Ini sudah hampir jam delapan saat Jungkook memastikan tenda yang dibangunnya berdiri kokoh. Sekitar satu meter di depan, Mia sibuk menghangatkan diri di api unggun yang dibuatnya sendiri. Suara debur ombak memecah hening, berpadu padan dengan alam yang tampak mengagumkan dalam pekatnya malam.
"Kemarilah." Jungkook melambaikan tangan dari dalam tenda. Pria kelinci itu sudah menunggu dengan senyum yang teramat manis saat Mia menyusulnya masuk.
"Wuah ...." Mia bergumam takjub saat melihat penataan yang dilakukan Jungkook, sangat rapi.
"Kau senang?" Sambil menatap sayang, Jungkook mengusap rambut lurus kekasihnya yang tampak kegirangan.
Mia mengangguk antusias, mirip seperti anak kecil yang akan diberi permen paling manis. Tak heran, ini memang pertama kalinya mereka berkemah bersama. Alasan itu juga yang membuat Mia tak kehilangan senyum sejak tadi sore, saat pertama Jungkook mengusulkan perjalanan mereka—yang mana langsung disetujui olehnya. Tubuh yang lelah dikarenakan jadwal terisi sejak pagi diabaikan, semuanya seolah menghilang dalam sekejap karena ajakan dari si pria Jeon.
"Thank you so much, Bunny." Gadis bermata sipit itu tersenyum, juga menatap penuh terima kasih pada tunangannya tersayang.
Anggukan jadi jawaban. Jungkook menarik napas dan berkata, "Aku lapar." Dengan mimik memelas tentunya.
Mia mengerjap. "Lapar? Ah, tunggu sebentar!"
Bergegas, gadis Min itu membuka tas miliknya, kemudian mengambil dua makanan kaleng yang memang dibawa dari rumah. Satu diberikan pada Jungkook, sedang yang lain untuknya sendiri. Tak menunggu lama, kaleng sudah dibuka.
"Sebenarnya lebih enak jika kita memakan hasil buruan." Jungkook bersuara, di sela ia sibuk mengunyah makanan seperti seorang kelinci. "Haruskah aku menangkap ikan untuk kita bakar?" tanyanya kemudian sambil memandangi Mia.
"Aku akan mengutukmu jika berani melakukan itu."
Pendek saja jawaban Mia, dengan intonasi datar pula. Tapi, sudah cukup membuat Jungkook tersenyum-senyum bahagia. Bagaimana pun juga, di balik kalimat pedas yang diucapkan, tersirat makna yang menyatakan gadis itu mengkhawatirkannya. Ah ... cukup manis untuk malam yang mulai terasa dingin.
"Bagaimana kuliahmu?" Jungkook kembali bertanya, tepat setelah ia menghabiskan makanannya.
"Baik saja. Kau sendiri, bagaimana persiapan konser nanti?"
"Baik-baik saja."
"Gadis Indonesia banyak yang cantik dan manis."
Pria kelinci itu menoleh, memandang Mia yang bahkan tak peduli padanya. Gadis itu lebih sibuk menyuap makanan ke mulut, membuat Jungkook menarik napas dan langsung mengusap rambut yang sudah tak terhitung berapa kali ia ciumi.
"Tenang saja. Secantik apapun mereka, hatiku sudah terpenuhi oleh satu gadis yang paling nakal, paling manja, paling menyebalkan dan juga paling cengeng. Jadi, tidak perlu cemburu." Jungkook berkata dengan takzim, seolah tengah memberi petuah pada anaknya sendiri. Padahal, kalimat yang diucapkannya jauh dari kata 'baik'.
Mia melirik, menatap sinis pada pria yang tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Satu pukulan mendarat tiba-tiba di paha Jungkook, membuat kelinci bulat itu meringis kesakitan. Sudah lama ia tak jadi bahan pukulan dan tinju dari Mia, rasanya cukup menyakitkan.
"Katakan lagi, dan aku akan memastikan malam ini kau tidur di luar tenda!" ancam Mia sambil menyendok makanan terakhir. "Buka mulut," perintahnya kemudian.
Tak perlu disuruh dua kali, Jungkook sudah membuka mulut, membiarkan gadis itu menyuapinya. Namun, saat hendak menelan, sebuah kecupan tak terduga mendarat di bibir. Membuat Jungkook langsung mengerjapkan matanya yang bulat.
"Kau menggemaskan saat makan, aku suka."
Ah ... katakan apa yang harus dilakukan Jungkook agar dia tak segera meleleh dan memeluk gadis itu erat-erat. Mia memang jauh dari kata-kata yang bersifat romantis, tapi kejujuran dan tindakan yang terduganya memberi nilai tersendiri di hati Jungkook.
"Aku juga suka saat kau menumpukan dagu di bahuku seperti saat di mobil tadi."
"Seperti ini?"
Jungkook diam, memandang wajah manis yang senantiasa menghiasi kehidupannya selama dua tahun terakhir. Gadis itu tersenyum lembut, balas memandang dari posisinya yang menumpukan dagu di bahu lebar sang pria tersayang. Ia menggerakkan bibir, mengucap sebuah kalimat.
"Ti amo (aku mencintaimu)."
Tepat setelah kalimat selesai diucapkan, Jungkook langsung mengangkat wajah gadisnya dan mengecup bibir yang tak pernah bosan ia rasakan. Dua material lembut menyatu, menciptakan gairah baru yang cukup manis untuk malam yang sepi. Debur ombak terdengar nyaring saat menyentuh bibir pantai, menemani dua insan yang mulai dimabukkan oleh sentuhan mereka sendiri.
Entah bagaimana caranya, yang jelas Jungkook memindahkan Mia ke pangkuannya. Ciuman mereka memanas, apalagi saat gadis bermarga Min itu melingkarkan tangannya ke leher si pria Jeon. Suara kecupan yang dengan segera menghilang tertelan senyapnya malam, terus terdengar dari aktifitas dua orang di dalam tenda.
Saat merasa cukup puas, Jungkook pun menghentikan sentuhan. Sebagai gantinya, ia mengusap pipi sang gadis yang bersemu merah. Sungguh, Jungkook bisa merasakan detak jantungnya yang berdegub begitu kencang. Gelora perasaannya sulit diartikan. Tapi yang pasti, ia takut kehilangan gadis yang sangat disayanginya ini.
"Jungkook-ah." Mia menatap ke dalam manik legam yang terlihat begitu menawan dari pria yang ia panggil.
Yang dipanggil tidak bersuara, hanya balas menatap dan bertanya dari sorot matanya yang begitu indah saat beradu pandang dengan iris cokelat yang Mia punya. Gadis itu hendak membuka mulut, tapi seluruh perkataannya seolah tertahan di tenggorokan. Sosok di hadapannya begitu mengagumkan, terlihat sangat sempurna dengan segala kelebihan yang diberikan oleh Sang Pencipta.
"Jung ...."
Mia menelan ludah, berbagai kalimat berkelebat di benaknya yang terasa penuh. Tapi, tak satu pun ada yang mampu diucapkan. Ia bingung memilih kata dan kalimat apa yang paling tepat. Karena bagaimana pun juga, ia tak ingin menghancurkan suasana yang terlanjur begitu menyenangkan.
Jungkook, ia masih diam. Menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang kekasih yang telah resmi jadi tunangannya. Di luar, bintang terlihat begitu cantik saat menemani sang bulan. Debur ombak masih terdengar nyaring, begitu pula dengan angin yang mencoba menyentuh mereka dengan rasa dingin.
"Jung ...." Untuk yang kesekian kalinya Mia memanggil, di sambut dengan gumaman dari Jungkook.
"Touch me like you do, Bunny."
-FIN-
**FIN!! Yeyeye :D Silahkan lanjutkan apa yang kira-kira terjadi di kolom komentar :D Ti amo! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
Storie d'amoreCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...