Awan hitam menggantung di langit kota Seoul. Rintik hujan yang awalnya ringan, sekarang telah berubah menjadi deras. Para pejalan kaki berlarian mencari tempat berteduh, sedangkan yang bermobil tetap melanjutkan perjalanan.
Dari sekian banyak orang, seorang gadis tampak terdongak menatap langit. Ia termenung, tenggelam dalam kesendiriannya di antara keramaian halte. Dan saat kepalanya tertunduk ke bawah, raut cantiknya segera terselubung oleh sebuah kemurungan. Bayangan seorang pria hadir di mata, membuat rasa yang sesak kembali datang untuk mengganggu pikiran. Ia hendak menangis, tapi tertahan oleh keramaian. Ia tidak boleh menangis untuk saat ini, terlalu memalukan. Apalagi jika menangis karena disebabkan oleh sebuah rasa yang dinamakan 'rindu'. Tidak boleh! Ia tak ingin kejadian saat kelas satu SMP-nya terulang. Saat ia ditertawakan karena merindukan sang ayah.
Tapi, perasaan itu sungguh sulit untuk ditahan. Bagaimana pun juga, ia tak bisa berbohong bahwa ia sangat-sangat-sangat merindukan sosok Jeon Jungkook, kekasihnya yang tampan. Bayangan pria kelinci itu terus menghantuinya selama tiga hari. Hingga akhirnya relung rindu tercipta sempurna di hati yang senantiasa gelisah.
Ia menyeka sudut mata yang basah saat seorang wanita tanpa sengaja menyenggolnya. Dalam hati ia merutuk. Kenapa hujan selalu turun di sore hari? Di saat ia pulang dari kampus. Apakah Tuhan ingin menguji seberapa kuat ia menahan kesendirian di antara keramaian seperti ini? Mungkin iya.
Di sisi lain, seorang pria berjaket kulit dan masker yang menutupi hampir setengah dari wajahnya tampak berlari ke arah halte. Tanpa mempedulikan pakaian yang basah, ia langsung menerobos orang-orang yang mulai mengomel karena tindakannya. Tujuannya satu, gadis yang berdiri di pojok halte. Tapi hingga mereka berdekatan, gadis itu tetap tak menyadari kehadiran sang pria dan lebih sibuk memandang butiran hujan yang tak terhitung dengan wajahnya yang datar—menjurus kesal.
Tak tahan diabaikan, pria ini pun memajukan wajahnya hingga bersisian dengan telinga sang gadis. "Apa kau memang tak menyadari kehadiranku di sini ... Baby?"
Spontan, gadis itu langsung berbalik dengan wajah kaget. Hampir ia memukul pria tersebut jika tak segera mengenali wajah yang tersamarkan oleh masker, kacamata, tudung jaket dan tatanan rambut yang memperlihatkan kening. Rindu yang tertahan seketika merebak, memenuhi rongga dada dan membuatnya sesak dalam sekejab.
"Yak ...."
"Your boyfriend is here, Baby."
Pria tadi menarik sang gadis ke dalam pelukan yang hangat. Gemetar, gadis itu membalas pelukan. Air matanya turun, serentak dengan isakan kecil yang tenggelam dalam suara derasnya hujan. Rasa rindunya terobati. Pria ini datang tanpa terduga, setelah menghilang tanpa kabar karena kesibukannya selama tiga hari.
"Aku membuatmu menangis lagi." Jungkook menarik napas, sekaligus mengusap rambut gadisnya yang lurus.
Mia—namanya—merenggangkan pelukan. Dengan mata sembab, ia menatap. "Kau ke mana saja? Kenapa baru muncul sekarang? Chat-ku tidak dibalas, telepon juga tidak diangkat. Apakah kau sangat sibuk hingga tak bisa memberi kabar?"
Pertanyaan itu lembut, tapi menuntut. Jungkook terdiam sejenak. Sungguh, ia tak tega melihat manik cokelat indah yang dimiliki kekasihnya terhiasi oleh air mata. Tapi, kesibukannya membuat semua hal ini terjadi.
"Mia, aku minta ma—"
"Aku tak marah denganmu, Bunny. Aku hanya bertanya kenapa."
Lagi, napas Jungkook terembuskan dengan berat. Ia mengerti dengan kekecewaan yang dirasakan oleh Mia. Gadis ini terlalu lembut, hingga ia tak bisa memiliki sedikitpun niat untuk menyakitinya. Tapi sial, dia justru melakukannya tanpa sadar.
"Maaf ... aku janji tak akan melakukannya lagi."
Akhirnya, hanya itulah yang mampu diucapkan oleh Jungkook. Wajah tampan itu tertunduk penuh rasa bersalah. Hingga sebuah sentuhan telapak tangan yang dingin terasa di pipi, barulah pria ini kembali terdongak.
"Bogoshipo, Jeon Jungkook Oppa."
Lembut, sangat lembut. Juga penuh perasaan dari rindu yang tertumpah. Sedetik dua detik, Jungkook menahan napas. Mendengar kalimat ini, rasanya lebih bahagia daripada saat mendapat hadiah mobil mewah. Andai tak ingat tempat, mungkin gadis itu sudah diciumnya berulang-ulang. Tapi sayang, yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah memeluk erat gadisnya yang tersayang.
"Nado."
Hanya satu kata.
Yah ... hanya satu kata itu yang mampu diucapkan oleh Jungkook. Ia terlalu bahagia mendengar Mia memanggilnya 'Oppa' saat menyampaikan perasaan.
Masa bodoh dengan beberapa orang yang memandang ke arah mereka. Masa bodoh dengan hujan yang tak ingin berhenti. Masa bodoh dengan hawa dingin yang mencoba mencari celah di sela pelukan mereka yang hangat. Yang terpenting rasa rindu ini terobati, dan itu lebih utama dari hal lainnya.
"I love you, so much."
-FIN-
**Ini pengalaman semalam, ujan-ujan keingat Kookie #eakk!! 😂😂 Jadi kerealisasikannya di fanfic ini 😁😁 Aaa~ jangan lupa tinggalkan jejak ya ☺️☺️Thank you 💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...