D-1

7.2K 535 5
                                    

Sungguh, Jungkook ingin mati rasanya. Bagaimana tidak? Tunangannya tidak bisa dihubungi sejak dua jam yang lalu. Seluruh chat tidak dibaca, begitu pula dengan pesan-pesan yang dikirim. Ada apa pula? Apakah gadis itu sangat marah karena dia tak bisa menemani untuk malam ini?

"Noona!! Ayolah ... izinkan aku ke rumah Mia." Jungkook merengek pada Sunhee yang tengah sibuk membaca catatan keuangan untuk acara esok hari di sofa ruang tengah.

"Bukannya sudah kukatakan, tidak boleh!" Gadis berponi itu menolak dengan tegas. Bahkan, ia menjawab tanpa perlu memandang ke Jungkook.

"Noona—"

"Tidak bisakah kau menunggu hingga besok? Lagipula, bukannya kalian sudah bersama sejak kemarin malam? Kenapa berpisah beberapa jam saja tidak bisa?!" Nada kekesalan terdengar, terutama saat Sunhee mengangkat wajahnya untuk memandang Jungkook yang berdiri seperti anak kelinci.

"Bukan begitu ... Mia memerlukanku sekarang. Noona tolong peka dengan—"

"Peka apalagi?! Dia memang selalu seperti itu jika berjauhan denganmu!"

"Tapi kali ini berbeda! Dia seperti—"

"Jung, diam!"

Untuk kali ini, Jungkook memang menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi lihat ekspresinya, jauh dari kata manis seperti yang biasa ditunjukkan. Dia menekuk masam wajah tampannya, lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Sunhee, dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar pintu ditutup dengan kasar. Tidak bisakah bocah itu bertingkah sopan pada orang yang lebih tua?

Namun setelah sepuluh menit kemudian, Sunhee justru mengerutkan kening. Kamar adiknya begitu sunyi. Tak ada gerutuan, celotehan, atau omelan yang ditujukan untuk orang-orang yang dianggap menyebalkan oleh si penghuni kamar. Apa jangan-jangan ....

Cklek!

Mata bulat Sunhee langsung berkilat kesal saat membaca tulisan di kertas yang tertempel di jendela yang terbuka.

'NOONA, AKU KE RUMAH MIA. DUA JAM KEMUDIAN AKU AKAN PULANG. JANGAN JEMPUT AKU!'

"JEON JUNGKOOK!! KAU BENAR-BENAR MINTA MATI, ADIK DURHAKA!!"

Di depan rumah bercat putih.

Jungkook terengah dengan napas yang tak beraturan. Kakinya lelah karena diajak berlari hingga ke tempat ini. Tapi, dia harus menyingkirkan semua perasaan lelah. Mia lebih penting untuk sekarang, dan mereka harus bertemu untuk malam ini.

"Areum!" Jungkook berbisik cukup keras saat berada di depan jendela kamar tunangannya yang terkunci.

"Min Areum!" Lagi, dia memanggil. Dan untung, kali ini gadis bermarga Min itu menoleh.

"Jung?"

"Buka jendelanya!" Dengan isyarat, Jungkook menunjuk-nunjuk jendela. Sungguh pengorbanan yang harus diberi dua jempol.

Namun, Mia justru menuju ke pintu kamar. Awalnya, Jungkook hendak protes, tapi batal saat menyadari bahwa gadisnya hanya berniat untuk mengunci pintu. Senyumnya pun muncul ketika sang gadis membuka jendela dan mencoba membantunya untuk masuk. U-uh ... haruskah kita bertepuk tangan atas apa yang dilakukan Jungkook?

"Hei, kau—"

"Pabo! Aku merindukanmu, tahu!"

Bibir kelinci itu segera terbungkam saat Mia tanpa izin langsung memeluknya. Tak ada yang bisa dilakukannya, kecuali balas memeluk dan mengecup rambut yang sepertinya belum di shampoo. Untung harum.

"Stt ... jangan khawatir. Aku di sini," bisik Jungkook sambil mengeratkan pelukannya di tubuh mungil yang terasa hangat.

"Kukira kau tak akan datang." Mia bergumam, lalu mendongak untuk memandang wajah tampan kelinci tersayangnya.

"Bagaimana mungkin aku tak datang, huh? Ponselmu tak bisa dihubungi, pesanku juga tidak dibalas. Kau membuatku hampir mati karena khawatir, tahu! Sebenarnya, kau kenapa?" tanya Jungkook bertubi-tubi, membuat gadisnya langsung memasang wajah lucu yang menggemaskan.

"Hei, kau kebiasaan tidak menjawa—"

"Sudah kukatakan, aku merindukanmu." Mia memotong dengan nada pelan. Gadis ini juga membuang pendangannya ke arah lain, sengaja memancing rasa gemas di hati sang tunangan.

"Kau merindukanku, tapi sampai mengirim berpuluh emoticon menangis. Bagaimana mungkin aku bisa percaya, huh?" bantah Jungkook setelah berdecak.

Bukannya langsung menjawab, Mia justru menundukkan kepalanya.

"Mia!"

"Maaf."

Jungkook langsung mengembuskan napas panjang. Tak habis mengerti dengan tingkah kesayangannya yang terkadang penuh oleh teka-teki. Seperti sekarang, bukannya memberi penjelasan, malah meminta maaf. Membuat bingung saja. Tapi, ia tetap harus sabar, bukan? Itulah mengapa, pria Jeon ini segera memegang bahu kekasihnya.

"Hei, look at me, Baby!" perintahnya tegas, membuat Mia mau tak mau harus menuruti apa yang dipintanya. "Aku tidak tahu hal apa lagi yang mengganggu pikiranmu. Tapi aku mohon, kau harus bisa sendiri untuk malam ini. Selanjutnya aku janji, aku akan selalu memelukmu," lanjutnya sungguh-sungguh.

Sedetik-dua detik, Mia diam. Tapi di detik selanjutnya, yang terdengar justru suara tangisan. Hei! Apa kecengengan Mia kambuh?

"Jungkook bodoh! Kelinci jahat! Kenapa kau terus membuatku mencintaimu seperti ini, huh?! Bagaimana mungkin kau membuatku tak bisa melupakanmu walau hanya sejam?! Sebenarnya, aku ini diberi apa olehmu, huh?! Kenapa aku begini? Kenapa aku tidak bisa mengendalikan perasaanku jika sudah berhubungan denganmu?! Kau menyebalkan! Kau jahat! Kau nakal! Kelinci bodoh! Sialan!"

Sebenarnya Jungkook hendak tertawa mendengar makian Mia kali ini. Tapi demi menjaga perasaan gadisnya, dia pun lebih memilih untuk menarik gadis ini ke dalam pelukan. Hhh ... gadisnya memang selalu memiliki hal yang tak terduga. Tapi, semua hal itu selalu memberi arti tersendiri di hatinya.

"Jungkook jahat ...." Mia masih sesegukan, namun tangannya balas memeluk tubuh tegap sang tunangan. "Jungkook nakal. Kelinci jelek, buruk rupa," sambungnya lagi.

Jungkook terkekeh, langsung mendaratkan sebuah ciuman sayang di kening sang gadis. Ia melonggarkan pelukan, lalu memandang penuh cinta pada raut cantik yang tampak sembab karena air mata yang belum kering.

"Mia," panggilnya.

"Hmm?"

"Apa yang harus kulakukan sekarang, huh? Haruskah aku menciummu? Lalu setelahnya, aku dipukuli dan diomeli sampai mati oleh Sunhee Noona saat pulang ke rumah?" canda Jungkook sambil mencubit gemas hidung tunangannya.

"Aku tidak akan memaafkanmu jika berani mati sekarang!" tukas Mia dengan wajah kesal.

"Oho! Lalu, kapan kau mau aku mati?" goda Jungkook sambil memandang jenaka pada mata cokelat yang begitu indah.

"Saat raga kita sudah menua."

Seluruh senyum segera luntur. Jungkook menarik napas, kemudian kembali menarik gadisnya ke dalam pelukan. "Aku janji akan memenuhi permintaanmu," bisiknya sembari mengecup pipi Mia.

"Aku pegang ucapanmu, Bunny."


-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang