O Sole Mio

7.6K 544 43
                                    

"Member SF9 tampan-tampan, ya? Apalagi dia."

Jungkook menatap jengah ke istrinya yang menunjuk layar televisi, tepatnya ke arah pria dengan rambut hitam di acara musik. Di sana, sembilan pria tengah unjuk kemampuan dalam dance dan menyanyi. Lagu yang berjudul O Sole Mio itu memang lumayan enak didengar (menurut Jungkook), member-nya pun tidak jelek. Tapi tetap saja, pria mana yang suka istrinya memuji pria lain? Di hadapannya pula. Heol! Apa Mia sudah kehilangan akal sehat hingga tidak memikirkan perasaan Jungkook?

"O sole mio, te quiero. Neon nae taeyang garil su eopseo. Sumi teokteok makhyeowa pihal su eopseo."

"Kau kira suamimu tidak ada di sini, ya?" tukas Jungkook dengan perasaan kesal bertumpuk. Setelah memuji, sekarang Mia ikut-ikutan bernyanyi meski hanya dengan gumaman—tapi tetap saja itu menyebalkan.

Bukannya meminta maaf atau melakukan sesuatu agar kekesalan suaminya menghilang, Mia justru menatap polos tak berdosa. Mata cokelat wanita Jeon itu menyipit seiring senyum yang melengkung di bibir. "Aku tahu suamiku ada di samping, kok." Dia menjawab, enteng.

"Kalau tahu, kenapa masih memuji pria lain? Ikut bernyanyi pula." Jungkook menggerutu, melampiaskan perasaan kesal di hati. Wajah tampannya tampak lucu saat cemberut, sangat menggemaskan!

"Kenapa? Memangnya salah kalau aku memuji mereka? Atau aku salah karena ikut bernyanyi? Lagu mereka bagus, dan mereka juga tampan. Aku hanya menyebut kenyataan." Mia menjawab, seolah tak peduli raut suaminya yang menggemaskan mulai berubah jadi masam.

"Terserahmu saja." Pria Jeon itu berdecak malas. Disingkapnya selimut dan turun dari tempat tidur. Hatinya panas, tak terima dengan jawaban Mia tadi. Tapi di sisi lain, dia benar-benar tak berminat untuk memulai pertengkaran karena masalah sepele seperti ini. "Aku ke dapur dulu. Haus," ucapnya tanpa semangat.

Di tempatnya, Mia tersenyum simpul. Sejak awal dia sudah peka, tapi memilih untuk berpura tidak mengerti dengan kecemburuan si kelinci Jeon. Bahkan sekarang, alasan Jungkook sangatlah lucu. Jelas-jelas di kamar mereka ada kulkas, tempat pria itu biasa mengambil air jika sedang haus. Kenapa harus ke dapur? Terlihat sekali ada alasan tersendiri.

"Jeon." Dia memanggil sebelum si pria membuka pintu kamar yang tertutup. "Jangan lupa bawakan apel," kerlingnya menggoda—padahal dalam hati ingin tertawa melihat wajah kusut suami.

Tidak ada jawaban panjang, hanya sekedar gumaman pendek yang jadi respon. Pria kelinci itu segera menghilang di balik pintu, menuju dapur dan menuntaskan kekesalannya dengan embusan napas panjang yang kasar. Ingin mengomel, tapi niatnya selalu buyar jika mengingat kenyataan bahwa ibu-ibu hamil tidak boleh stress. Kecuali ingin berdampak pada sang anak di kandungan.

"Oke! Aku hanya harus bersabar, 'kan? Toh, biasanya dia juga bertingkah lebih menyebalkan lebih dari ini." Jungkook bergumam berkali-kali untuk menenangkan diri sendiri. Meski pada nyatanya dia hampir meledak oleh kecemburuan yang begitu membabi buta. Sialan memang.

Setelah merasa lebih baik, pria dengan marga Jeon itu mengambil sebutir apel merah dan bergegas kembali ke kamar. Terlalu lama di dapur pasti membuat Mia heran, 'kan?

"Ini apelmu." Jungkook menyerahkan apel merah yang diambilnya tadi pada Mia saat sudah di kamar. Wajahnya masih sama, masam tak berekspresi. Penampilan SF9 sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu, karena yang tampil sekarang adalah group lain.

"Jung, kau tahu maksud O Sole Mio?"

Jungkook melirik sinis saat baru saja hendak menarik selimut agar menutupi kaki. Itu judul lagu SF9 tadi. Untuk apa dia tahu artinya? Dan untuk apa pula Mia menanyakannya? Sengaja sekali menambah kecemburuan di hati.

"Tahu, tidak?" Mia bermanja setelah menaruh apel ke nakas; sengaja memeluk pinggang suami dan menumpukkan dagu ke bahu yang tegap. "O Sole Mio." Dia mengulang kata dalam bahasa Itali tersebut.

"Tidak." Singkat Jungkook menjawab—setengah karena terbawa kekesalan di dada.

"Kau matahariku."

Pria Jeon itu diam, tak ada niat untuk menanggapi ucapan istrinya barusan.

"O sole mio, Jeon Jungkook. Suamiku, kesayanganku, priaku, milikku. Maaf karena aku suka membuatmu merasa kesal dan cemburu. Tapi ingat satu hal ini; Jeon Mia adalah milik Jeon Jungkook. Seperti apa pun aku memuji pria lain, tidak ada bandingannya saat aku memujimu. Atau saat aku mengagumi pria lain, itu tidak ada apa-apanya dibanding saat aku mengagumimu. Yang ada di mataku cuma Jeon Jungkook. Yang ada di hati ini juga, cuma ada Jeon Jungkook. Selalu Jeon Jungkook dan hanya Jeon Jungkook,"—Mia menarik napas—"aku tidak memintamu untuk percaya kata-kataku, aku hanya ingin kau tahu dan—"

"Aku akan menciummu jika bicara lebih dari itu."

Awalnya Mia terdiam, namun tak lama kemudian senyum manisnya merekah. Jungkook luluh. Kekesalan yang sempat merayap di hati, sekarang perlahan memudar terbawa kesejukan yang menyentuh lembut. Ya, Jungkook tahu Mia suka bermain dengan kata-kata dan merangkainya jadi kalimat yang manis. Tapi, dia juga tahu wanitanya ini tak pernah suka bermain dengan perasaan. Apa pun yang dikatakannya tentang perasaan adalah sebuah kejujuran. Apabila dia mengatakan suka, maka benar-benar suka. Dan jika dia mengatakan benci, maka dia benar-benar benci.

"O sole mio." Mia terkekeh, menggoda Jungkook yang antara mau dan tidak untuk tersenyum. "You're my sun," godanya sambil mencolek pipi suami.

"Yak-yak-yak, berhenti menggoda. Sana, makan apelmu." Jungkook berusaha mengalihkan pembicaraan—meski dia sendiri kesulitan menahan tawa karena tingkah Mia. "Tadi kau mau apel," ucapnya mengingatkan.

"Eumm ...." Mia seolah berpikir, namun mata cokelatnya jelas menunjukkan sorot godaan. Wanita nakal memang.

"Apa?" Kali ini Jungkook benar-benar tertawa, tidak sanggup juga menahan reaksinya dari tingkah Mia yang terlalu menggemaskan—dan menyebalkan sekaligus.

"Bagaimana, ya? Aku tidak berminat lagi dengan apel. Aku mau yang lain, boleh?" Mia memindahkan satu tangannya ke leher Jungkook, tapi satu tangannya yang lain malah menyentuh bibir pink yang terasa lembut. "Aku mau ini. Pasti manis," ucapnya tanpa berkedip menatap bibir yang perlahan membuka. Jungkook sialan, dia sengaja.

"Kau benar-benar mau ini?" Jungkook melirik jari yang menelusuri bibir bawahnya sejak tadi.

Mia mengangguk tanpa melihat bagaimana mesumnya raut wajah si suami. Dia fokus dengan bibir yang entah kenapa terlihat sangat menggoda sekarang. Namun, keasyikannya harus terputus saat Jungkook menjauhkan jarinya dan malah mendekatkan wajah mereka. Senyum miring pria Jeon itu terlihat jelas. Membuat merinding, tapi juga memancing hasrat jadi lebih panas. Mendadak, Mia merasa mesin pendingin tidak lagi berkerja dengan baik.

"Jadi, matahariku, kau mau dirasai bibir ini dari mana? Kening? Atau leher? Atau yang lain?" Jungkook menawari. Tampaknya senang melihat istrinya merona dan salah tingkah.

"Itu ... terserahmu." Mia menelan ludah, pasrah dengan kungkungan suami yang siap bertindak sebagai Raja yang tidak suka keinginannya dibantah atau tidak dilaksanakan.

"Oke, kalau begitu dari sini."

Mia refleks menutup mata. Namun tak dipungkiri, jantungnya berdegub kencang saat merasa keningnya yang dikecup sedemikian lembut. Cukup lama, hingga akhirnya embusan napas hangat Jungkook terasa di pipi kirinya. Yap! Pria itu mengecup kedua belah pipinya bergantian, hidung dan berakhir di kelopak mata yang menutup. Tidak ada di bibir, bahkan sampai Mia membuka mata dan menatap heran pada pria yang dijadikannya suami.

"Kenapa ...?"

"Karena aku ingin kau melakukannya untukku sebagai ciuman selamat malam." Jungkook mengerling dengan tangan yang menangkup pipi Mia.

"Ciuman ... selamat malam?" Mia membeo, terpatah-patah.

Jungkook mengangguk pasti. "Kiss me, my sun."


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak yaa :*

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang