Where Are You?

14.4K 1K 7
                                    

By : Mia


Sesudah baca jangan lupa tinggalin jejak :) Aku masih harus belajar banyak tentang penulisan, jadi kritik sangat diperlukan :) Happy reading <3


-oOo-


-Jungkook POV-


Dua hari menghilang tanpa kabar.

Dua hari ponselnya tak bisa dihubungi.

Dua hari sosial medianya tak aktif.

Dua hari aku datang ke rumahnya, dua hari pula kudapati pintu rumahnya tertutup.

Dan terakhir, dua hari pikiranku suntuk karenanya.

Mia!! Ash!! Sebenarnya kau sedang apa? Kenapa kau setega ini padaku? Menghilang tanpa jejak dan... Aaah!! Mia!! Jika mengikuti kata hatiku, mungkin barang-barang di rumah ini sudah hancur karena rasa marah. Sayang, aku sangat merindukanmu.

Malam minggu, aku kembali mendatangi rumahnya. Dan seperti sebelumnya, pintunya tertutup rapat. Membuatku hanya bisa menekuk wajah melihat pasangan yang berlalu-lalang di depan rumah Mia. Aku ingin menghubungi Mia, tapi lagi-lagi ponselnya tak aktif. Jadi, apa yang harus kulakukan?

Kuhembuskan nafas panjang dan bersiap untuk pergi. Daripada terus-terusan di sini, membuat kesal saja!

"Apakah kau akan pulang begitu saja, Jungkook-ah?"

Langkahku berhenti saat baru keluar dari pagar rumahnya, suara ini sangat kukenal--nada lembut namun manis. Suara ini-

"Oppa, I miss you."

Dengan segera aku membalikkan langkah, dan saat itu juga kudapat sebuah senyuman hangat khas dirinya. Aku masih terdiam kaku saat dia mendekatiku dengan kantong plastik yang berada di tangannya.

"Apakah kita akan terus berada di luar dan jadi tontonan orang-orang yang berlalu-lalang di sini?" Tanyanya sambil mencubit pelan hidungku.

Tanpa peduli ucapannya, aku langsung menariknya ke dalam pelukanku. Dia tak menolak, justru menepuk-nepuk punggungku dengan pelan. Aku memejamkan mata dan semakin mengeratkan pelukan. Dan seperti biasa, rambutnya tak lepas dari ciuman sayangku untuknya.

"Jangan khawatir, aku sudah di sini." Ucapnya menenangkan.

"Bocah nakal! Kau tak tahu, semenderita apa aku karena kau yang meninggalkanku tanpa kabar!" Omelku, tapi dalam hati sangat bersyukur.

Tawa kecil terdengar darinya, "Kau menderita karenaku? Baguslah."

Spontan kulepaskan pelukan dan memandangnya dengan tangan yang masih di bahunya, "Maksudmu? Kau mau membuatku mende-"

Ucapanku terhenti karena kecupannya di bibirku yang secara tiba-tiba. Dia tersenyum lebar lalu mengacak rambutku, "Kelinci nakal! Kau tak sadar predikat playboy internasionalmu itu membuatku menderita karena ketakutan, huh?"

Aku tak menjawab, hanya mengusap rambut yang tadi diacaknya dan memandangnya polos. Kembali tangannya mencubit pipiku, "Jangan memandang polos seperti itu, kau membuatku ingin menciummu berkali-kali." Ucapnya dengan sebuah kedipan mata, berhasil membuat pipiku memanas.

Dia mengangkat plastik yang dibawanya, "Kapan kita masuk? Kau tak mau berbagi es cream denganku, huh?"

Aku tak menjawab, hanya membiarkannya masuk dan mengikutinya untuk duduk di sofa. Baru duduk, dia langsung mengeluarkan berbagai belanjaan yang dibawanya.

"Tadi aku ke tempat Miki, karena itulah yang kubeli sangat banyak. Lagipula Appa dan Eomma sedang tak di rumah, jadi aku bebas." Ucapnya sambil tertawa kecil.

Aku menatapnya, "Mia." Panggilku, dia bergumam.

"Ke mana saja dua hari ini hingga tak ada kabar sedikitpun?"

"Ponselku tertinggal di rumah Suga Oppa, dan aku malas mengambilnya. Laptopku juga sedang diperbaiki, jadi aku tak bisa aktif di sosial media." Jawabnya sambil mengangkat bahu.

Aku mendesis, gadis ini terlalu malas atau bagaimana? Tapi kenapa alasannya agak-

"Selain itu, aku sedang ada masalah pribadi. Jadi maaf jika alasanku terdengar aneh." Sambungnya kemudian dengan pelan.

Kutahan semua omelan yang tadinya hendak kukeluarkan setelah mendengar ucapannya barusan. Jadi ini masalah sebenarnya yang membuatnya hilang tanpa kabar? Terkadang dia memang tak suka berbagi masalahnya pada orang lain--bahkan pada orang yang dipercayanya.

Kuhembuskan nafas panjang dan mengacak rambut halusnya, "Ya sudah, lain kali jangan sampai tak memberi kabar padaku." Pesanku sambil tersenyum.

Dia mengangguk lucu. Membuatku langsung mengecup pipi kirinya dan mengangkatnya tanpa terduga. Tak kuperdulikan dirinya yang menjerit kaget minta diturunkan. Appa dan Eomma-nya tak ada di rumah, jadi aku bebas mengerjainya.

Dengan hati-hati aku menurunkannya di tempat tidur, "Jung! Yak! Kenapa membawaku ke kamar? Kelinci bodoh! Kau mau melakukan apa-AAA!!" Dia menutup mata saat aku melepas kemeja yang kukenakan.

Aku terkekeh lucu. Merangkak naik ke sampingnya dan mengusap pipi halusnya, "Anak nakal harus dihukum, bukan? Jadi, kau mau mendapat hukuman dengan cara kasar atau halus?" Godaku.

"Bodoh! Pulang kau sana! AAA!! EOMMA!! JUNGKOOK NAKAL!!" Dia menjerit tanpa berani membuka mata, membuatku semakin tergelak.

"Aku nakal karenamu, jadi bertanggung jawablah."

"TIDAK! KAU MESUM!"

"Aku mesum karenamu."

"JUNGKOOK!"

"Aku di sini, Sayang. Tidak perlu berteriak." Kukecup pipinya bergantian.

"Jung-"

"Peluk aku, Mia." Kupotong ucapannya sambil merebahkan diri di sampingnya.

Dia membuka mata dan memandangku heran, "Kubilang, peluk aku." Ucapku mengulangi perkataanku tadi.

"Tapi-"

"Tenanglah, aku tak akan mengapa-apakanmu. Sebrengsek-brengseknya sikapku terhadapmu, kau tetap gadis yang harus kulindungi." Tuturku lembut sambil mengusap rambutnya.

Dia tak menjawab. Mau tak mau akupun harus menariknya ke dalam pelukanku, "Sudahlah, jangan khawatir. Kau boleh membunuhku jika aku berlaku macam-macam terhadapmu."

"Kau janji tak akan mengapa-apakanku, bukan?" Tanyanya ragu.

"Aku janji. Tapi sekarang, aku membutuhkan pelukanmu agar aku bisa tertidur nyenyak."

Kembali tak ada suara yang terdengar, tapi sebuah tangan hangat melingkar di perutku. Aku tersenyum, mengecup rambutnya dua kali dan berlanjut ke kening lalu pipinya. Terakhir, kusejajarkan wajahku ke wajahnya yang memerah, kuberikan ciuman lembut di bibirnya yang selama dua hari tak kurasakan. Dia memejamkan mata dan mulai membalas setiap gerakanku.

Mungkin aku posesif dengannya, tapi semua kulakukan karena aku menyayanginya. Tapi sebesar apa rasa sayangku terhadapnya, cukup aku yang mengetahui. Yang pasti, aku tak akan sanggup jika harus kehilangannya.

-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang