Don't Scare, I'm Yours

8.4K 571 30
                                    

Adalah Jungkook, pria yang melingkarkan tangannya ke pinggang Mia saat gadis itu tengah fokus membaca sebuah novel di pinggir tempat tidur. Embusan napas pria itu terasa hangat saat menyentuh kulit lehernya, membuat senyum muncul begitu saja tanpa diperintah.

"Bukannya novel ini sudah kau baca berulang kali?" tanya Jungkook sambil menumpukan dagu ke bahu sang kekasih.

Sebelum menjawab, Mia lebih dulu mengusap rambut Jungkook tanpa melihat. "Memangnya kenapa jika aku membacanya lagi? Aku juga perlu referensi untuk fanfic baruku." Gadis ini bersuara.

"Fanfic baru? Swear, revenge and love?"

Mia hanya bergumam untuk menjawab pertanyaan dari Jungkook. Fokusnya tertuju pada novel di tangan, bukan pada pria itu. Tapi, hal itu tak membuat Jungkook menghentikan niatnya untuk bermanja pada gadis bermarga Min ini.

"Mia ... kenapa kau cantik, huh?" godanya sambil memandang wajah Mia dari samping. Berhasil membuat gadis itu tertawa, sadar dengan maksud kekasihnya.

Gadis ini menoleh, sengaja memandang wajah polos yang ditunjukkan Jungkook. "Karena jika aku tak cantik, kesempatanku untuk jadi kekasihmu akan hilang."

Sebuah decakan terdengar dari Jungkook, tapi justru membuat Mia tertawa.

"Kau membuatku terlihat seperti penyuka yang cantik-cantik saja," gerutu pria ini.

"Bukannya memang itu kenyataannya? Kau penyuka gadis cantik."

"Bagiku yang cantik hanya Jeon Areum, calon istriku."

"Benarkah?"

"Iya. Dan—yak! Jangan tertawa. Aku sungguh-sungguh," sungut pria bermarga Jeon itu saat melihat kekasihnya tertawa.

"Aku sudah mendengar ucapan itu berulang kali darimu, Jung." Sambil tersenyum simpul, Mia mengusap pipi prianya.

"Emm ... benarkah?" Jungkook justru bertanya sambil mengeratkan pelukannya di perut gadis itu, menambah kesan hangat yang disalurkan tubuhnya.

"Kookie," panggil Mia setelah bergumam panjang, disambut dengan jawaban 'ya' dari Jungkook.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" lanjut Mia dengan ragu.

Jungkook mengangguk-angguk. "Tanya saja," ucapnya.

"Bagaimana jika ... akhirnya nanti aku tak jadi milikmu dan jadi milik orang lain?"

Sejenak Jungkook terdiam, membuat Mia ikut terdiam—menunggu jawaban dari pria itu.

"Maka aku mengambilmu dari pria itu dan menjadikanmu milikku, bagaimana pun caranya. Karena kau hanya boleh jadi milikku."

Demi mendengar jawaban dari Jungkook, Mia pun kembali tertawa. "Kau egois sekali, bunny," ucapnya sambil melepas pelukan pria itu dari perutnya dan berdiri.

"Aku memang egois terhadap semua yang kusayang." Jungkook menjawab, lalu merebahkan tubuhnya.

Setelah menaruh novel ke nakas, Mia menyusul berbaring di samping pria bergigi kelinci tersebut. Keduanya memandang langit-langit, tapi pikiran mereka berbeda.

"Kenapa bertanya seperti itu? Kau berniat selingkuh dariku, huh?" celetuk Jungkook sambil memandang kekasihnya, membuat Mia mencibir dan balas memandang ke arahnya.

"Memangnya kau kira keberanianku sebesar apa hingga mampu selingkuh darimu? Baru memasang foto orang lain saja kau sudah—"

"Aaa! Tentang foto, kenapa kau masih memasangnya, huh? Kau benar-benar ingin ku—"

"Iya-iya! Aku ganti. Kau seram jika sedang marah, bunny." Mia menekuk wajah, sengaja membuat pria di sampingnya menjadi gemas.

"Jangan ganti dengan foto orang lain. Ingat! Harus fotoku," ancam pria ini lagi.

"Iya, bunny-ku sayang. Kekasihmu ini pasti akan memasang fotomu yang jelek itu," ejek Mia sambil mencubit pipi kelinci kesayangannya.

"Fotoku tidak jelek! Dan ... yak, jangan tersenyum-senyum jahil seperti itu!"

"Aku tidak tersenyum jahil."

"Jika tidak, itu apa namanya? Aku hapal semua kebiasaanmu, Mia."

"Benarkah?"

"Iya, kekasihku sayang. Bahkan, aku tahu titik mana saja yang membuatmu mendes—yak! Sakit!" Jungkook meringis saat bahunya jadi sasaran pukul oleh Mia.

"Kenapa otakmu selalu mesum, huh? Dasar kelinci jelek, nakal, mesum pula!" cerca gadis ini sambil menekuk wajahnya.

"Lalu, kenapa kau sayang dengan kelinci sepertiku?" goda Jungkook sambil memiringkan tubuh dan melingkarkan tangannya ke perut gadis itu.

Mia balas memiringkan tubuh dan menatap lekat wajah pria kesayangannya. "Bukannya kau yang mengurung hatiku? Karena itulah, aku terpaksa sayang denganmu." Ia menjawab.

"Terpaksa?" Kening pria kelinci itu bertaut, tak terima dengan barusan diucapkan Mia.

"Iya. Sebenarnya aku itu benci-benci-benci dan sangat benci padamu!"

"Woah ... kau niat sekali mengatakan benci padaku," gerutu pria ini sambil memicingkan mata.

"Memang itu kenyataannya. Aku benci dengan senyummu, tawamu, kerlinganmu, suaramu, tubuhmu, bahkan dengan matamu, aku benci semuanya!"

"Kenapa kau benci dengan itu semua?"

Tak ada jawaban, membuat Jungkook makin tak sabar untuk mendengar jawaban gadis itu.

"Mia ...."

"Karena itu semua membuatku tak bisa lepas darimu, Jung. Kau membuatku seperti orang bodoh karena selalu ketakutan jika suatu hari nanti kau pergi dan melupakanku."

Intonasi suara gadis ini serius, tak ada sedikitpun candaan di sana. Membuat Jungkook terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengusap rambut gadis yang jadi kekasihnya ini. "Kau ingin kucium?" tawarnya kemudian.

"Ciumlah." Mia mengiyakan, lalu menutup matanya.

Tapi, bukan bibir yang jadi sasaran kecupan pria ini. Melainkan kening. Ciuman lembut, tapi penuh perasaan. Ciuman yang bermakna. Ciuman yang terlepas dari gairah dan napsu, karena yang ada hanya cinta, kasih sayang dan perlindungan.

Jungkook melepas ciumannya setelah beberapa menit berlalu. Mia membuka mata, menatap penuh pada pria di hadapannya.

"Don't scare, 'cause I'm yours, babe."

Satu kalimat, tapi penuh keyakinan. Kalimat yang menguatkan, juga bisa dipercaya. Don't scare, 'cause him's yours.


-FIN-


**Don't forget leave your comentar ^^ Thank you <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang