I'm With You

6.3K 497 15
                                    

Suasana malam tampak ramai. Tapi hal itu tak berlaku bagi Mia, gadis yang duduk di tepi sungai Han seperti kebanyakan orang. Ia melamun, memandang kosong ke pantulan lampu-lampu di air yang membuat segalanya bertambah indah. Namun baginya, hal itu tak ubahnya seperti pemandangan hampa. Hambar, tanpa satupun rasa yang melekat.

Menunduk, ia pun bisa melihat ujung sepatunya. Ditariknya napas panjang saat merasa sesak di hati kembali muncul. Ia merindukan sosok pria berwajah manis dengan gigi kelinci yang menggemaskan. Rindu bagaimana pria itu memeluk, mengecup, dan memberinya semangat. Tanpa sadar, rindunya makin menyebar, menyentak setiap ruang kosong dan menciptakan rasa sakit karena tak bisa memenuhi tuntutan dari sang perasaan.

Tak ingin berlama-lama, gadis ini pun berdiri dan meninggalkan tempatnya duduk. Tak ada guna ia di sini. Lebih baik pulang, lalu mengistirahatkan seluruh pikiran yang kacau.

Sekitar sepuluh menit kemudian, ia telah sampai di tempat tujuan. Namun, keningnya berkerut ketika menyadari ada yang aneh dari pintu yang akan dibuka. Otak merangkai sebuah kecemasan yang membuat debaran jantung menguat. Secepatnya, gadis ini membuka pintu yang tak terkunci. Ia berlari menuju kamar, sedikit takut namun juga tak sabar dengan apa yang akan ia temukan di sana.

"Kau sudah pulang?"

Suara itu terdengar jelas, menyapanya dengan lembut seperti biasa. Bahkan, senyum yang tersampir di bibir pun tak berubah. Menyebabkan rindu yang tersimpan rapat di loker hati seketika merembes dan menyebar cepat demi menguasai keadaan.

"Kookie ...."

"I'm here, Babe."

Tumpah sudah rindu itu, merebak ke udara lalu menghilang seiring perasaan bahagia yang tercipta. Pria itu tertawa renyah ketika sang kekasih memeluknya dengan erat—seolah dengan begini mereka tak lagi terpisah. Ia menarik napas lega, balas memeluk sembari mengecup puncak kepala sang gadis. Jantung yang berdebar, bisa dirasa satu sama lain. Menyampaikan rasa rindu yang dirasa oleh mereka.

"I love you," ucap Mia dengan pelan.

"I love you too," balas Jungkook sambil menatap wajah cantik kekasihnya yang mendongak.

Kelu saat Mia hendak bicara. Perasaan bahagia yang berasal dari rindu yang terbayar membuat ia tak mampu bicara banyak. Hanya mata cokelatnya lah yang memberitahu, seberapa besar bahagia yang ia rasakan untuk sekarang.

Mata bulat Jungkook meredup. Napasnya tersapu hangat di kulit sang kekasih saat bibir mereka tersatukan oleh sebuah kecup hangat yang terbalut rindu. Jarak terhapuskan saat Jungkook menarik pinggang Mia agar mereka semakin dekat. Gadis itu tak menolak, justru memejamkan mata dan melingkarkan tangan ke leher sang kekasih.

Ciuman mereka berlanjut, bahkan hingga Jungkook mengangkat Mia untuk duduk di tepi tempat tidur. Gadis ini terbuai, larut dalam rasa rindu akan kecupan kekasihnya yang teramat manis. Namun, sang pria juga tak keberatan untuk memberikan hal manis ini sebanyak mungkin pada gadis yang ia sayangi.

Namun, semua berakhir saat Mia memukul pelan bahu Jungkook. Ia perlu pasokan oksigen, dan Jungkook mengabulkan. Pipi gadis bermarga Min itu merona saat tengah menarik napas panjang, ia menyadari tatapan yang diberikan oleh Jungkook. Tatapan yang sangat lembut, menimbulkan debar yang membuatnya jatuh berulang kali ke dalam pesona si kelinci penggoda yang paling ia cintai.

Jungkook menyurukkan wajah ke leher Mia. Mengecup, lalu menghirup aroma yang jadi ciri khas kekasihnya. Mia menelan ludah, pasrah atas apa yang Jungkook lakukan. Tangannya yang tadi melingkari leher sang pria, sekarang beralih untuk mengacak pelan rambut halus yang Jungkook punya. Kecupan demi kecupan mendarat di leher dan bahu yang terbuka, membuat sang pemilik harus menahan suara menyebalkan yang terasa menyiksa.

"Kookie ...." Mia memohon saat Jungkook menciptakan satu ruam di bahunya.

Sayu mata Jungkook saat menatap penuh permohonan pada Mia yang menelan ludah. Hasrat yang terpancar dari mata bulat yang Jungkook miliki bisa dipahami sepenuhnya oleh Mia. Pria itu merindukannya. Tapi, mereka sama-sama merindu. Jadi, salahkah jika sekarang mereka terbuai dalam asmara yang cukup panas?

"Touch me," pinta Mia sambil menyatukan keningnya dengan Jungkook. Mata cokelatnya bergerak, menyapu mata bulat sang kelinci tersayang. Jungkook menahan napas, membuka sedikit celah bibir saat Mia menangkup pipinya.

"Never let me alone, Babe. Please ...." Mia berbisik sembari menutup mata, memohon dengan sangat agar Jungkook dapat memahami setiap kalimat yang ia ucapkan.

Senyum yang sebelumnya menghilang, sekarang telah kembali. Muncul menghiasi wajah tampan yang terlihat teduh. Jungkook menarik napas, lalu mengusap sayang rambut lurus sang kekasih.

"You're not alone, Dear. I'm with you, always. Trust me."


-FIN-

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang