I'm Afraid

13.9K 904 5
                                    

By : Mia


Sedikit curhatan tentang ketakutan :'D Sesudah baca jangan lupa tinggalkan jejak ya :) Apalagi kalau ada kritik, jangan dipendam ;) Aku masih harus belajar banyak tentang penulisan :) Happy reading <3


-oOo-


-Mia POV-


Bisa berbaikan dengan Jungkook? Aku benar-benar mensyukuri hal tersebut. Bagaimanapun juga, aku tetap tak bisa mendiamkannya terlalu lama, apalagi aku tahu itu bukan salahnya. Jadi, yah... Intinya aku benar-benar bersyukur!

Kupandang wajah manisnya yang tengah tertidur pulas dengan pahaku sebagai bantalnya. Setelah datang ke rumahku dan mengobrolkan beberapa hal, dia memang tertidur karena kelelahan. Wajahnya selalu damai saat tertidur, inilah yang membuatku tak bisa mengalihkan pandangan darinya.

Rambut halusnya kuusap dengan pelan, dia hanya bergumam secara tak sadar. Usapanku turun ke wajahnya, pipi dan terakhir bibir. Bukan berarti aku mesum, tapi bibirnya memang menggoda. Entah bagaimana diriku jika tak lagi bisa merasakan hangat dirinya saat memanjakanku dengan sentuhannya.

Tanpa kuduga, ia membuka matanya dan menarik nafas. Tangannya menahan tanganku yang berada di bibirnya lalu bangun dan langsung menghadap ke arahku yang salah tingkah karenanya.

"Kenapa menyentuh bibirku?" Ia bertanya sambil mengecup jariku.

Wajahku bersemu merah, "Hanya ingin menyentuhnya saja."

"Apa kau merindukan sentuhan dari bibir ini, huh?" Tanyanya sambil tersenyum dan mengusap bibirku dengan pelan, berhasil membawa getaran tersendiri di tubuhku.

Dia memiringkan wajah, matanya pun meredup saat semakin mendekatiku. Tanpa sadar aku ikut terhipnotis dan menutup mata. Merasakan saat material lembut itu menyentuhku dengan perlahan, dan dengan sedikit gerakan berhasil membuat tubuhku seolah terkena sentruman listrik ringan. Tanganku memegangi seprai tempat tidur agar tak semakin melemas. Dia yang mengetahui hal tersebut segera menarikku ke pelukannya tanpa melepaskan sedikitpun tautan kami.

Tangannya menekan tengkukku, sedangkan bibirnya memberi isyarat agar aku memberikan akses lebih bagi dirinya. Aku memenuhinya, membiarkannya menjelajah dengan leluasa tanpa halangan sedikitpun. Tanganku memeluknya dan sedikit mencengkram baju yang dikenakannya. Nafas beratnya bisa kurasakan saat aku membalas ciumannya.

Tangannya mulai bergerak lebih jauh, menelusup masuk ke dalam kaos yang kupakai dan mengusap kulit punggungku. Benar-benar akan membuat segala pertahananku runtuh, belum lagi bibir dan lidahnya yang tak berhenti bergerak sedikitpun.

Tapi segera kupukul pelan bahunya saat kurasakan nafasku mulai menyesak. Dia mengabulkan keinginanku, melepaskan ciumannya dan menarik tangan dari kaosku. Matanya memandangku teduh, seulas senyuman manispun diberikan padaku yang masih berusaha menetralkan nafas.

"Berapa kalipun aku merasakannya, kau tak pernah berubah sedikitpun. Tetap manis dan membuatku tak bisa terlepas sedikitpun." Ucapnya sambil menyisipkan rambutku ke belakang telinga, lalu mengecup pipiku beberapa kali.

"Berhenti mengucapkan kata-kata manis. Kau hanya akan membuatku ketakutan." Gumamku sambil menjauhkan tangannya.

Dia tersenyum dan menarikku ke dalam pelukannya, "Bukannya sudah kukatakan, tak apa kau merasa takut, justru dengan seperti itu kau akan semakin takut untuk kehilanganku. Dan rasa cinta yang kau berikan akan semakin besar di setiap harinya. Tak masalah kau terus berpikir apakah besok aku masih bisa mencintaiku atau tidak, karena dengan begitu kau akan sangat menghargai setiap detik kebersamaanmu denganku." Dia mengulang ucapannya tempo hari sambil mengusap rambutku.

Aku balas memeluknya, "Tapi tetap saja aku takut, Jung. Aku benar-benar takut jika suatu saat semua bayangan burukku tentangmu terjadi. Kau meninggalkanku atau aku yang akan melupakanmu. Aku takut, Jung." Lirihku sambil menyembunyikan wajah ke dadanya.

"Karena itulah, sebelum hal itu terjadi, mari kita buat banyak kenangan agar kau bisa terus mengingatku."

Aku tak menjawab, dia mengeratkan pelukannya sambil sesekali mengecup rambutku. Setetes air mata jatuh tanpa sadar dari sudut mataku. Dia dan yang lain tak tahu seberapa besar aku mencintai dan menyayanginya hingga rasa takutku bisa seperti ini. Mungkin aku bodoh karena memikirkan hal yang tak seharusnya kupikirkan, tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah berusaha menghilangkan perasaan takut ini, tapi gagal. Aku menyayanginya, dan aku takut kehilangannya. Hanya dia yang ada di hatiku untuk saat ini, tapi aku tak tahu apa dia akan terus berada di sini atau akan segera tergantikan oleh yang lain. Aku takut, jujur aku sangat takut terhadap hal ini.

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang