I'll Be There, For You

7.7K 552 18
                                    

By : Mia


Jangan lupa tinggalkan jejak kalau udah selesai baca :) Ada kritik dan saran, jangan dipendam :) Happy reading <3 


-oOo-


-Author POV-



Gadis bermarga Min itu terdiam mendengar celoteh panjang dari kekasihnya di ujung telepon. Sesekali ia mengangguk, sesekali pula menjawab ala kadarnya. Sedangkan kaki jenjangnya terus melangkah, menelusuri jalanan yang cukup ramai di malam Minggu seperti ini.

"Apakah masih lama?" Pria di telepon bertanya, tepat setelah ia menghentikan langkah di depan sebuah rumah yang cukup mewah.

"Bukalah pintunya." Si gadis menjawab singkat, lalu memutuskan sambungan.

Suara langkah orang berlari terdengar dari dalam. Andai mood-nya sedang baik, mungkin gadis ini sudah tertawa. Tapi, sayang saja mood-nya sedang berada di titik terbawah.

Cklek!

"Kau mengagetkanku, tahu! Kukira kau masih jauh!" Pria berkaos putih itu memprotes saat pintu baru terbuka, tarikan napasnya tampak tak teratur.

"Hmm ... maaf."

Senyum manis namun dipaksa terlihat jelas di bibir si gadis, membuat pria bernama Jeon Jungkook itu menggelengkan kepala. Namun, tanpa diperintah, ia lebih dulu merangkul bahu gadisnya untuk membawa masuk ke dalam.

"Mana kejutannya?" Mia bertanya, sedikit heran melihat tak ada yang berbeda di rumah Jungkook. Padahal jelas-jelas pria itu mengatakan tengah mempersiapkan sebuah kejutan untuknya.

"Sebelum itu, duduklah sebentar di sini."

Walau tak mengerti, Mia tetap menuruti perintah dari Jungkook. Gadis manis ini duduk di kursi makan, sedangkan Jungkook sendiri sibuk menyalakan banyak lilin yang ditaruhnya diberbagai tempat. Setelah memastikan semua lilin menyala, ia pun tersenyum puas.

"Jung, jangan bilang kau akan mematikan lampu dan—"

"Memang itu yang akan kulakukan, Sayang."

Decih kesal terdengar dari Mia, ia tak berminat dengan kegiatan romantis seperti ini. Tapi, Jungkook tak peduli akan hal itu. Karena pria kelinci ini langsung mematikan sakelar lampu dan membuat seisi ruangan menjadi gelap, menyisakan seluruh cahaya dari lilin yang menyala.

"I hope you like it, baby."

Ruangan itu tampak cantik dengan pencahayaan yang remang-remang, membuat Mia sejenak berdecak kagum dibuatnya. Jungkook mendekat, langsung memeluk gadisnya dari belakang. Mia terdiam, tak mengerti dengan maksud tujuan kekasihnya melakukan ini. Seingatnya,hari ini bukan hari yang istimewa untuk mereka.

"Jung, ini apa maksudnya?" Akhirnya, pertanyaan ini pun terlontar dari Mia.

"Memangnya untuk membahagiakan orang yang dicintai perlu alasan?" Jungkook balik bertanya, lalu mengecup sayang rambut kekasihnya.

"Memang tidak, tapi—"

Pelukan itu dilepas. Tapi sebagai gantinya, Jungkook berpindah duduk ke samping Mia. Dengan hati-hati ia mengusap rambut dan pipi gadis yang ditemuinya dua tahun lalu ini. Tatapannya teduh, juga penuh kasih sayang.

"Jung ...."

"Jika hal ini tidak juga bisa membuatmu tersenyum, apa lagi yang bisa membuatmu tersenyum, Mia?" Jungkook bertanya, namun mampu membuat Mia kehilangan kata-kata.

"Aku tahu mood-mu sedang buruk untuk hari ini, aku juga tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi, aku tak akan memaksamu untuk menceritakannya. Jadi, aku merencanakan ini semua. Yah ... kuharap bisa membuat sebuah senyum manis muncul di bibir bidadariku. Tapi, ternyata tidak." Terakhir, pria bermarga Jeon ini tersenyum miris sambil mengangkat bahu.

Mia masih bergeming pada tempatnya, sedangkan matanya tertuju penuh pada wajah manis di hadapannya. Hatinya berdesir, namun juga sesak. Memancing rasa panas di matanya yang mulai memerah dan siap menjatuhkan beberapa kristal bening yang tak diundang.

"Ah ... kau mau es krim? Aku menyiapkannya khusus untukmu." Jungkook mengalihkan pembicaraan, namun justru membuat setetes air mata jatuh tanpa permisi dari kelopak sipit yang dimiliki Mia.

"Jika diam mampu meredam semua rasa marah, maka aku akan melakukannya. Walau lebih dahulu aku harus merasa sesak luar biasa. Tapi, kenapa kau malah menghancurkannya? Seharusnya kau biarkan saja aku dan tak perlu melakukan semua ini, Jung." Mia menangis, tapi juga menatap kesal pada Jungkook.

Alih-alih menjawab, justru sebuah senyum manis yang hadir di sela bibir Jungkook. Dengan lembut ia mengusap rambut Mia, membuat gadis ini makin terisak seperti anak kecil.

"Bagaimana mungkin aku bisa mengabaikanmu saat aku tahu kau membutuhkanku, huh?" Pria ini bertanya, "aku juga ingin jadi kekasih yang baik dan perhatian bagimu, Mia. Bukan hanya kau saja yang harus jadi kekasih yang sempurna bagiku, tapi aku pun juga begitu. Aku selalu ingin jadi orang pertama yang dapat sambutan senyum dan tawamu di pagi hari, tapi itu tidak mungkin. Jadi setidaknya, biarkan aku jadi orang yang menopangmu saat rapuh dan melihat tawamu untuk pertama kalinya setelah mendung itu pergi. Kau tak keberatan, 'kan?" sambungnya kemudian sambil mengusap pelan pipi yang basah dengan air mata itu.

Mia tak menjawab, tapi Jungkook langsung menariknya ke dalam pelukan hangat. Dengan sayang ia mengusap rambut lurus gadis ini, sesekali juga menciumnya penuh perasaan.

"Aku menyayangimu, sangat menyayangimu. Jadi, jangan ragu untuk menangis dan menumpahkan semuanya padaku, Areum. I'll be there, for you."


-FIN-


[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang