Langkah lelah gadis bermarga Min itu terlihat jelas. Setengah hari berkutat dengan dua mata kuliah, sudah cukup membuat otaknya terasa panas. Tentengan plastik di tangannya terasa berat, padahal hanya berisikan makanan untuk perayaan sederhana ulang tahun kakak lelakinya. Entahlah, mungkin ini akibat mood-nya yang buruk.
Cklek!
"Aku pul—"
Untuk beberapa detik, Mia terdiam kaku di hadapan dua keluarga yang tengah berkumpul—plus dengan Jungkook yang memandang polos. Tapi, secepatnya gadis ini mengusai keadaan dengan senyum yang khas, berlanjut dengan tubuh yang dibungkukkan untuk menghormati para orang tua.
"Yang ditunggu sudah datang. Ah! Mia, kemarilah." Ibu Jungkook menepuk sofa, menyuruh Mia untuk segera duduk di sampingnya.
Penuh kecanggungan gadis berusia tujuh belas tahun itu melangkah, mendekat ke arah yang ditunjukkan. Otaknya berputar, bingung dengan semua yang terjadi. Apalagi saat telah duduk di hadapan Jungkook yang memakai jas, ia makin tak mengerti. Ada apakah gerangan? Jungkook tidak mengatakan apa-apa saat mereka chat, lalu??
"Jungkook datang melamarmu."
"WHAT?!"
Hampir Mia tersedak ludahnya sendiri saat mendengar sang ayah bicara dengan begitu enteng. Pandangannya berganti pada Jungkook yang menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Hei, dia bagaikan kelinci yang ketahuan mencuri, tahu! Bagaimana mungkin dia malu saat melamar, sedangkan saat berbuat mesum tak pernah merasa malu. Aneh!
"A-apa? Melamar?" Mia mengerjapkan mata berulang-ulang, hampir tak percaya dengan degub jantungnya yang tak karuan.
"Katanya, dia sudah melamarmu sejak dulu, tapi kau tak pernah peduli. Jadi, dia membawa kami ke sini." Ayah Jungkook menjawab, sembari tersenyum dan menepuk-nepuk punggung anaknya. "Aigoo ... aku tidak menyangka bahwa hubungan kalian akan seserius ini," lanjutnya sambil tertawa, membuat Jungkook benar-benar tertunduk penuh rasa malu.
"Dia bahkan merajuk saat kami tak menggubris permintaannya untuk melamarmu. Seharian dia mengurung diri di kamar, kau tahu?" Ibu Jungkook tak mau kalah, ikut menceritakan hal yang tidak ia sadari membuat anaknya hendak menenggelamkan diri ke sungai Han.
Mia jangan ditanya, roman merah sudah memenuhi wajahnya. Sesekali ia melirik pada Jungkook yang juga melirik ke arahnya secara diam-diam, menatap penuh ancaman karena tak memberitahu dirinya.
"Sebelum kau datang, kami sudah membicarakan banyak hal. Ayah, Ibu, dan Oppa-mu setuju dengan lamaran ini. Tinggal keputusanmu yang belum kami tahu." Ibu Mia bersuara, membuat gadis Min itu mengembuskan napas berat.
"Mia?"
"Asal dia bisa berjanji serius denganku hingga ke pernikahan, aku akan terima." Mia berkata setelah ayahnya memanggil.
Jungkook mengembangkan senyum hangat, sehangat mentari musim semi. "Aku janji, aku akan serius dengan hubungan ini. Aku tidak akan mengingkarinya hingga pernikahan kita nanti," ucapnya mantap.
Mia diam. Menikah? Bahkan, ia tak pernah memimpikan hal ini.
"Aku tahu kau tak suka hal yang terlalu dipamerkan, jadi aku memilih cara ini." Jungkook kembali bersuara, sedangkan tangannya menaruh sebuah kotak putih yang berisikan dua cincin dengan ukiran yang manis. "Aku sengaja hanya mengundang ayah dan ibu, aku juga memilih sendiri cincinnya. Kau suka?" lanjutnya sambil memandang wajah bersemu sang kekasih.
"Mia?" panggil Jungkook lembut saat tak mendengar jawaban apapun dari gadis yang ia sayang.
Perlahan, kekasih Jeon Jungkook itu mengangguk. Orang tua mereka saling pandang, kemudian tersenyum. Jungkook, ia langsung mengembuskan napas lega.
"Kemarikan tanganmu," pinta pria Jeon ini sambil mengulurkan tangan.
Lambat, Mia menyerahkan tangan kirinya pada Jungkook. Pria itu menyambut, hati-hati ia melepas cincin yang awalnya tersemat di jari manis Mia, kemudian menggantinya dengan cincin pertunangan mereka. Sekarang, jari manis itu sudah terhias oleh cincin putih yang cantik.
"Gantian," ucap Jungkook sambil mengulurkan tangan. Ia tersenyum, tak bosan memandang wajah bersemu gadisnya yang tampak menarik. Bahkan, pandangan itu tak lepas sedikitpun meski Mia tengah memasangkan cincin ke jari manisnya.
"Sudah."
Pria Jeon itu tersadar, segera memandang jari manisnya yang terhiasi oleh sebuah cincin—yang mana hanya melihat saja sudah membuatnya bahagia. Senyum kelincinya terlihat riang, begitu ringan dan menggemaskan.
"Dengan begini, kalian sudah resmi bertunangan. Appa harap, kalian tidak lagi bermain-main dan mulailah membicarakan tentang hal yang akan kalian lakukan ke depannya. Mengerti?" Ayah Jungkook mengingatkan, disambut oleh anggukan dua sejoli di hadapannya.
"Jaga Mia dengan baik, Jung." Ibu Mia berpesan—dan lagi-lagi Jungkook mengangguk mantap.
"Appa, Eomma, bolehkah aku bicara berdua dengan Mia?" tanya pria berusia dua puluh tahun ini dengan cepat.
"Silahkan. Kami juga ada yang harus dibicarakan dahulu." Ayah Mia menjawab, membuat Jungkook kembali memamerkan senyum kelincinya yang lebar.
Jungkook berdiri, bergegas berjalan menuju ruang tengah. Mia mengikuti, walau dengan hati yang menggerutu sebal. Apalagi saat ia tahu Jungkook tak menuju ruang tengah, melainkan kamarnya. Uh ... hampir ia melempar sepatu andai tak ingat orang tua mereka tengah berkumpul.
"Yak, Jung! Kau gila, huh?! Bagaimana mungkin kau—"
Ucapan itu terputus lebih dahulu oleh ciuman tiba-tiba yang diberikan si pria Jeon. Mia terdesak mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan dinding. Namun, Jungkook tetap menikmati sentuhannya pada bibir sang gadis yang selama ini memang jadi kesukaannya.
"Jung—"
"I love you, Min Areum. Terima kasih karena sudah bersedia jadi calon istriku secara sah," bisik Jungkook sambil memeluk Mia sehangat mungkin untuk menyampaikan perasaan gembiranya yang mendesak ingin disalurkan.
Demi mendengar ucapan terima kasih dari Jungkook, Mia merasa perasaannya luluh dalam sekejab. Bagaimana pun juga, ia menyayangi pria ini, dan ia juga bahagia bisa menjadi salah satu calon orang terdekat bagi Jungkook.
"I love you too, Mr. Jeon." Mia balas berbisik, sekaligus memeluk tubuh bidang yang selama ini memberinya kehangatan.
Tak ada jawaban, kecuali ciuman sayang di rambut dan kening yang diberikan oleh Jungkook. Mia tersenyum, semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jungkook. Menghirup aroma lembut yang membuai dari tubuh pria ini dan merasa tenang kemudian.
-
April 19, 2017.
Langit kota Seoul terlihat cerah, berteman dengan bintang yang berkerlip secara bergantian, sekaligus menemani lampu-lampu kota yang gemerlap. Namun, di balik itu semua, ada satu hal yang kutahu. Mulai malam ini, aku akan menjalani lembaran baru. Bukan lagi sebagai kekasih Jeon Jungkook, melainkan tunangannya. Tunangan dari Jeon Jungkook.
-Mia-
-
-FIN-
**Jangan tanya kenapa pertunangannya gini, authornya ini belum pernah tunangan sama dilamar soalnya :'v Tolong maklumi :') Dannn ... jangan lupa tinggalkan jejak ya ^_^ Ada kritik dan saran, jangan dipendam ;) Thank you <3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...