Bias matahari yang hangat terasa menyelimuti tangan yang meremang karena dingin. Sang pemilik mengerjapkan mata. Menghela napas, kemudian bangkit sambil merenggangkan tangan. Mata sipitnya bergerak, menyapu sekeliling yang mulai diterangi oleh cahaya sang mentari. Menguap, lantas berdiri dengan niat membasuh muka dengan air yang tersimpan di ransel.
Sepuluh menit kemudian, harum susu cokelat mulai mengusik tidur nyaman seorang pemuda yang asyik bermain di alam mimpi. Hidung kelincinya mengendus, hampir berbarengan dengan mata bulatnya yang terbuka demi menyambut sang pagi.
"Sudah bangun?"
Pria itu mengerjap. Gadis yang semula tidur di sebelahnya, sekarang sudah berdiri dengan segelas susu cokelat di tangan. Senyum yang manis tak lupa tersampir di bibir yang selalu diberinya ciuman—baik panas atau biasa. Memancing agar dirinya segera bangkit dari posisi berbaring dan memulai aktivitas.
"Cepatlah cuci muka, rapikan juga rambutmu. Kau seperti habis berperang, tahu!" cibir si gadis sipit sambil menyeruput susu cokelatnya yang mengepulkan asap. Dan sebelum mendapat jawaban, ia sudah berlalu dengan sebelah tangan terlipat di dada. Berharap hawa dingin yang seolah ingin membekukannya sedikit berkurang.
Jungkook—pria itu—berdecak malas-malasan, tapi tetap menuruti perintah kekasihnya. Ia bangun, mengambil air dan membasuh wajah tampannya yang terasa gatal di beberapa bagian karena gigitan nyamuk. Mendesah, ia pun teringat bagaimana sibuknya tadi malam mengusir nyamuk-nyamuk sialan yang terus berdenging di sekitar telinga. Untung saja, gadisnya peka dan memberikan lotion anti nyamuk dan topi yang cukup membantu untuk menutupi hampir sebagian besar wajahnya—walau masih ada beberapa nyamuk sialan yang berhasil mencicipi darahnya yang manis.
Tanpa sadar, pria Jeon ini tersenyum-senyum saat mengingat bagaimana perhatiannya sang kekasih. Namun, senyumnya luntur ketika tak sengaja memandang gadisnya yang menatap aneh. Segera, ia kembali fokus membasuh wajah dan langsung mengambil pasta gigi. Mencoba menghilangkan rasa malu karena ketahuan tersenyum seperti orang gila.
"Mau?"
Mia—bagaimana dia akrab dipanggil—mendekat pada Jungkook yang tengah mengeringkan wajah. Gadis bernama lengkap Min Areum itu menyodorkan gelas yang ia pegang. Jungkook melirik, menatap susu cokelat yang tersisa setengah.
"Minumlah duluan," ucap Jungkook sambil memasang jaket, mencoba mengurangi dingin.
Tampak kening gadis Min itu berkerut tipis. "Kau tak mau?" sentaknya sambil menatap tajam, membuat Jungkook menghentikan gerakannya yang memasang ritsleting jaket.
"Bukannya aku tak mau. Tapi aku—"
"Aku apa?"
"Hei ...."
Jungkook jelas panik melihat tingkah gadisnya yang tiba-tiba aneh. Kenapa dia jadi sangat sensitif? PMS? Tidak mungkin! Ini bukan tanggal di mana gadis bermarga Min itu biasa mendapat tamu bulanan.
"Jadi, mau atau tidak?" desak Mia kemudian, tak sabar dengan sikap diam yang Jungkook tunjukkan.
Mau tak mau, Jungkook pun mengangguk walau pelan. "Aku mau," ucapnya di mulut. Sedangkan di hati, ia berdoa habis-habisan agar tidak terjadi apa-apa setelah meminum susu cokelat yang Mia berikan. Karena ... ya siapa tahu, minuman itu sudah dicampuri sesuatu. Telur kadal, semut rang-rang, kotoran cicak, atau bahkah racun ular dimasukkan ke sana. Bisa jadi, 'kan? Toh, kekasihnya ini memang sudah menyerempet jadi psikopat.
Mia mengangkat alis, kembali menyodorkan gelas yang ia pegang. Ragu, Jungkook menerima. Tapi, kemudian meminum setelah menguatkan tekad. Lucu memang, tapi inilah kenyataan. Jauh dari siapapun, ia harus berhati-hati dengan Mia. Mengingat seberapa sering gadis itu mengucapkan kata ingin membunuhnya. Sadis memang.
Manisnya susu cokelat mengaliri tenggorokan, menghangatkan tubuh yang sempat menggigil kedinginan. Jungkook melirik, menatap Mia yang memandang dengan polos. Hingga seluruhnya habis tertelan, pria ini baru menurunkan gelas yang menempel di bibir. Tak terjadi apa-apa. Baguslah!
"Manis, tidak?" Mia bertanya, memutus konsentrasi Jungkook yang tengah menjilat bibir.
"Tentu saja manis, kenapa?" Pria Jeon itu balik bertanya sambil mengerjap bak kelinci lucu yang minta dibuai dalam elusan sayang.
"Hanya ingin melakukan suatu hal," ucap Mia sambil tersenyum lebar penuh arti.
"Melakukan ap—"
Ucapan itu terputus. Mia melangkah, meninggikan tubuh dan mengecup bibir pria yang ia sayang. Rasa manis cokelat yang tersisa, bercampur menjadi satu. Mia melingkarkan tangan ke leher Jungkook saat pria itu mulai mengambil alih permainan yang ia mulai. Hangat mentari yang mulai menyapu kulit, sama sekali tak dipedulikan oleh dua insan yang dimabuk ciuman hangat nan membuai.
Mia hampir kehabisan napas andai Jungkook tak segera menghentikan kegiatan mereka. Jelas Mia terengah, namun Jungkook justru tertawa dan mendaratkan kecupan di puncak hidung sang kekasih. Sebelah tangannya yang melingkar di pinggang ramping Mia, sekarang berganti untuk mengusap rambut lurus si gadis. Mata bulatnya menatap penuh makna, sedangkan bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyum yang terlihat indah.
"Ini apa, huh?" Ia bertanya dengan pandangan lekat ke wajah cantik yang mengisi ruang hati terspesialnya. Tak habis pujian ia lontarkan, begitu pula dengan ungkapan syukur karena bisa memiliki gadis yang ia cintai sejak pertama kali bertemu.
"Menurutmu apa?" Mia balik bertanya, sedikit memiringkan kepala dan menatap ke Jungkook yang mulai tertawa.
"Romantic morning?" tebak pria Jeon itu sambil mengulum senyum.
"Maybe yes, maybe no." Mia mengangkat bahu, kemudian ikut tertawa saat Jungkook kembali memamerkan gigi kelinci yang menambah aksen menggemaskan di wajahnya yang tampan.
"Hei, nakal!" Jungkook memanggil, membuat Mia yang baru saja menyurukkan wajah ke lehernya kembali mendongak dengan tatapan bertanya.
"Ayo lanjutkan, kekasihmu ini belum puas merasai lidah rasa cokelatmu."
-FIN-
**Anggap aja ini kejadiannya sebelum JK pergi konser dan gak balik-balik lagi -_- Ingat, jangan lupa tinggalkan jejak :'v Ada kritik dan saran, jangan dipendam :) Thank you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...