Senyuman itu cerah, menggambarkan bagaimana perasaan si pemilik. Beberapa kali tawanya menghias wajah dengan mata sipit tersebut. Temannya di samping juga sama; mereka tertawa, berbahagia dengan kebaikan dosen yang menyelesaikan jam kuliah lebih awal.
"Aku mengantuk." Gadis yang memakai setelan hitam dan merah mengeluh saat berada di halte bus. Matanya berat, bahkan sejak di kelas saat mendengar penyampaian dosen.
"Sampai di rumah, Eonni langsung tidur. Oke?"
"Tidak janji."
Mia tertawa, gemas dengan Shin Ya, gadis yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri. Tangannya bergerak, jahil mencubiti pipi Shin Ya tanpa peduli dengan pekikan dan balasan yang didapat. Gelak tawa jadi pengisi hening di halte. Yap! Mereka memang suka seperti ini, tanpa kecanggungan dan batas umur yang terpaut tiga tahun.
Namun, semuanya harus berhenti saat ponsel di tas Mia bergetar. Ada panggilan masuk.
"Oh! Dari Jungkook!" Mia bersorak gembira. Suaminya menghubungi tanpa terduga. "Ne ... yeoboseo?" sapanya ceria.
"Wajahmu cerah sekali, ya. Senyummu juga. Rasanya matahari akan kalah."
"Ye?"—Mia mengedip—"tahu dari mana wajahku cerah?"
"CCTV pribadi yang terbuat dari cinta dan kasih sayang."
"Ew."
"Perasaanku kan terhubung denganmu, tentu saja aku tahu apa saja yang kau lakukan."
"Berhenti menggoda. Kau di mana?"
"Sepertinya masih di hatimu."
"Jeon ...."
Kekeh khas dari pria kelinci yang wajahnya sangat diingat oleh Mia terdengar. Selalu, dia merasa senang setelah berhasil menggoda istrinya. "Tadi kau bilang mau cake, bukan?" Jungkook mengingatkan Mia pada permintaannya beberapa jam yang lalu. "Aku akan belikan. Asal kau mau ke sini," lanjutnya setelah menjeda ucapan selama beberapa detik.
"Ke mana?" Mia melirik busnya yang sudah datang, bahkan Shin Ya sudah bersiap-siap di sampingnya.
"Café di seberangmu, Sayang."
"Eh?"
Mata cokelat wanita Jeon itu mengerjap saat memandang ke arah yang disebutkan. Di sana—cafe seberang—seorang pria dengan topi hitam melambaikan tangan. Ada senyum misterius yang tampak, tapi Mia yang jelas sudah hapal dengan setiap inci tubuh suaminya langsung mengenali. Itu senyum Jungkook, pria kurang ajar yang memenjarakannya dalam ikatan pernikahan.
"Eonni, pulanglah duluan. Aku harus menemui Jungkook." Mia berkata dengan senyum pada Shin Ya yang memasang wajah polos. "Ingat! Segeralah tidur saat sudah sampai, mengerti?" pesannya sambil menepuk punggung sang kakak.
"Mm, aku mengerti." Shin Ya menjawab singkat—masih dengan kepolosan yang terpasang di wajah. "Aku duluan," ucapnya saat bus yang ditunggu sejak tadi berhenti di depan mereka.
Mia hanya mengangguk dengan senyum yang tak menghilang dari bibir. Dilambainya tangan dengan semangat saat bus mulai berjalan—tak peduli bahwa tingkahnya semakin mirip seperti anak SMA. Dan setelah bus agak menjauh, pandangannya kembali ke café seberang, tempat suami tersayangnya menunggu. Agak terburu karena tak sabaran, dia menyeberangi jalan sesaat setelah lampu hijau pejalan kaki menyala.
"Selamat datang."
Sapaan dari pelayan café hanya ditanggapi dengan senyum singkat. Langkahnya langsung tertuju ke pria bertopi hitam yang lagi-lagi tersenyum. Beruntung suasana café sedang sepi, hanya ada dua orang di pojok yang tengah mengobrol. Jadi mereka sedikit lebih leluasa tanpa takut adanya penggemar yang melihat dan menyebabkan keributan. Hubungan backstreet memang sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
RomanceCuma imajinasiku tentang JK :) Happy reading and enjoy~ 😊❤ High rank : #1 in roman [260417] Note! Buat chapter-chapter awal, bahasanya masih alay 😅 Tapi semakin ke bawah semakin baik. Jadi, semoga gak langsung nekan tombol back waktu baca bagian...