How Now?

5.8K 472 27
                                    

Sebuah dering panjang dari ponsel ber-case biru—sesuai warna kesukaan si pemilik—membuat seorang gadis harus merelakan tidur nyamannya terputus dengan begitu menyebalkan. Mengeluh, ia pun membaca nama siapa yang tertera di layar ponsel. Tapi, hanya terikan napas yang terdengar kemudian. Dengan mata yang menyipit karena kantuk, gadis ini mengangkat panggilan video dari pria yang menghubungi.

"Hai, Baby. Kau terlihat mengantuk."

Untuk yang kedua kalinya, Mia—gadis itu—mengeluh tertahan. Ia berbalik, menaruh ponsel ke headboard agar lebih leluasa menatap wajah tampan sang kekasih yang dirindukan untuk disentuh. Jungkook diam—sesekali mengerjap, menunggu jawaban.

"Areum?"

"Aku cuci muka dulu, bolehkah?" Mia menjawab saat Jungkook memanggil nama aslinya. Tapi, melihat senyum manis yang tersampir di bibir pria tersebut, sepertinya ia tak memerlukan jawaban. Karena itulah, gadis berparas manis ini langsung turun dari ranjang dan menuju kamar mandi demi mencari sebuah kesegaran.

Lima menit dihabiskan oleh Jungkook dengan bersenandung kecil tanpa lagu yang jelas. Sesekali sibuk mengecek ponselnya yang lain, kadang pula menoleh ke belakang, kiri dan kanan tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Hingga gadis yang ia tunggu keluar dari kamar mandi, pria Jeon ini pun mengembuskan napas lega.

"Sudah lebih baik?" Pertanyaan itu segera terlontar saat Mia baru saja naik ke tempat tidur—yang mana juga langsung dijawab dengan anggukan oleh si gadis.

Jungkook meneguk ludah, merasa serba salah. Ia tahu kepribadian Mia, dan gadis itu paling tak suka jika waktu tidurnya terganggu seperti sekarang. Yoon Gi dan Mia adalah dua orang yang mirip, dan ia juga tahu bagaimana tak menyenangkannya saat mood dua orang itu turun hingga titik terbawah. Jangan harap bisa selamat dari wajah dan jawaban yang ketus.

"Bagaimana keadaan di sana?" Jungkook mencomot pembicaraan secara asal, tak menyukai jika suasana menyebalkan terus berlanjut.

"Everything okay, tak ada bom ataupun hal membahayakan." Mia mengangkat bahu, membuat Jungkook tersenyum masam. Lihat, 'kan? Gadisnya mulai kesal. Lalu, apa yang harus dilakukannya sekarang?

"Bagaimana tesmu tadi? Berhasil?" Lagi, Jungkook mencoba membuka pembicaraan baru. Tapi, lagi-lagi yang didapatnya adalah anggukan serta jawaban pendek, 'tentu saja'.

Jungkook menarik napas panjang. "Kau kesal, 'kan? Maaf ... aku mengganggu tidurmu. Seharusnya aku mengirim pesan lebih dahulu." Sungguh-sungguh Jungkook berbicara, sekaligus membujuk dan berharap agar kekasihnya tak terlalu badmood.

"Mia?"

"Aku tidak marah, Jung." Mia menopang dagu, menatap pada wajah cemas kekasihnya di layar ponsel. Ia tersenyum, cukup senang melihat Jungkook menunjukkan raut seperti itu. Tapi, senyumnya memberi dampak yang besar bagi kelegaan si pria kelinci. Karena dari senyuman itu, Jungkook juga ikut tersenyum lebar seolah telah terbebaskan dari dosa paling berat.

"Aku sedang merindukanmu. Bagaimana mungkin aku bisa marah berlama-lama? Aku tak ingin tersiksa," ucap Mia kemudian saat Jungkook hanya memamerkan gigi kelincinya yang menggemaskan.

"Aku juga merindukanmu, apalagi ayah dan ibu. Mereka terus menanyakanmu." Jungkook memberitahu dengan raut serius, membuat kerut tipis terlihat di kening Mia.

"Kenapa ayah dan ibu menanyakanku?" tanya Mia dengan nada penuh keheranan.

"Karena ...."

"Karena?"

Mia makin tak sabar dengan tingkah Jungkook yang dinilainya menyebalkan, sengaja menggantung jawaban. Sedangkan pria itu tersenyum-senyum jahil, membuat Mia sempat berpikir pria itu mengerjainya. Dan untungnya, sebelum ia mengamuk dan memutuskan sambungan, Jungkook lebih dulu berkata;

"Karena mereka ingin bertemu dengan calon menantunya yang paling cantik dan menggemaskan."

Sadar atau tidak, pipi gadis Min itu mulai tertutupi oleh rona merah yang membuat Jungkook makin ingin menggodanya.

"Ayah dan ibu terus bertanya, kenapa kau tak pernah ke rumah lagi sejak aku pergi. Ayah rindu melihat raut bingungmu saat diajak bermain catur, sedangkan ibu rindu bercerita banyak hal padamu yang selalu setia mendengarkan. Aigoo ... aku tidak menyangka, kekasihku sudah sedekat itu dengan calon mertuanya."

"Diamlah!" Mia menegur saat merasa detak jantungnya mulai tak beraturan—setengah karena tak menyangka orang tua Jungkook akan seperti itu.

"Jika aku tidak mau diam?"

"Aku akan matikan ini, selesai."

"Hei ...."

"Aku bercanda. Kau sudah makan?" Mia melirik jam, lalu kembali memandang ke Jungkook yang mengerjap-ngerjap dengan begitu lucu.

"Jika belum, apa kau ingin menyuapiku?" Jungkook bertanya, Mia bergumam.

"Dalam mimpi, mungkin." Gadis Min itu manggut-manggut, membuat kekasihnya tersenyum masam.

"Tadi malam aku bermimpi kau memohon padaku." Jungkook membuka pembicaraan baru. "Memohon dengan begitu manja agar aku menyentuhmu lebih ja—"

"FUCK YOU, JEON JUNGKOOK!"

Wajah pria tampan itu memucat saat sambungan dimatikan secara sepihak. Sadar dirinya telah salah bicara pada gadis yang sudah bersusah payah menahan seluruh kekesalan sejak awal demi memuaskan rasa rindu mereka. Tapi lihat, dia sendiri yang menghancurkan moment menyenangkan yang baru terbangun.

Ah ... sekarang dia harus bagaimana? Dihubungi ulang? Pasti tak akan dijawab. Mengirimkan chat dengan kalimat romantis? Mia bukan tipikal gadis yang mudah luluh dengan kalimat picisan. Jadi, apa yang harus ia lakukan? Masa iya pulang ke Korea demi memeluk gadis itu dan berbisik agar dia tak lagi marah? Rasanya itu terlalu berlebihan.

Someone, can you give a good idea to Jungkook?


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak yaa :) Thank you <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang