan lipgloss tipis menyentuhnya lembut. Manis, menagih, menjadikan candu yang membuat lupa diri. Dia balas bergerak, menekan tengkuk sang penggoda saat bibirnya ikut berkerja memberi sentuhan.

"Kook ...." Mia memejamkan mata, tak sanggup dengan sentuhan suami yang terlalu menggoda. Dia memang yang memulai, tapi saat ini dia harus pasrah menerima kekalahan. Jungkook adalah pengendali; itu fakta tak terbantahkan.

"Eum? Mau lagi? Aku bisa memberi yang lebih panas." Pria itu menjilat bibir. Matanya menatap dalam ke istri yang pipinya mulai memerah. Jungkook pantang dipancing, ingatlah.

"Mia?"

"Aku mau lehermu." Mia meneguk ludah. Ucapan gamblangnya terlalu bodoh, tak dipikir dan bisa berakibat fatal dengan keselamatannya di ranjang pada malam ini. Tapi mau bagaimana lagi? Otaknya seperti buntu, dan dia hanya ingin merasai suaminya.

"Leher? Ini?" Jungkook mendongak, sengaja memberikan apa yang diminta. Sebagai lelaki, dia tentu suka hal ini. Apalagi yang meminta adalah Mia, wanita yang jelas-jelas selalu disayang olehnya. "Kau bisa melakukan apa pun yang kau mau, tidak perlu meminta izin." Dia berkata saat Mia hendak bicara.

"Oh, baiklah." Mia mendekat, mengendus harum tubuh Jungkook yang alami. Begitu memancing, membuat pria Jeon itu tanpa sadar meneguk ludah saat membayangkan apa yang akan terjadi. Dan di sisi lain, ada sesuatu yang terbangunkan karena godaan-godaan ini.

"Tapi ... kenapa tiba-tiba seperti ini?" Jungkook mengulang pertanyaannya beberapa menit lalu. Menghentikan Mia untuk mengecup perpotongan leher yang putih.

"Aku cemburu." Mia menjawab, "kau terlalu dekat dengan Jimin. Sampai membuat video dengan backsound yang terlalu manis seperti itu." Disandarkannya kepala ke bahu Jungkook; kebiasaan jika sedang ingin bermanja.

"Bukannya kau lebih suka aku dekat dengan Jimin Hyung? Daripada dengan V Hyung? Kau JiKook shipper, 'kan?" Jungkook melirik, sembari mengusap rambut lurus istrinya dari belakang.

"Aku cuma suka melihat kedekatan kalian sebagai adik kakak, bukannya sampai liburan dan membuat video yang manis seperti itu. Aku merasa tersisihkan, tahu. Lagipula aku Jungkook-Mia shipper." Mia merajuk, mengeluarkan unek-unek hatinya.

"Heum ... lalu? Kau mau aku melakukan apa sekarang?"

"Maunya memarahimu, tapi hatiku malah meminta supaya aku memanjakanmu."

"Berarti hatimu tahu pasti apa yang harus dilakukan." Jungkook terkekeh senang. Berulang kali dia mengecup kening dan rambut Mia. "Mi, boleh kutanya satu hal, tidak?" ucapnya setelah merasa puas memberi kecupan-kecupaan kecil.

"Tapi jangan soal VKook atau JiKook." Mia melingkarkan tangan ke leher Jungkook—sedang posisinya masih menyadarkan kepala ke bahu si pria.

"Bukan, kok,"—Jungkook tersenyum—"ini tentangmu," lanjutnya sambil menyelipkan helaian rambut Mia ke belakang telinga.

"He-em. Apa?"

"Kenapa kau secantik dan semanis ini, huh? Aku jadi tidak mau tidur, nih. Gara-gara tingkahmu, kantuknya jadi kabur."

"Jadi, aku salah?" Mia mendongak, membalas tatapan Jungkook yang memiliki banyak arti.

"He-em. Kau salah. Jadi, tanggung jawab sekarang. Kau harus menidurkanku, oke?"

"Hah? Yak! Jeon Jungkook!"

Pria yang dipanggil namanya tertawa senang saat wanita digendongannya memprotes. Mia yang kaget karena tiba-tiba diangkat segera melingkarkan tangan ke leher Jungkook—dan itu menambah senyum sumringah di wajah yang mesum.

"Membuatmu cemburu ternyata memberi banyak keuntungan buatku, ya?"


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak ya :*

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang